Bab 18 : Angin Kering

1.1K 216 66
                                    

Meski Pangeran Shilei menyatakan bahwa mereka hanya pergi sebentar, nyatanya Zhu Yinan dan Pangeran Shilei sudah berada di istana selama satu tahun. 

Situasi kerajaan tidak begitu baik belakangan ini. Kondisi Kaisar menurun dan Kaisar belum menunjuk Putra Mahkota yang baru. Para pangeran meski terlihat tenang di luar namun diam-diam menyiapkan belati demi mencapai tahta. 

Zhu Yinan hidup di istana dimana begitu banyak aturan yang harus ia ikuti. Zhu Yinan dipilih menjadi pelayan utama Pangeran untuk sementara waktu. Zhu Yinan diajari dengan ketat cara berjalan, berpakaian, berbicara, cara menyapa anggota kerajaan, dan masih banyak hal membuat Zhu Yinan pusing. 

Ia ‘diasuh’ oleh Kasim karena Zhu Yinan belum begitu mahir dalam berperilaku yang baik sesuai aturan kerajaan. Perlahan namun pasti Zhu Yinan yang awalnya sekeras batu karena berasal dari militer kini berjalan dengan lembut seperti ia berjalan diatas awan emas. Sikap lembutnya bahkan jauh lebih baik dibanding para Kasim. 

Pangeran Shilei tentu saja merasa bangga atas prestasi Zhu Yinan ini. Ia menghadiahkan Zhu Yinan banyak buku serta kuas dan tinta. 

Meski hidup dalam kenyamanan di balik tembok Istana, rasanya benar-benar hampa tanpa ada Gu Shangjun. Walau Gu Shangjun kerap membuatnya jengkel, tetapi jika tidak ada Gu Shangjun yang mengganggunya hidup Zhu Yinan begitu monoton. 

Pangeran Shilei melihat hal ini dalam diam. Sampai akhirnya kondisi Kaisar pulih. Seperti tali kekang yang akhirnya dilepaskan, suasana Istana menjadi lebih tenang. 

Pangeran Shilei akhirnya mengirim Zhu Yinan untuk kembali ke barak dengan alibi bahwa Zhu Yinan harus mengantarkan pesan penting ke Gu Shangjun. 

Zhu Yinan sangat senang, ia mempersiapkan diri sangat awal dan pergi menunggang kuda penuh semangat. 

Tidak pernah dalam hidup ini Pangeran Shilei melihat Zhu Yinan begitu bersemangat seperti saat ini. 

Setelah menempuh perjalanan yang begitu jauhnya, akhirnya Zhu Yinan mencapai barak yang berada di perbatasan. Ia merasa jantungnya hampir meledak oleh rasa senang yang begitu kuat. 

Zhu Yinan turun dari kudanya. 

“Gu Shangjun!” Zhu Yinan memanggil Gu Shangjun yang tengah mengobrol dengan rekan tentara yang lain. 

Mendengar suara yang sangat familiar itu, Gu Shangjun menoleh. Ia segera bangkit dan berlari menemui Zhu Yinan. Gu Shangjun mengangkat tubuh Zhu Yinan dengan mudah, tertawa gembira. 

“Nan-nan!”

“Aiya! Gu Shangjun turunkan aku!” Zhu Yinan memprotes. Gu Shangjun menurunkan Zhu Yinan. 

“Nan-nan kau bertambah kurus. Apa kehidupan di Istana sangat mengerikan?” Gu Shangjun memutar tubuh Zhu Yinan beberapa kali. Zhu Yinan terlihat lebih kurus lagi dan kulitnya mulai memutih seperti saat pertama kali Gu Shangjun menemukan Zhu Yinan dulu. 

“Tidak. Aku makan enak, tidur nyenyak. Melihat bulan saat malam, memandangi ikan saat siang.” Zhu Yinan berkata dengan penuh kebanggaan. 

Gu Shangjun berdecak. “Begitu sombong Nan-nan!” Meski begitu ia bahagia jika Zhu Yinan memiliki kehidupan yang nyaman di Istana. Ia yakin bahwa Pangeran Shilei tidak akan membiarkan Zhu Yinan menderita. 

Zhu Yinan dan Gu Shangjun menghabiskan banyak waktu berdua. Mengobrol panjang lebar, berkelahi, menunggang kuda bersama-sama, berburu babi liar, dan menangkap ikan di sungai. 

Zhu Yinan merasa lebih bebas. Di istana banyak orang yang memperhatikannya, jika ia berbuat salah sedikit pasti menjadi bahan perbincangan sepanjang hari. 

[BL] Kehidupan Kita Baru DimulaiWhere stories live. Discover now