Bab 12 : Memutuskan

1.2K 220 48
                                    

“Betapa malangnya ia, orangtuanya meninggal lebih awal sekarang dia melihat kakaknya sendiri bunuh diri.”

“Apa yang Zhu Mian pikirkan? Bukankah dia memiliki seorang adik? Sekarang Zhu Yinan sendirian.”

“Jika aku punya uang aku juga ingin mengurusnya. Sayangnya uang saja aku tidak punya.”

“Bagaimana dengan kehidupan Zhu Yinan selanjutnya?” 

“Entahlah.”

Shu Yinan menatap kosong gundukan tanah yang sederhana ini. Atasnya dilapisi oleh salju yang tipis. Mata Zhu Yinan bengkak karena menangis sejak tadi. 

Sekarang Zhu Mian sudah dimakamkan. Sekarang tandanya Zhu Yinan benar-benar sendirian. Ia tidak henti-hentinya menangisi kepergian satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa. 

Zhu Yinan menggenggam erat gundukan tanah yang masih terasa basah. Rasa kesepian dan ketidakberdayaan memenuhi tubuh kecil itu. 

Zhu Yinan mengingat perkataan terakhir kakaknya, tentang apa yang Zhu Mian alami sehingga Zhu Mian yang tidak tahan lagi akan rasa malu itu mengambil jalan yang ekstrim seperti ini. 

Amarah menggerogoti dirinya. Bibirnya terkatup rapat dan mata yang tadinya dilapisi oleh kesedihan kini berganti menjadi kebencian yang bisa menghancurkan apa saja. 

“Aku akan membunuhnya! Aku akan membunuhnya! Kakak setelah aku membunuhnya aku akan membunuh diriku sendiri! Lihat saja!” Zhu Yinan menjerit keras, warga kota yang membantu pemakaman Zhu Mian terkejut mendengar suara jeritan Zhu Yinan. “Aku membencinya! Aku pasti akan membunuhnya! Song Guo akan mati di tanganku! Aku akan membunuhnya!”

Zhu Yinan memberontak ketika seorang warga desa berusaha untuk menenangkannya. Zhu Yinan mencakar, mengamuk, membentak, menggigit siapapun yang berusaha untuk meredam amarahnya. Apa yang ia pikirkan kini hanya membunuh orang yang sudah menyakiti Zhu Mian. 

Zhu Yinan lepas dari orang-orang itu. Ia berlari sekuat tenaga, mengabaikan teriakan orang-orang yang berusaha menghentikannya. Zhu Yinan mengabaikan rasa sakit dan kaki karena kakinya menginjak salju tanpa alas kaki. Paru-parunya terasa di tusuk oleh ribuan jarum karena udara dingin yang masuk. Zhu Yinan terus berlari meskipun kakinya terluka dan jejak darah mengotori salju yang suci. 

Zhu Yinan terjatuh ke atas tumpukan salju karena kakinya sudah terlalu lelah. Zhu Yinan berusaha bangkit, tetapi gagal. Ia memukul tumpukan salju. “Sial! Sial! Sialan!”

Zhu Yinan menjerit frustasi hingga suaranya hampir habis. Ia menangis, tetapi bahkan air matapun sudah habis. Zhu Yinan terkapar dalam ketidakberdayaannya. Tubuh Zhu Yinan lemah karena ia belum makan apapun, ia menangis terus menerus dan tenaganya habis untuk berlari. 

Zhu Yinan tidak memiliki kekuatan lagi untuk bangkit. Salju turun semakin lebat. Mungkin ia akan mati karena membeku. 

“Kakak, maafkan aku.” Zhu Yinan berucap lirih, ia menggigil dan bibirnya berubah menjadi pucat. 

Zhu Yinan berpikir apakah ini adalah akhir dari hidupnya? Ia mati dan menjadi hantu jahat karena kebencian yang belum dituntaskan? Ia gagal memenuhi janji pada mendiang kakaknya. 

Nafas Zhu Yinan semakin pendek. Matanya tertutup sedikit demi sedikit. 

Salju turun semakin lebat dan awan semakin kelabu. 

Kuda berlari kencang membelah hebatnya salju yang turun. Ketika mencapai barak pasukan Kekaisaran Tianjin, kuda itu berhenti. Seorang pemuda bertubuh tinggi turun dengan menggendong sosok kecil kurus yang tidak sadarkan diri. 

[BL] Kehidupan Kita Baru DimulaiHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin