2

98 16 3
                                    


Hinata kembali menuju tempat yang Neji beritahu entah mengapa, dia ingin cepat-cepat sampai. Entahlah dia juga tidak tahu. "Untung toko hari ini ada yang menjaga biarlah Hanabi yang mengatur!" Ocehnya sendiri. Ya biarlah adiknya dan temanya saja yang mengelola Hinata hanya menerima saja nanti karena dia pemiliknya.

Kaki berbalut hak indah itu menyusuri tempat kecil ini. Berdesakan dengan orang-orang membuatnya harus bersusah payah menahan nafas, karena bau badan mereka. Hingga dia merasa akan sampai, entah mengapa kakinya berhenti melangkah. Saat punggung tegap itu terlihat, surai hitamnya pendek, saat lengan itu terangkat memegang lukisan yang di tata agar terlihat rapi. Hinata merasa lega dia merasa perasaanya yang menganjal kini hilang.

Kakinya melangkah mendekat, dengan pelan setiap langkah itu berpijak dia merasa berdebar kupu-kupu menggelitik di perutnya.

Perasaan apa ini? Ini sangat aneh!

Tangan itu berhenti bergerak, dia yang saat itu sedikit berjongkok kini berdiri tegap. Masih mengahadap belakang, hingga tubuh itu membalik menuju arahnya Hinata dapat melihat jelas wajah itu. Hanya tinggal sepuluh langkah namun kakinya berhenti sendiri.

Dia yang tidak sengaja melihat Hinata kini pandangan mereka terkunci. Dengan perasaan yang aneh karena mereka merasa lega.

Kupikir aku akan mati penasaran karena perasaan aneh ini. Merindukan tapi tidak tahu untuk siapa? Kini aku merasa lega hanya melihat dia.

Dia sedikit mengangkat alis saat melihat senyum Hinata yang terlihat teduh. Dia sedikit malu namun saat gadis itu melangkah mendekat dia juga merasa berdebar.

Hinata masih tersenyum bahkan saat sudah sampai di depanya. Hingga suara Hinata menyapa dengan lembut. "Hai...?" Hanya dengan suara itu mampu membuatnya berdebar ini aneh tidak seperti dirinya yang seperti biasanya.

"Umnh... Ya nona siapa?" Ujarnya tenang.

"Ah, nona ini yang mencarimu kemarin kak?!" Seru pemuda yang menjaga tempat miliknya.

"Kio... Ah, maaf nona mencari saya untuk apa?" Tanyanya tenang. Hinata melirik pada lukisan yang membuatnya tertarik.

"Aku mencarimu..." Ucap sang empu.

"Ada urusan apa?"

"Ah, apa kau menjul lukisan itu?! Aku tertarik." Ucap Hinata dengan sedikit kikuk. Dia menunjuk pada lukisan gadis itu.
Dia menoleh pada yang di tunjuk sang gadis. Lantas kembali menatap sang empu.

"Maaf, tapi yang itu tidak di jual. Kupikir Kio sudah memberitahumu kan?" Ucapnya tenang dia kembali menata lukisan yang masih terbungkus koran.

"Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu?" Cetusnya cepat saat melihat pemuda itu berjalan di meja yang tidak jauh darinya. Hinata mengikuti di belakang tubuhnya. "Tuan?"

Tubuh itu berbalik membuat Hinata terkejut karena tiba-tiba. Dia mundur dua langkah. "Aku tidak menerima jasa lukis." Celetuknya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya bingung.

"Eh, kenapa? Kulihat lukisanmu sangat bagus, ini tidak seperti seniman jalanan?!" Hinata merapatkan bibirnya saat ditatap tanpa ekspresi olehnya.

"Karena aku hanya seniman jalanan." Ujarnya tenang. Hinata merasa bingung sekarang. " Pergilah jika tidak ada hal penting." Lanjutnya tenang.

"M-maaf bukan begitu maksudku?!" Serunya dengan gemas. Dia menarik miring bibirnya melihat gadis aneh di sampingnya. "Aku akan membayarmu dua kali lipat, jika kau mau membantuku!"

Dia terdiam setelah selesai menata kuas di tasnya.  menoleh pada sang empu. Memajukan wajah tampanya. Membuat Hinata terpaku karena di pandang sedekat itu. Harum parfum ini membuat sang gadis dejavu. "Kenapa harus aku?" Ucapnya.

I Found YouWhere stories live. Discover now