7. Adu Pedang

238 60 13
                                    

"Engkau memiliki selera yang cukup unik untuk dekorasi gerbang, pangeran," ucap Yvaine.

"Terimakasih atas pujiannya," jawab Kieran seraya tersenyum.

Clang—

Dua tumbukan besi menghasilkan suara dentang yang cukup keras. Ditambah dengan ruangan kosong, tak ada peredam yang bisa mengurung gema dari suara dentang tersebut.

Dalam pertarungan mereka, entah bagaimana Kieran dan Yvaine masih sangat tenang. Mereka sangat tenang sampai di tahap mereka masih bisa saling bertukar kata di tengah kecepatan, teknik, dan dentangan pedang. Satu tebasan, satu kata, begitu sekiranya cara mendeskripsikan apa yang terjadi sekarang.

Lantai merah darah tampak sangat indah. Cahaya dari lampu lilin yang menggantung tidak bisa diabaikan begitu saja. Baik gerakan pedang Kieran maupun Yvaine sangat halus, hampir tampak seperti mereka sedang menari.

Bagi mata orang awam, gerakan itu akan terlihat seperti tarian, tetapi jika dilihat oleh ahli pedang, gerakan itu adalah gerakan fatal. Sedikit saja kesalahan, maka nyawamu dipastikan melayang. Gerakannya memang halus, tapi ingatlah, mawar memang cantik, tetapi durinya akan membunuhmu.

"Lumayan," komentar Kieran saat ia menyadari Yvaine dapat menyamai kecepatan serangan pedangnya.

"Tidak buruk," jawab balik Yvaine yang juga mengomentari cara berpedang Kieran.

Taktik awal sudah diluncurkan. Pertarungan awal adalah pemanasan. Disitulah kedua pihak akan saling mengukur kemampuan satu sama lain lantas mencari jalan keluar dan celah untuk mengalahkan. Ini adalah rahasia mutlak yang bahkan tidak pantas disebut rahasia lagi.

Pada sisi Yvaine, ia merasa tidak asing dengan gerakan Kieran. Dan secara mengejutkan, Kieran juga merasa demikian. Tanpa sadar keduanya tersenyum.

Tidak mungkin, kan? Ini pasti kebetulan.

Membuat dugaan kasar, keduanya pun kembali saling serang. Kali ini tidak ada yang disembunyikan, benar-benar saling serang dengan teknik dan kemampuan masing-masing. Kata orang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan sangat sulit hilang.

Termasuk kebiasaan Yvaine dalam menggenggam pedang. Dia pengguna pedang ganda, tangan kirinya akan membalik pedang tersebut ke arah bawah, bukan depan. Menggunakan teknik seperti ini, dia mengandalkan kekuatan tumpuan kakinya untuk menukik di udara dengan cara berputar. Dan kebiasaan Kieran untuk meng-counter serangan Yvaine tersebut adalah dengan menggenggam ujung pedangnya dan mengarahkan ke atas dalam bentuk horizontal.

"Aha!" Yvaine menyeringai.

"Hahaha!" Kieran tertawa.

Dan pertarungan, benar-benar menuju puncaknya.

Kieran tidak menahan diri, dia mengeluarkan kekuatan aura untuk mempertajam pedangnya. Magis membalut pedang dengan warna merah, mengayun, ia memposisikan pedangnya dalam posisi menusuk. Yvaine mengeluarkan batu magis, membuat perlindungan, ia mundur mengambil jarak yang pas.

Diambilnya belati yang tersembunyi dibalik punggungnya, mengirim lima belati sekaligus terbang menuju Kieran. Kieran menepis kelima belati tersebut menggunakan pedangnya. Pengalih perhatian. Yvaine melompat, terbang ke atas. Dia mengayunkan pedangnya seperti kapak ingin membelah kayu. Kieran mengantisipasinya dengan mengeluarkan tabir perlindungan dari magis.

Yvaine terpental, ia melempar batu magis untuk membuat kabut yang menghalangi gerak pandang.

"Hahahaha...." Kieran menelengkan kepalanya. "Bersembunyi?... Kemarilah... Ayolah... Temani aku bermain...." Matanya menyala terang, giginya menyeringai tajam.

Forever YourSDove le storie prendono vita. Scoprilo ora