13

52 12 8
                                    


Hinata memasuki toko kue miliknya. HyuCake adalah nama yang ia berikan pada toko ini, mungkin tidak terlalu besar tapi selalu ramai karena ini adalah toko yang bersejarah dari ibunya hingga ia turunkan pada Hinata yang menuruni sifat ibunya suka memasak. Setelah lulus kuliah dia memilih menjalankan toko ini daripada di kantor. Menurutnya membosankan.

Hinata hanya perlu menambahkan menu-menu baru ia jalankan dengan adiknya juga temanya Tenten.

Tenten mendengus melihat kedatangan sang pemilik toko. "Kemarin katanya ingin kemari tapi sampai malam tidak datang." Hinata tersenyum dengan menampilkan deretan giginya. Dia lupa saat menemani kekasihnya di toko lukisanya.

"Aku sibuk kemarin."

"Sibuk dengan pacarmu..." Hinata terkikik mendengarnya dia mendekati Tenten dengan menyentuh tanganya. "Pasti ada maunya!"

"Aku kasih bonus Tenten karena seharian penuh menjaga toko sendirian." Ucap Hinata tenang.

"Kita butuh satu pelayan Hinata, lagipun Hanabi tidak bisa sering kemari dia kan sibuk sekolah." Cetusnya. Hinata mengangguk paham.

"Yasudah cari saja satu pelayan yang benar-benar baik dan jujur juga pekerja keras." Putus sang gadis santai.

"Siap! Tuan putri." Mereka tertawa karena lelucon yang mereka buat.

Siang sudah terlihat terik matahari menerpa bumi dengan cahaya silaunya. Hinata yang duduk tenang di pojok setelah melayani costumer dia memandang ponselnya dengan kesal.

"Apa saat berjauhan seperti ini padahal tadi pagi sudah bertemu." Gerutunya. Dia memandang nomor Sai dengan gugup karena dari pagi dia tidak mendapat pesan apapun.

Hingga dering ponsel membuatnya terkesiap dia segera mengangkatnya dengan cemberut. "Kenapa baru menelpon aku sudah mengirim banyak pesan!" Dengan nada sedikit manja dia berucap. Seseorang disana tertawa kecil.

"Bukankah semalam kita sudah tidur saling memeluk." Menahan senyum malu dia menggerakkan jarinya di atas meja yang ada di depanya.

"Tetap saja, aku khawatir denganmu."

Sai yang berada disana tersenyum dia sedang duduk di bangku menghadap jendela.

"Aku baik-baik saja asal bersamamu semuanya menjadi lebih mudah Hinata."

Mengigit ibu jarinya gemas dia tersenyum dengan mengatupkan bibirnya karena menahan letupan bunga di hatinya.

"Baiklah nanti malam jemput aku..."

"Baiklah..."

Tenten hanya mendengus mendengar itu. "Aduh-aduh gimana yaa cara aku melihatnya." Tenten tertawa karena mendapat pukulan kecil di lenganya oleh Hinata.

....

Malam tiba seperti biasanya jam 10 toko akan ia tutup. Hinata yang berdiri di depan toko sendiri hanya dapat mengela nafas.

Menurunkan padangan di bawah dia tetap tenang. Hingga sebuah sentuhan di dahinya mendorongnya lembut agar mendongak. "Maaf, aku membuatmu menunggu." Tukasnya pelan.

Hinata mengatupkan bibir kebawah bergerak maju dia memeluk tubuh itu dengan pelan. " Kenapa lama..." Ucapnya pelan.

"Aku ada sedikit urusan tadi..." Balasnya pelan.

"Bukankah toko-mu tutup jam 12 tapi setiap jam 10 kau akan pergi membiarkan Kio yang menjaga." Ceritanya pelan.

"Aku menutup kapanpun aku mau." Sai dengan pelan menangkup kedua pipi sang empu mendaratkan satu kecupan manis di bibirnya. "Aku benar-benar ada urusan penting." Ucapnya pelan.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang