4. Kembalinya Yvaine

216 52 5
                                    

Yvaine bangkit, duduk.

Duduk terdiam, dia mendapati dirinya dikelilingi oleh tujuh anak kecil dengan rentan usia yang berbeda-beda. Dia mengamati wajah mereka satu persatu dan dapat mengambil kesimpulan instan bahwa mereka ini... Orang miskin.

Ya, sangat miskin malah. Pakaian abal-abal, wajah kusam dan tak terawat, gigi berlubang, bau, juga buluk. Yvaine menolehkan kepalanya kesana kemari, berdehem sejenak kemudian berdiri dari duduknya. Dia lalu membagikan kembali hasil jarahan yang belum selesai ia hitung dan hanya mengambil beberapa koin perak saja, dimana hal tersebut sukses membuat bocah-bocah polos ini kebingungan dengan tindakannya.

Tidak berhenti disitu, Yvaine juga langsung melenggang pergi meninggalkan mereka begitu saja. Dia berjalan sendiri seolah kepalanya sudah hafal betul jalan menuju tempat yang ia ingin tuju sampai-sampai ia bisa masuk mode auto-pilot.

Dia sampai. Sebuah tavern dengan nuansa kuno klasik Eropa. Yvaine masuk ke dalam, membuat lonceng di pintu berdering tanda seseorang datang. Menuju meja tavern, ia memberikan semua koinnya.

"Seperti biasa," ucapnya pada sang penjaga tavern.

Segera pesanannya diambil dan dia diberi sebotol anggur dan dua batang cerutu. Yvaine menyambar benda-benda itu lalu beranjak pergi. Akan tetapi sebelum ia membuka pintu, suara seorang laki-laki muda memanggilnya dari belakang.

"Hei, Ive!! Mengapa terburu-buru seperti itu?! Sudah lama kamu tidak mampir di tavern!"

Tanpa berbalik, Yvaine menjawab, "Maaf Reg, lain kali."

Dia membiarkan kakinya melangkah sesuai kehendak hatinya. Dia mengabaikan segala hiruk-pikuk yang terjadi di belakang, meninggalkan pesta meriah dan sambutan hanya untuk pergi ke tempat yang dirasa tenang.

Yvaine kemudian pergi ke sungai ibukota, ia duduk di pinggir sungai seraya menegak anggur dan menghisap cerutu, membiarkan sensasi manis dan pahit perlahan membawa kembali pikirannya yang jernih.

Kakinya menggantung ke bawah. Air sungai ibukota Kaltein memang sangat jernih. Air itu mampu merefleksikan wajah Yvaine dengan begitu jelas.

"Ah... Wajah baru."

Menimang segalanya, Yvaine mengingat apa yang baru saja terjadi kepadanya.

Barusan, ia baru saja menempati tubuh orang mati, kan?

Memori terakhirnya berhenti pada hari pembantaian keluarga Hidden. Setelah peluru dari tembakan Kieran menembus jantungnya, Yvaine hanya mendapati kegelapan dan kegelapan. Dia tidak bisa merasa bahkan bergerak. Hanya ada kegelapan abadi yang ia sendiri tidak tahu sampai kapan.

Namun tiba-tiba saja, kegelapan itu mendapatkan tamu yang tak diundang. Ia melihat setitik cahaya bersamaan dengan tubuhnya yang mendadak bisa digerakkan. Mengikuti instingnya, Yvaine menyentuh titik cahaya tersebut dan seketika jiwanya terasa dihempaskan ke dalam dimensi lain.

Di dimensi itulah ia berhadap-hadapan dengan sosok asli pemilik tubuh ini. Sang Boss wanita mendadak memeluknya, Yvaine belum sempat menghindar saat tiba-tiba saja memori di kepalanya pecah bak serpihan kaca. Segala ingatan dari Boss wanita ditumpahkan ke dalam otaknya, tumpang tindih dengan ingatannya dahulu, menimbulkan momentum luar biasa yang membuatnya meringis kesakitan.

Semua ingatan yang ada ditampung oleh otaknya bak tanggul jebol tanpa bisa melakukan apapun. Yvaine menerima semua ingatan itu dan mendengar suara entah darimana mengatakan,

"Ini waktumu."

Dan ia pun membuka mata.

Yvaine membuka mata dalam keadaan linglung. Dia butuh tempat tenang hanya untuk dirinya sendiri untuk berpikir dan mendapati kesadarannya kembali.

Forever YourSWhere stories live. Discover now