8

67 13 8
                                    


Diruangan utama dengan satu sofa coklat dan meja di depanya. Hinata tertidur di sofa dengan bantal kecil warna coklat.

Sai yang baru saja mandi dia mendekati Hinata tubuhnya berjongkok di depanya. Mengamati wajah yang tertidur pulas itu. Dia tersenyum lembut dengan pelan dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Hinata. "Hinata..." Bisiknya lembut.

Sepertinya Hinata tidak terusik wajahnya masih pulas dengan dengkuran halus, pemuda itu berdiri tegap dia berjalan menuju dapur membuat makanan untuk makan malam mereka berdua. "Apa yang dia makan, aku akan membuat roti isi saja." Putusnya.

Segera dia mengambil empat lembar roti memasukkannya di shouter( pemanggang roti) otomatis. Sekejap roti itu keluar terlihat sudah berwarna coklat meletakkan di piring. Dia beralih memasak daging dan sayur dengan bumbu saos di tambah penyedap. Menyendokkan di atas satu lembar roti lalu menutup atasnya.

Setelah selesai dia membawanya menuju ruang tamu tak lupa sebotol air putih. Meletakkan di meja kayu licin bercat coklat muda. Duduk di samping sang gadis yang masih pulas. "Hei? Kau belum makan malam, aku buatkan roti isi hmm..." Ucapnya lembut.

"Emnh... Aku masih mengantuk." Rengeknya dengan suara khas bangun tidur. Sai dengan pelan mengangkat tubuh Hinata agar duduk menyandarkan di didada, dia mengambil satu roti menyuapkanya pada Hinata.

Hinata dengan mata tertutup makan dengan tenang. "Apa kau sangat mengatuk?"

Hinata mengangguk dengan pelan. Sai menyuapi dengan sabar dan telaten. " Makan ini dulu lalu kau bisa tidur lagi." Tukasnya tenang.

Hinata mendongak memandang Sai yang terlihat tenang. Senyumnya malu-malu terlihat, dia mencoba duduk dengan benar. "Maaf, merepotkanmu..."

"Tidak, sekarang kau kekasihku jadi jangan sungkan. " Setelah semua roti milik Hinata tinggal separuh gadis itu mengambil untuk di makan sendiri. Sai pun makan roti miliknya dia masih memandang sang gadis yang makan dengan menunduk.

"Apa kau masih lapar? Punyaku masih banyak..." Hinata menggeleng dia mengambil botol di meja lantas meminumnya hingga separuhnya.

Sai selesai makan diapun minum dari botol milik Hinata dengan tenang. "Aku akan tidur sofa, kau boleh tidur di kamarku jika kau masih belum nyaman." Ucapnya dengan pelan.

"Tapi tubuhmu akan terasa sakit setelah tidur di sofa?"

"Tidak masalah aku bisa tidur dimanapun." Sai berucap pelan. Dia menarik Hinata agar berdiri menuntunya menuju pintu bercat coklat. "Ini kamarku masuklah?" Dia membuka pintu untuk Hinata.

Gadis itu berjalan masuk dia duduk tenang di ranjang. "Umnh Sai...?"

"Iya..." Melihat pandangan bingung darinya Hinata sedikit malu, dia menarik lengan baju panjang hitam miliknya.

"K-kau boleh tidur disini..." Ujarnya pelan.

Sai tersenyum dia menyentuh tangan sang gadis dan berucap sopan." Kau masih belum nyaman, aku tidak memaksa kita masih baru jadi wajar rasanya pasti canggung untukmu."

"Kalau begitu, tidurlah dengan kasur lantai disini." Ujarnya dengan senyum kecil. Sai mencerna perkataan sang gadis dia mengangguk setuju.

Berjalan menuju lemari. Dia mengambil kasur lantai yang berada di bagian bawah. "Aku kan tidur disini jadi tidurlah, ini sudah sangat larut."

Hinata melepas sepatunya dia naik di atas kasur, merebahkan dirinya, Sai mendekat dia menutupi tubuhnya dengan selimut. "Selamat malam." Ucapnya tenang. Dia mengecup dahi sang gadis.

Menggelar kasur lantai itu dia menidurkan dirinya. Melihat punggung sang gadis yang membelakanginya membuatnya tersenyum kecil.

Hinata tidak mengantuk sekarang. Dia merasa gugup membalik tubuhnya dia memandang pemuda itu yang tidur di bawah dia merasa kasihan. "Kau sudah tidur?"

