9. Penyatuan Fajar 🌑

346 59 3
                                    

Warning!

ADEGAN DEWASA!

.
.
.



Singgasana. Satu tempat sebagai indikasi tahta tertinggi, hak milik, dan keagungan. Singgasana seharusnya ditempati oleh seorang pemimpin, satu tempat sebagai bentuk kehormatan tertinggi, tidak untuk dinodai dan dijadikan sebagai bahan bercandaan.

Tetapi sepertinya, semua keagungan dari nama singgasana harus runtuh disaat sang pemimpin, dia sang pemilik singgasana, sang raja sesungguhnya, memangku seorang wanita, menusukkan kejantanannya ke dalam lubang panas, membuat darah mengalir dari pecahnya selaput dara, tidak memberi sedikitpun ruang untuk bernafas.

Menurut kepercayaan orang zaman modern, seseorang yang gemar beraktivitas fisik cenderung memiliki nafsu yang tinggi. Dan sepertinya itu tidak sepenuhnya salah.

Kepala Yvaine berkabut saat tubuhnya yang mengendarai Kieran perlahan kehilangan keseimbangan atas rangsangan kenikmatan luar biasa. Staminanya sudah terkuras habis akibat pertarungan sehingga sekarang ia hanya bisa mengandalkan kedua tangan Kieran untuk membantunya naik turun menusukkan benda keras itu ke dalam tubuhnya dari bawah.

Gema dari suaranya yang tertahan bercampur dengan suara basah. Sangat basah, seperti suara tepuk tangan tetapi saat tanganmu basah. Suara itu makin lama makin cepat, erangan demi erangan membakar telinga Kieran.

Ini gila, sungguh.

Kenikmatan luar biasa saat ia bisa mendekap jiwa ini sekali lagi membuat dirinya hilang kendali. Dia tidak memperdulikan sekitar, dia tidak mewaspadai apapun karena semua perhatiannya hanya tertuju pada tubuh ini.

Semua berlalu begitu cepat. Dari dia yang hendak menghabisi Assassin ini, malah sekarang berakhir menyetubuhinya saat tahu dia adalah Yvaine, masternya.

"Hah... Sial, Yvaine, aku ingin menyetubuhi mu di atas singgasana raja, hah... Betapa cantiknya itu."

"Agh-ug."

"Jangan... Hah... Jangan tahan suaramu, mendesahlah untukku. Aku ingin mendengar suara indahmu... Ah..."

Mata Yvaine kabur, tapi ia menolak untuk menangis. Ia malah tersenyum, meraup udara sebanyak mungkin lalu menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya pada telinga Kieran.

"Aahhh~... Ahhh~... Yeahh, aku menyukainya, lebih cepat~ .... Ahhhh..."

Kieran seketika membeku.

Yvaine menarik tubuhnya dan tertawa melihat Kieran yang mendadak kaku setelah mendengar desahannya, "Ahahahahahaha! Apa-apaan wajah terkejut itu, hm? Bukankah kamu ingin mendengar aku mendesah?"

Yvaine menggodanya, Kieran tahu itu.

Benang rasionalnya putus, secara kasar ia membanting tubuh Yvaine untuk duduk di singgasana. Kieran melepas pakaian atasnya, menunjukkan dada bidang penuh bekas luka dan goresan. Dia lalu membalik tubuh Yvaine, membuat perempuan itu menggunakan sandaran singgasana sebagai pegangan. Salah satu kakinya diangkat.

Dari belakang, Kieran sekali lagi menembuskan batangnya ke dalam lubang Yvaine, membuat ia mengerang hebat. Gerakannya tambah buas dan ganas, kepala Yvaine akhirnya menyerah. Dia tidak bisa berpikir rasional lagi. Tubuhnya sungguh digempur habis-habisan.

"Ahhhh Kieran... Hah... Kieran...."

Kieran menggenggam dagu Yvaine, memutar kepalanya lalu melumat habis bibir itu. Mereka berciuman di sela pinggulnya yang tak sekalipun berhenti. Getaran demi getaran merambat ke sekujur tubuh Yvaine, membuat tubuhnya merinding hebat dan rasa mencapai klimaks sekali lagi membuat ia ingin lari.

Forever YourSWhere stories live. Discover now