Bab 6 : Betapa Malangnya

1.5K 235 12
                                    

Zhu Yinan selalu berada dalam dunianya yang sepi. Hanya ditemani keheningan. Rumah yang dingin dan sepi. Pelayan yang tidak banyak bicara. 

Namun malam ini beberapa pria ada di halaman rumahnya, bersama pelayan mereka bergotong royong memasak ayam yang dibawa oleh Jenderal Gu dan hidangan pendamping. 

Suara obrolan, canda tawa, pisau yang memotong sayur di talenan, Peri dan dua anaknya yang berusaha mendekat untuk mengendus ayam mentah, dan Lu Zhi yang berjalan kesana kemari dengan sibuk. 

Rasanya Zhu Yinan seperti kembali ke masa saat ia masih bergabung sebagai tentara dulu. Tetapi Zhu Yinan selalu menyendiri, melihat semua interaksi ramai dari kejauhan, berusaha tidak bergabung. Sangat berbeda dengan Gu Shangjun yang dikelilingi oleh kawan-kawan dan orang yang menatapnya penuh dengan kekaguman. 

Biasanya Zhu Yinan hanya melihat keramaian sendirian, namun kini ia bersama Gu Shangjun. Mereka duduk bersisian dibawah pohon maple. 

Suara binatang malam juga saling bersahutan dari semak-semak. 

“Ibuku datang, pasti dia menyulitkanmu.” Setelah keheningan panjangan, Gu Shangjun memulai obrolan dengan Zhu Yinan. 

Zhu Yinan menjawab tanpa menoleh. “Reaksi yang ibumu berikan adalah reaksi yang sangat wajar.”

Gu Shangjun tertawa. “Pada kenyataannya aku hanya memberitahumu, ibuku benar-benar orang yang sulit.”

Zhu Yinan tidak menanggapi, ia justru memainkan rumput yang tumbuh subur. 

Gu Shangjun tidak pernah berada dalam situasi yang sedemikian canggung dengan Zhu Yinan. Jenderal Gu mengusap tengkuknya, ia lebih senang jika Zhu Yinan membalas setiap kata-katanya dengan kalimat menohok seperti biasa dibanding hanya diam seperti ini. 

“Nan-nan, maaf sudah menciummu saat itu.” Gu Shangjun mendekatkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Zhu Yinan. Berusaha untuk menindas jari kecil itu, tetapi Zhu Yinan tidak bergerak sama sekali. Zhu Yinan hanya menunduk semakin dalam, memperhatikan lekat semut hitam yang membentuk barisan menuju lubang semut tempat mereka tinggal. “Maaf sudah menimbulkan masalah untukmu.”

Zhu Yinan melirik sekilas Gu Shangjun. Jari kelingkingnya yang awalnya hanya diam kini mulai mendorong jari kelinging Gu Shangjun menjauh. 

Melihat ini ada kelegaan menyelimuti dada Gu Shangjun. 

“Nan-nan kau memaafkanku?” Gu Shangjun menggoda Zhu Yinan. 

“Tidak. Jangan salah paham. Pergilah.”

“Nan-nan kita sudah mengenal sejak lama. Jadi aku tahu segalanya. Jangan mengelak lagi.” Gu Shangjun sama sekali tidak mau menyerah. 

“Terserah. Mulutmu mengoceh tanpa henti, aku tidak peduli.”

“Baiklah-baiklah. Ayahku pernah mengatakan bahwa suami seharusnya banyak mengalah pada istri.”

Mendengar kata-kata Gu Shangjun, Zhu Yinan seperti seekor naga yang disentuh sisik terbaiknya. Matanya melotot seram. Ia seperti roh pendendam yang menuntut balas. 

“Istri? Siapa yang akan menjadi istrimu?”

Gu Shangjun menjawab santai. “Kau. Siapa lagi?”

“Aku laki-laki.” Zhu Yinan mendesis dalam. Ia dengan penuh kebencian mendorong Gu Shangjun sampai terjatuh ke atas lantai, Zhu Yinan dengan keberanian dan kegagahan seribu prajurit sedikit menindih Gu Shangjun. “Lihatlah Jenderal Gu, siapa yang ada diatas saat ini?”

Aroma wangi Zhu Yinan yang khas tercium tajam oleh Gu Shangjun. Membuatnya agak pusing tetapi juga nyaman. Dengan jarak sedekat ini mereka bisa melihat satu sama lain dengan lebih jelas. 

[BL] Kehidupan Kita Baru DimulaiWhere stories live. Discover now