3. Tersembunyi dalam Bayangan

208 59 4
                                    

Tubuh Tanya bergetar hebat. Dia melirik pada kedua penjaga yang tergeletak mati mengenaskan dan Alice yang kesakitan sampai tidak sadarkan diri penuh luka dan darah.

Keringat dingin meluncur dari pelipis dahinya yang keriput. Keringat itu meluncur semakin deras saat Kieran mulai berjalan mendekat ke arahnya seraya membawa sebilah pedang yang diambil dari salah satu penjaga yang dibunuhnya.

"Tu-tunggu! Pangeran! Saya bisa menjelaskan!" Tanya berteriak saat posisinya terjebak. Dia tidak mau mati, dia masih ingin hidup.

Kieran sampai di depannya dan mengacungkan pedang tepat di hadapan Tanya. "Katakan," perintahnya dengan nada dingin dan mencekam.

Tanya menelan ludahnya kasar. Dia mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, "S-saya akui saya memang bekerja pada selir Enora. I-itu karena saya harus menjamin kehidupan saya disini."

Kieran sudah curiga dengan gerak gerik Tanya sejak awal. Dia terlihat gugup dan sering mengabaikan tatapan mata saat berpapasan dengan Enora di hari Kieran dihukum oleh raja.

Hari dimana ia diseret ke aula agung adalah kesempatan besar untuk Kieran menggali identitas semua orang yang ada di sana secara kasar. Dimulai dari ayahnya, raja Kaltein, Tiago Lance Kaltein. Lalu ibu para pangeran, sang selir pertama, Enora, selir kedua, Dulcie, dan selir ketiga, Yarak.

Diantara ketiga selir itu, yang paling menonjol adalah Enora. Tampak sekali jiwa ambis dalam dirinya saat ia menatap Kieran dengan penuh kebencian dan rasa ingin menyingkirkan. Saat akhirnya ia dihukum cambuk oleh raja, orang yang pertamakali datang kepadanya bukanlah Alicia, melainkan Tanya, bibinya.

Tanya memberinya obat yang 'katanya' adalah resep langsung dari tabib istana. Namun sayangnya, untuk Kieran yang sudah dilatih begitu baik, dia bisa membandingkan mana obat yang benar-benar menyembuhkan dan mana yang malah membuat semakin parah.

Dia pun bersedia ikut dalam permainan Tanya seraya menunggu dia menjadi lengah. Kebetulan sekali hari ini adalah waktunya. Dari teriakan Alicia yang mengatakan bahwa Tanya memintanya untuk mendisiplinkan Kieran, ada dugaan kasar bahwa Tanya mempengaruhi Alicia dari belakang. Dia adalah provokator utama dari ambisi Alicia yang keterlaluan sehingga membuat Alicia melakukan kekerasan pada Kieran.

Alicia sudah depresi. Dia sangat ingin balas dendam kepada Kaltein dan Tanya memberi dorongan bahwa mereka bisa membalas kerajaan ini melalui putranya, Kieran. Alicia yang berambisi kuat itupun tanpa sadar mulai melakukan kekerasan saat Kieran tidak mencapai apa yang dia inginkan.

Dan disinilah Tanya, mengambil resiko menjadi bagian dari dua kubu. Kubu Enora, jika kelak Nolan menjadi raja, maka dia bisa selamat karena sudah membantu sang selir. Lalu kubu Alicia, jika kelak benar Kieran yang menjadi raja, maka ia masih memiliki kesempatan untuk selamat karena dia sudah berbaik hati padanya dulu.

"Hahahahaha." Kieran tertawa di akhir cerita Tanya.

Tanya sudah hampir menangis ketakutan, ditambah dengan tawa Kieran seperti itu, rasanya jantungnya ingin meninggalkan tubuh.

"Pergilah."

"Apa?"

Kieran menyeringai, "Pergilah, sampaikan pada raja bahwasanya pangeran Kieran sudah menjadi gila. Dia membunuh penjaga ibunya, dia melukai ibunya sendiri, dan dia bahkan melukai orang yang sudah merawatnya. Tampaknya pangeran lebih baik di kurung di dalam kastil tua itu sendirian, beri dia segala kebutuhan yang dirasa diperlukan lalu tinggalkan dia disana saja sendiri."

Mendengar itu, Tanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Dia tidak mempertanyakan lebih lanjut apa maksud Kieran karena apapun alasannya, itu tidak penting sekarang.

Forever YourSWhere stories live. Discover now