Sai membuka matanya dia melihat Hinata yang menjulurkan separuh tubuhnya. "Belum ada apa, kau butuh sesuatu?" Hinata sedikit malu ingin mengatakan keinginanya.

"Tidurlah disini?" Dia bangun sedikit menghela nafas, berdiri dia mendekati Hinata membuat gadis itu sedikit terkejut sampai dia terduduk di kasur. "Disampingku..."

Sai dengan pelan dia merebahkan tubuhnya di samping sang gadis. "Tidurlah..." Ucapnya pelan. Hinata dengan malu dia merebahkan tubuhnya.

Membelakangi Sai dia sedikit berdebar mencoba menutup mata. Namun sentuhan lembut di pinggangnya membuatnya membuka mata. Pelukan hangat ia rasakan di tubuhnya Hinata tidak dapat bergerak. Hingga Sai membalik tubuhnya dan memeluk dirinya dengan lembut. Hinata tidak dapat menahan senyumnya.

"Tenanglah... Jantungmu sepertinya tidak bisa membuatmu tertidur." Ucapnya dengan pelan.

Hinata tersenyum malu dia mencoba menyamankan dirinya. "Kau tau, saat pertama melihatmu rasanya kita pernah bertemu sebelumnya..." Ucapnya. Hinata sedikit menjauhkan wajahnya hinga dia sejajar dengan wajah Sai.

"Kenapa bisa begitu...?"

"Aku terus merindukan seseorang tapi aku tidak tahu dia siapa. Tapi saat melihatmu perasaan mengganjal itu seketika hilang." Ucapnya dengan suara lembut. Hinata menahan senyum dia mengelus pipi pemuda itu lembut.

"Kau sangat bermulut manis." Hinata memajukan wajahnya hingga dahi mereka saling menempel. " Karena aku juga merasakan apa yang kau rasakan." Ucapnya pelan.

Sai tidak pernah menyangka jika perasaanya sama dengan Hinata. Dia dengan gemas mengusek hidungnya pada hidung mungil nan mancung Hinata membuat kikikan kecil terdengar di bibir Hinata. "Bagaimana jika aku adalah psikopat di kehidupanmu sebelumnya?"

"Maka kau sangat jahat. Karena membunuh orang-orang." Celetuk Hinata. Sai terkikik kecil mendengar itu.

"Itu berarti aku sangat mencintaimu." Hinata tersenyum mendengar itu. Dia dengan lembut mengecup kelopak mata Sai pelan.

"Maka cintai aku dengan sangat besar." Bisik Hinata lembut. Sai tersenyum mendengar itu, dia kini berganti yang mengecup pipi sang gadis lembut, beralih pada hidung Hinata.

Berbisik dengan dekat di depan wajah Hinata. "Jangan paksa aku untuk melepasmu... Karena aku tidak akan pernah melepasmu." Ucapnya tenang.

Memeluk tubuh mungil itu hingga tenggelam di dalam rengkuhanya. Yang di balas pelukan hangat dari sang gadis.

"Aku ingin sekali membeli handycam." Bisik Hinata di dada Sai.

"Untuk apa?"

"Untuk merekam kegiatan apapun karena aku suka mengabadikan momen-momen. Punyaku yang lama dirusak kak Neji tapi karena waktu itu aku terlalu sibuk aku tidak sempat membeli." Ocehnya dengan suara setengah mengantuk.

"Jangan pikirkan apapun. Tidurlah..." Putusnya dengan lembut. Mengangguk dalam tidurnya dia menurut dan mencoba menutup kelopak matanya pelan.

Sai dengan lembut mengelus kepala sang gadis agar tidur nyenyak. Menarik selimut agar lebih tinggi dia memeluk lembut menghantarkan rasa hangat pada tubuhnya.

Dia mencoba menutup kelopak matanya mencoba mengikuti alam tidur sang gadis.

Malam yang tenang dan bulan bersinar terang. Hawa dingin menusuk lembut namun mengahantarkan rasa hangat bagi kedua pasangan yang sedang tertidur menyambut hari esok yang akan datang.

...


Eeehh kerasa gak sih momen manis ini xixixi kalian udah ada yang pernah baca devastating love belum. Pasti ada scene-scene yang manis namun keterbalikan dari kisah ini. Disana satu pihak sekarang dua pihak yang suka.

I Found YouDove le storie prendono vita. Scoprilo ora