13. Kontrak Perjanjian

211 51 3
                                    

Di jaman ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi belum secanggih dunianya dulu, senjata berupa pistol akan menjadi barang mewah dan mahal. 

Yvaine akan mengubah tatanan dunia dengan penemuan senjata barunya ini. Dia sudah memikirkan rencana ini matang-matang. Dengan segala pertimbangan, dia siap berbisnis dengan dunia. Mari letakkan semua taruhan pada papan judi, mari kita lihat siapa yang akan tertawa di akhir.

Dunia, sambutlah kedatangan Yvaine Hughard.

"Aku akan memberi sedikit perubahan pada benda itu. Mari berbisnis denganku, pak tua. Mari bertaruh apakah ini akan menjadi bisnis yang besar atau tidak. Antara hidup dan mati, ayo kita injak negeri ini," kata-kata Yvaine sungguh tidak pantas.

Tetapi senyum di wajah itu, membuat Khair tidak bisa menolak. Perempuan itu ada di depannya sekarang. Sejauh ini tidak pernah ada orang yang bisa kembali dari kastil pangeran ketiga dalam misi pembunuhan. Hanya Yvaine, perempuan itu membuktikan nilai dirinya menjadi satu-satunya yang mampu keluar, mampu bertahan, dan mampu menebus kembali anak-anaknya.

Khiar berjalan menuju kamarnya, ia kembali dengan cetak biru di tangannya. Dia memberikannya pada Yvaine.

"Senjata ini akan sangat menjanjikan, tetapi ini juga akan membawa perang besar bersamanya," ucap Khair, berusaha memberi saran bijak. Dia tahu dengan pasti kekuatan penghancur dari senjata di tangan Yvaine itu.

Yvaine tersenyum, "Perang, adalah tempatku hidup, Khair."

Ini hanya pistol. Bagaimana jika Khiar melihat dunia modern tempat Yvaine yang dipenuhi pesawat tempur, bom nuklir, tank, dan alat-alat militer lain yang lebih canggih? Pak tua ini pasti bisa pingsan saking terkejutnya ia.

Tiba-tiba saja terdengar suara riang dari belakang, suara anak kecil, Octo berteriak sambil berlari menghampiri Yvaine, "Ayah kami kembali!"
Yvaine langsung menyimpan cetak birunya. Octo menabrak kakinya dan memeluknya. "Kak Janus memenangkan banyak permen!"

Janus akhirnya menyusul, "Maaf ayah, Octo ingin bermain di pasar sebentar, jadi kami sedikit lama."

Khiar memicingkan alisnya, "Ayah? Tapi kamu jelas perempuan, Ive."

"Lantas kenapa? Meskipun aku perempuan, kemampuanku tidak kalah dari laki-laki. Bahkan aku lebih kuat dari mereka," jawab Yvaine sombong. Dia lalu berbalik kembali untuk mengeluas kepala Octo. "Jangan lupa untuk berbagi dan menyisakan untuk kakak-kakakmu di rumah."

Melihat bagaimana Yvaine tampak sangat natural berlagak seperti seorang ayah, Khiar menarik kata-katanya. Yah, meskipun aneh mendengar perempuan dipanggil ayah, tapi sejak awal Yvaine kan memang aneh orangnya.

"Ngomong-omong, Wallen, kenalkan dia Yvaine. Dia adalah orang yang memberitahuku untuk merawatmu," ucap Khiar pada Wallen untuk memperkenalkan siapa Yvaine.

Mendengar hal tersebut, sontak Wallen langsung berdiri. Gerakan tiba-tiba itu membuat kepalanya pusing dan dia hampir terjungkal. Dengan sigap Janus menangkapnya, membantunya untuk duduk kembali.

"Nona tida apa-apa?" tanyanya panik.

Wallen tersenyum gugup, wajahnya sangat pucat, "T-terimakasih, m-maaf sudah merepotkanmu. Uhm... Itu, Nyo-nya ah tidak T-tuan--"

"Panggil aku senyamanmu, tidak perlu gugup seperti itu," ucap Yvaine seraya mendekati Wallen. "Aku teman ayahmu di tavern Regyn.  Dia menitipiku pesan. Katanya, seandainya ia tidak kembali, maka dia mintaku untuk merawatmu."

Kepala Wallen tertunduk, menahan tangis. "T-teri-terimakasih...."

"Jadi, gadis cilik. Dulu aku tidak punya cukup uang untuk mengadopsimu langsung sehingga aku menitipkanmu sementara pada tuan Khiar. Karena sekarang kehidupanku sudah membaik, aku akan memberimu pilihan. Menjadi anakku atau tetap bersama tuan Khiar."

Forever YourSWhere stories live. Discover now