Bab 14

12 6 0
                                    

Revan harus memberitahu kepada polisi, supaya 3 penjahat itu tidak sempat menculik Revan.

" Selamat siang, pak polisi. Maaf jika kehadiran Revan menggangu lalu lintas pak polisi, saya lagi ada musibah bisakah bapak polisi membantu saya" ucap tegas Revan yang harus cakap seperti apa.

" Siang juga, kalau nak Revan bisa jelaskan, apa yang terjadi dengan kesulitan nak Revan. Tidak masalah, karena ini sudah tugas kami, " jawab pak polisi yang heran dengan anak tersebut, sepertinya Revan sedang mencari tempat untuk istirahat.

" Disana, ada yang sedang mengikuti saya pak. Maka, dari itu Revan memberitahu kepada pak polisi untuk mencari jalan keluarnya. Maafkan saya pak, Revan hanya masih sekolah, tapi karena ini menyangkut teman saya berada di RS."

" Baiklah, kalau begitu akan kami tindak lanjutin . Terimakasih atas infonya, selamat jalan nak Revan" ucap polisi yang ramah terhadap Revan.

Ketiga penculik itu juga tak nampak Revan. Mereka sengaja menelpon bosnya agar bisa terhubung.

Salah satu dari mereka, ada yang merasa emosi namanya Badrul . Ialah yang disuruh oleh bos Tanti untuk menculik Revan.

" Loh kalau ngotot jangan seperti ini. Usahakan bisa dong, kita lagi berusaha. Jangan telepon bos mulu bisa bisa kita didenda oleh bos" jawab Badrul yang sedang pusing memikirkan hal tersebut.

"Tapi sampai sekarang, kita ga Nemu itu anak. Emang bocah itu lagi ga di daerah sini, kamu lagi kami juga lagi berusaha. Capek tahu, mikirin anak itu, udah males, pengen pulang"

" Alah elu, uangnya juga mau kan, sok an pulang segala. Harusnya penculik itu lebih mantap cara kerjanya, kayak tukang bangunan dong harus bisa."

" Eh bos Badrul, emang kita kerja?" Kita kan lagi cari uang. Lu gimana sih bos," papar eril yang tak sengaja melihat polisi sudah berada dibelakang.

Posisi mereka bertiga awalnya biasa saja, ketika datang polisi mereka ketakutan. Apalagi wajah eril udah seperti jeruk purut.

" Permisi, apakah kalian sedang mencari anak bernama Revan?" Tanya polisi kepada ketiga penculik.

"Hehe, bilang ga ya, kalau bilang pasti kami dibawa di kantor polisi. Lupa aja ya, biar kagak ditangkap."

Namun dari mereka tak ada yang  mau menjawab, malah Badrul sebagai paling tua. Tidak ada berurusan dengan bocah bernama Revan.

" Pak polisi, maaf kalau cari anak bernama Revan bukan kami orangnya, bapak polisi mungkin salah orang, kami ga kenal namanya Revan."

" Tapi, kenapa pas saya tanyakan hal itu, kalian hanya pura tidak tahu. Apakah kalian menyembunyikan sesuatu dari kami"pekik pak polisi,karena foto mereka sudah ditangan pak polisi.

" Mengakui saja bos, kalau masuk penjara biar kita tobat. Aku juga ga mau nambah dosa, kasihan bini dan anakku dirumah, pake cara yang haram" bisik Agung yang membalikan fakta .

Saat diinterogasi mereka bertiga kesempatan kabur, pak polisi kewalahan karena mereka sangat cepat menggunakan motornya.

" BERHENTI KALIAN, ATAU SAYA TEMBAK KALIAN. BERHENTI KALIAN BERTIGA"Ucap pak polisi sudah membunyikan tembakan keatas langit.

Dor

Dor

Dor

Suara tembakan keatas , dari mereka tak satupun yang bergeming dan menyerahkan dirinya.

______🥀_____

Lain halnya dengan Zhena ia merasakan sakit dibagian kepalanya, juga kakinya. Merasakan pusing, dimana papanya juga belum datang kesini.

Ia diselamatkan oleh teman dari Revan, yang tak lain adalah Surya. Teman dekat Revan, sekaligus teman bermain Revan.

Zhena tak bisa mengingat apapun, ia merasakan pusing yang luarbiasa. Dirinya yang harus apa, bahkan ia hanya mengingat papanya saja.

" Papa, papa Zhena takut. Papa,, papa Zhena takut" teriak zhena yang takut karena semuanya gelap.

Surya yang tak sadar, langsung memanggil dokter. Agar, Zhena bisa terkondisi dengan baik.

Terdengar suara lelaki, namun Zhena tak kenal suara lelaki tersebut. Maka dengan ringanya, Zhena teriak agar lelaki itu menjauh darinya.

" Kamu siapa, jangan pernah melakukan hal apapun padaku. Jangan sentuh diriku, kamu siapa?" Ucap Zhena yang tidak tahu, karena sekeliling gelap dan ia tidak bisa melihat debgan jelas.

" Tenanglah, aku temanya Revan. Sekarang kamu berada di RS. Tenanglah, tujuan kesini bukan macem-macem tapi karena kamu habis menerima tabrakan"jelas lelaki itu yang menceritakan kepada Zhena Asal zhena jatuh dibawa ke rumah sakit.

"Bohong, cepat panggilan kan papaku kesini. Zhena butuh papa. Zhena bukan butuh orang lain, tapi papa Zhena."

" Bersabarlah sebentar lagi Revan akan bawa papa kamu kenari, tapi kamu bersabar. Dokter akan memeriksa kamu lebih lanjut"

Isakan Zhena yang teramat sedih,ia harus kehilangan kedua bola matanya. Dan setiap hari, harus menderita seumur hidup.

Zhena anak yang kuat, yang tak pernah jumpa dengan mamanya. Dan sekarang, mama nya sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter di RS yang Zhena rawat.

Yang tak lain adalah dokter yang sedang memeriksa zhena saat ini.

Zhena terpukul, ia mengalami cacat buta dan ia tidak bisa menemukan papanya dimana?

Takdir yang memberikan Zhena akan seperti ini, mungkinkah Revan dapat berhasil laporan kepada om Ardan.

Jangan lupa vote juga komen

Penderitaan Qonita Zhena AyundaWhere stories live. Discover now