Bab 8

20 15 3
                                    

Mereka sudah setengah jalan dari rumah mewah Ardan, Siska yang mulai kecapean terjatuh. Karena, ia sudah tidak tahan lagi dengan kehidupan miskin.

" Ma, kenapa sih kita harus hidup miskin seperti ini. Siska capek tau ma, udah bagus-bagus kita tinggal ditempat Zhena, lagian sih mama menyuruh Zhena kayak seperti itu," ucap Siska, ia menaruh barang barangnya begitu saja, siang yang begitu panas tidak ada satupun ada angkot yang lewat.

" Sayang, tenanglah. Kenapa daritadi kamu itu bawaannya sewot mulu. Berpikir dong, mama lakuin ini buat kamu, kamu kenapa sih ga ngerti juga, jangan kayak Revan yang lebih mengutamakan dirinya sendiri" tegas mama Tanti yang tidak ingin diam, karena Siska terus mengomel pada pihak mamanya.

" Kenapa sih Revan terus, ga muak bilang anak itu terus. Mama, lebih sayang apa sama Revan, ketimbang Siska?"ujar Siska, ia pergi meninggalkan mamanya seorang diri yang diam seperti patung.

" Punya anak sama saja, kenapa sih aku hidup begini terus, bodohnya diriku, betul juga yang diucapkan Siska, kenapa bodoh sekali"ucap Tanti yang masih merepet dengan dirinya sendiri.

Siska yang tidak tahu dengan tujuannya. Ia yang masih mengomel pada mamanya, tak sengaja melihat jika Revan sedang berada diluar bersama temanya.

Pandangan Arsel tertuju, pada Siska yang seperti orang kebingungan. Sontak memalingkan wajah, takut Revan akan segera kemari.

" Eh itu kan Siska, ngapain dia masih pakaian sekolah ada disini. Biasanya, langsung pulang ".

"Loh liat apa sel," tanya Revan yang melirik Arsel.

" Lihat saudaramu, tapi disana ".

" Yang benar loh, mana tapi ga ada wujudnya ".

" Eh, udah hilang mungkin. Loh masih kepikiran tentang Zhena, ngaku loh kalau suka terus terang aja kali, kami dukung loh" ucap Arsel menyetujui hubungan antara mereka.

" Apaan sih, Zhena nya ga suka sama gua. Ngapain juga, mengharapkan jika dia ga suka, ujungnya gua sakit hati "

"Wkwk, bisa loh sakit hati van. Kirain, cuman sekedar ilusi " .

Keduanya temanya saling menertawakan Revan. Karena benar, jika selama ini Revan sudah merasakan jatuh cinta pada Zhena. Walaupun, Zhena anak orang kaya, bagi Revan tidak bermasalah, asalkan bisa berteman dengan baik.

" Eh si Zefri itu sekarang udah deketin Zhena loh van, elo ga cemburu apa?"papar Alvin yang lagi memanasi Revan.

" Biarkan aja kali, mungkin udah takdirnya jika benar Zhena milik Zefri ."

" Ahh, elu ga boleh dong berputus asa. Jangan berputus asa, pasti kalau kau serius, ujung-ujungnya ke pelaminan".

" Ngeri banget vin, Bahas udah pernikahan saja, lagian kita juga masih sekolah ".

" Jangan khawatir sel, banyak diantara kita para cewek udah nikah, buktinya mereka tetap enjoy juga" ucap Alvin, yang tidak ingin mengetahui jika Zefri juga menyukai Zhena.

Kemungkinan Siska tak sengaja, mendengarkan ucapan kedua temanya Revan, lagi lagi, kenapa bisa selalu dibahas Zhena terus.

" Awas saja, kamu Zhena bakal buat perhitungan, gua ga tinggal diam, saat elo bisa senang, dan dimuliakan banyak orang"tukas Siska.

Tanti kehilangan Siska, ia tak sengaja memijak seorang perempuan tua. Yang berpenampilan sangat rapi,juga sopan.

Perempuan tua itu berkerudung hitam, berbaju agamis. dan tutur katanya lembut, dan juga sopan.

" Maafkan saya buk, kenalkan nama saya Tanti," ucap Tanti yang tidak mengetahui, jika itu adalah mama kandungnya Zhena, istri dari Ardan pemilik rumah mewah.

" Saya Aisyah Humairah, senang berkenalan dengan mbak. Mbak kesini naik apa?".

" Hmm, anu kami jalan kaki mbak, permisi mbak mau lanjutkan perjalanan lagi, maafkan saya sudah memijak kaki mbak".

" Tentu tidak masalah, terimakasih sudah diajak perkenalan mbak, permisi mbak" .

Mereka saling menyapa, sementara Siska masih menunggu mamanya diseberang sana. Tampaknya mamanya sedang berbicara dengan seorang.

Apakah Siska mengetahui wanita tua tersebut. Mengapa mamanya begitu akrab dengan orang yang tak dikenalnya.

Penderitaan Qonita Zhena AyundaWhere stories live. Discover now