14

56 11 14
                                    

Hinata yang memilih berdiam diri di rumah Sai hanya mendengus kecil. "Sai aku ingin menanam bunga di dekat rumah lukisanmu?"

Sai yang sedang menata beberapa kuas berhenti bergerak. "Boleh kau ingin bunga apa? nanti aku belikan." Bertanya balik. Hinata lantas duduk di pangkuan pemuda itu.

"Apa saja, tapi, aku suka bunga yang lembut." Jelasnya. Sai mengangguk paham dia mencubit pipi Hinata pelan.

"Kau ingin berfoto? Kita selalu bermain kemanapun tapi selalu lupa menggambil foto." Gerutunya kecil.

"Baiklah, kita berfoto." Putusnya pelan.

Hinata membuka kamera ponselnya, menjulurkan ponsel sedikit jauh lantas mengambil foto mereka beberapa kali. " Kenapa kau yang ini tidak tersenyum." Hinata tertawa kecil melihat foto-foto dirinya.

"Aku tersenyum Hinata ,lihat? yang ini aku tersenyum," Dia menunjuk foto lainya yang tersenyum. "Yang ini juga aku tersenyum." Ujarnya pelan. Hinata yang berada di pangkuan pemuda itu sesekali terkikik namun Sai hanya tersenyum.

Hinata meletakkan ponselnya di pangkuan dia memandang Sai dengan tenang. Mengalungkan lenganya dia mengusekkan hidungnya pada Hidung Sai. "Aku ingin merasakan?" Bisiknya pelan.

"Merasakan apa...," Mencuri satu kecupan dibibir hingga merambat di pipi Hinata, sampai telinga. Hinata tersenyum karena merasa geli dia sedikit menghalangi dengan gerakan dari pundaknya.

"Mendongaklah?!" Sai sedikit heran, namun dia menurut saja. Hinata dengan pelan mengulurkan tangan menyentuh leher Sai dari atas kebawah dengan gerakan lembut.

Sai menelan ludah karena ulah Hinata, gadis itu malah tersenyum saat melihat jakun itu bergerak saat menelan ludah.
Sai menutup mata, merasakan sentuhan gadis itu sangat lembut sampai dia terkesiap dan membuka mata dengan cepat saat merasakan benda lembut nan kenyal menyentuh lehernya.

"Nakal..." Celetuknya dengan senyum miring. Hinata tersenyum kecil dia terkikik saat Sai mencium lehernya karena merasa geli.

"Geli..." Celetuk Hinata ringan. Sai hanya tersenyum mendengarnya dia mendaratkan ciuman pada bibir Hinata, dengan dalam melumat dengan sedikit kasar.

....

Sore terlihat cerah, Sai yang datang membawa bungkusan kecil merasa heran karena ruangan terlihat sepi. Dia berjalan keluar menuju ruangan samping rumahnya.

Hinata yang hanya memakai dress pendek, lengan spageti, membuatnya mendelik karena biasanya dia memakai celana panjang dan baju-baju panjang lainya, paling pun hanya sebatas dengkul paling pendek.

Dia berdecak kesal, membuka kemeja panjang yang ia pakai mendekati sang empu yang sedang mengusap tanganya kotor penuh tanah.

Memeluk pinggang itu dengan pelan menutupi bagian bawah Hinata, mengikat lengan kemejanya pada pinggangnya. "Ehh! Ada apa?"

"Kau yang kenapa memakai pakaian seperti itu!?" Ucapnya sedikit kesal. Hinata menunduk memandang penampilanya yang memang amat sexy. " Cepat ganti pakaianmu?" Lanjutnya.

"Aku tadi gerah, aku sudah menaruh tanah di dalam pot, mana biji bunganya?!" Hinata mengadahkan telapak tanganya. Sai mendegus lantas memberikan pesananya.

Hinata dengan tenang mulai menanam biji bunganya, dengan Sai yang hanya menonton saja di belakangnya. "Ambilkan aku air?!" Serunya pada Sai.

Sai mendengus dia berjalan kedalam rumah untuk mengambil teko penyiram tanaman. Hinata yang sedang menunggu sedikit mendengus. " Dia itu lama sekali...,"

Hinata berjalan menuju keran mencuci dengan air yang mancur dari keran. Dia melepas kemeja Sai yang berada di pingganyanya meletakkan pada atas keran, namun karena dia cukup ceroboh kemeja itu jatuh di tanah dan basah. " ouh! Astsga! Aku menjatuhkanya." Gumamnya pelan.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang