Part 19; Pelan-pelan

751 79 8
                                    

 Part 19;  Pelan-pelan.

Kecupan yang menghujani wajah adalah hal pertama yang Belvin rasakan ketika kesadarannya kembali. Mata terbuka dan dia dapati wajah Gavin berada sangat dekat dengan wajahnya.

Morning.” Laki-laki itu meninggalkan ciuman dalam-dalam di pipi, sebelum menarik wajahnya sedikit menjauh. “Ayo bangun. Pagi ini kamu janji mau bantuin aku cobain resep baru.”

Belvin hanya diam mengamati Gavin yang tampak sudah begitu antusias di pagi-pagi seperti ini. Berbanding terbalik dengannya yang masih betah menempelkan tubuh ke kasur. Dan pemikiran ingin menarik Gavin agar kembali ke kasur dan bergelung bersama tiba-tiba melintas di pikiran.

“Mau mandi bareng nggak?” Entah ajakannya itu serius atau hanya sekedar ingin menggoda saja melihat senyum tengilnya terbit.

Dan Belvin masih diam.

“Ya udah aku mandi duluan.” Gavin berdiri. “Awas loh ya jangan tidur lagi.” Ketika hendak melangkah, Belvin menahan tangannya. 

Lalu, perempuan itu tiba-tiba merentangkan tangannya. Gavin mengulum lidah dalam mulut, menahan gemas. 

Kenapa ya hanya karena merentangkan tangan dan menatapnya polos saja Belvin tampak menggemaskan?

Menggemaskan dan cantik. Padahal Belvin baru bangun tidur.

Rasa-rasanya Gavin merasa harus membayar denda karena mencuri mahluk tercantik yang ada di muka bumi ini.

“Oke, oke, sini aku gendong.” Menahan senyum geli, Gavin mengarahkan tangan Belvin untuk melingkar di lehernya, kemudian dia menyelipkan tangan ke belakang punggung dan pahanya, lalu membopongnya.

“Sakit emangnya?”

Kening Belvin mengernyit samar, tidak terlalu paham maksud pertanyaan Gavin.

“Hm... padahal semalem cuma dua ronde. Hentakan aku--” Gavin tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Belvin membekap mulutnya.

Lalu dengan jail dia mejulurkan lidah menjilat telapak tangan Belvin. Spontan Belvin melepaskan bekapan, memelototi Gavin yang hanya terkekeh tanpa dosa.

“Hentakan aku kekencangan ya semalam?”

Bugh!

Belvin mendaratkan pukulan kencang di bahu Gavin.

***

“Bel?”

Belvin refleks menaikkan bola mata ke atas, ingin melihat Gavin yang tengah menumpu dagu di puncak kepalanya. Lalu, dia bergumam sebagai jawaban.

Hening sesaat. 

Dari caranya mengelus-ngelus lengan Belvin menunjukkan Gavin tengah menimang-nimang sesuatu.

“Kemarin aku ketemu mama kamu,” katanya kemudian. “Beliau tanya kabar kamu. Dan... katanya mau ketemu.” 

Kepala Gavin merunduk, menyusup ke perpotongan leher Belvin. “Gimana? Kamu mau?” Caranya mendusel seolah-olah sedang membujuk agar kekasihnya itu setuju untuk bertemu.

Belvin belum memberi respons.

“Kamu mau aku ketemu dia?” tanyanya balik. Sudut matanya melirik Gavin yang masih mendusel di lehernya.

“... sejujurnya... iya.”

“Kenapa? Kamu tahu sendiri gimana jahatnya dia sama aku!”

“Iya, aku tahu.” Gavin mengusap-ngusap lengan Belvin, bermaksud menenangkan. “Aku juga jahat sama kamu, Bel,” sambungnya, “tapi kamu mau memberi aku kesempatan kedua.”

Dimana Ujungnya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang