• XB 21 •

9 2 0
                                    

Terpaan angin membelai pelan perempuan di depan Xavier saat ini, rambut pendek yang sekarang terlihat agak lebat dan sedikit lebih panjang dari sebelumnya itu bergerak perlahan ketika terhembus angin.

Matanya yang masih sedikit sembab itu tak luput dari perhatian Xavier, lelaki itu tidak mengerti akan perasaannya sendiri. Ada rasa ingin selalu melindungi dalam dirinya ketika melihat Alsa. Jika boleh jujur, Xavier begitu kagum kepada Alsa, karena belum tentu dia akan memilih terus bertahan ketika masalah terus berdatangan dalam hidupnya.

Xavier bersyukur ia di lahirkan di keluarga yang harmonis walau sang ayah jarang ada di rumah.

Alsa yang mulai menyadari Xavier terus memperhatikannya itu menoleh, "Kenapa sih?" tanyanya heran sambil kembali memakan jagung bakar yang ada di genggamannya.

Xavier hanya menggeleng pelan, tangannya terulur ketika ada noda saus dan sebulir jagung di sisi bibir Alsa, "Pelan-pelan aja makannya, Sa. Belepotan gini." kekehnya pelan.

Di perlakukan seperti itu Alsa hanya mengerjap pelan, "Ehh.."

"Sorry, gue laper."

"Gak papa, mau nyari nasi juga?" tawar Xavier yang mendapat gelengan pelan.

"Ke ATM aja ya abis ini" kata Alsa, "Gue mau narik uang, sekalian bayar hutang sama lo."

Dahi Xavier mengernyit, "Emang lo punya utang?"

"Pas lo beliin nasgor, terus minum, terus ini deh jagung." jawab Alsa sambil mengigit kembali jagungnya.

"Kan lo bilang gak bakal di bayar."

"Becanda gue elah, waktu itu gak megang cash."

"Gak papa, gak usah di bayar. Gue masih mampu buat beliin itu."

"Beneran?" Alsa memicingkan matanya.

"He'em" Xavier mengangguk, "Kecuali buat beli rumah." lanjutnya sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Bisa stop gak bilang buat beli rumah?" kata Alsa sambil memutar bola matanya.

"Lahh kenapa? emang gak mau punya rumah dulu?"

"Ngomong apa sih?!"

"Hahaha," Xavier malah tertawa. "Jadi rencana kedepannya mau apa?"

Alsa melempar batang jagung bekasnya ke tempat sampah di samping, "Gue mau jualan aja deh kayaknya, gue emang ada uang tabungan tapi gak bakal cukup kalo buat biaya hidup gue selamanya, jadi daripada abis gak jelas, mending gue jadiin modal." ucap Alsa serius, "Gimana menurut lo?" tanya Alsa meminta pendapat.

"Gue setuju banget, nanti gue bantuin deh!" ucap Xavier antusias, "Rencana mau jualan apa?"

"Eummm, gue bisa sih bikin beberapa makanan. Apa coba jualan roti aja ya?"

"Ide bagus! gue ikutan jualan deh Sa" ucap Xavier. Sepertinya lelaki itu lebih antusias daripada Alsa sendiri.

"Yakin?"

"IYA!!" repleks Xavier menarik tangan Alsa, "Jadi mau mulai kapan?"

Alsa tampak sedikit berfikir, "Eumm, besok aja yuk beli bahan buat sampel aja. Terus nanti kita tawarin dulu ke temen-temen sekelas, kita open po."

"Wihhh boleh, nanti pulang sekolah ke kosan berarti buat bikinnya?"

Alsa mengangguk, "He'em, nanti di fikirin lagi deh."

Xavier tersenyum hangat, "Terus kuat kayak gini ya, Sa."

"Maksud lo? gue emang kuat ya, sorry." timpal Alsa geram.

Xavier's Bakery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang