Bab 16

12 6 0
                                    

Revan ingin segera berkata langsung kepada kakanya. Ia juga ingin tahu, mengapa mamanya begitu dekat dengan papa Zhena.

Ia pergi bersama Surya,untuk pamit karena besok ada ulangan semester. Rasa penasaran dibenak Revan mulai membara. Ia tak cukup disakiti, juga dipermainkan kali ini juga.

Mereka beranjak, dan menyalami om Ardan juga pamit dengan Zhena.

" Om, kami pulang dulu?" Besok ada ulangan semester, cepat sembuh Zhena. Jangan lupa banyak berdoa untuk kesembuhan dirimu, in Syaa Allah, kami juga guru yang lainya akan selalu mendoakan mu, juga menjengukmu Zhena" ucap Revan yang memperhatikan kondisi Zhena begitu menderita, namun ia masih kuat memiliki seorang papa.

" Silahkan nak Revan, terimakasih sudah memberikan informasi tentang Zhena, hati hati dijalan ya. Nak Surya, terimakasih sudah mau menunggu anak saya, ini ada uang tidak banyak, mungkin bisa untuk ongkos kalian pulang" Jawab Ardan, ia memberikan uang dengan amplop putih.

Revan segera menolak, baginya mereka berdua sangat ikhlas,tanpa memikirkan bantuan dari orang lain.

" Tidak om, kami ikhlas menolong Zhena. Maafkan kami om," ucap rendah Revan lalu menyerahkan uang nya kembali.

" Ambillah, om juga ikhlas. Itu mungkin tidak seberapa. Tapi om, justru ikut senang kalian sejauh ini perduli pada anak om, ambillah nak Revan,juga Surya" ujar Ardan ia sangat salut pada kedua teman Zhena.

Akhirnya mereka terima, dan mereka banyak terimakasih kepada om Ardan. Tetapi, Revan langsung bertanya pada om Ardan. Apakah dirinya diizinkan, untuk memeluk Ardan.

" Om, bolehkan Revan memeluk om, Revan tahu jika Revan bukanlah siapa siapa. Tapi, Revan juga butuh sosok seorang ayah yang bisa membimbing anaknya" ucap Isak tangis Revan, tak percaya ucapan langsung didengarkan Ardan dan Ardan langsung memeluk Revan dengan erat .

Perasaan salah ataupun benar, tapi ketika ia memeluk om Ardan semuanya kembali tenang, tak hanya itu dirinya juga sosok seorang ayah.

Tak hanya itu, jika Surya begitu terpukul, karena selama ini Revan juga pendiam. Mungkin, karena permasalahan saat ini ia membutuhkan pelukan seorang ayah.

" Om, makasih udah memeluk Revan. Tapi, Revan juga butuh pelukan hangat itu, baiklah om, Zhena kami pamit dahulu" ucap Isak tangis yang dikeluarkan Revan.

Surya mengelus,dada Revan. Ia juga bersedih karena temanya begitu terpukul untuk saat ini.

" Ya sama sama nak Revan, kuat ya nak Revan, hati hati dijalan " ucap Ardan dengan senyum sumringah.

Mereka saling pandang memandang, dan kepergian membuat Ardan mengingat jika Revan termasuk anak dari mantan istrinya.

Degh,,

Tak percaya, jika selama ini Tanti menyembuhkan Revan. Untuk apa, Tanti  menyembunyikan sesuatu darinya.

Zhena, juga senang bisa bertemu dengan Revan. Walaupun, ia lupa dengan wajahnya Revan, tapi ia ingat saat bersamanya disekolah.

Ardan memperhatikan anaknya yang senyum sendiri? Tak hanya itu, senyuman itu begitu nyaman dibibir putrinya.

"Hayo senyum sendiri, Zhena senyum dengan siapa?" Apakah dengan Revan, atau Surya" tanya Ardan mengusili anaknya.

" Bukan papa, Zhena hanya senyum dengan kehadiran papa. Terimakasih papa, jika papa tak datang mungkin Zhena akan sedih, tidak ada orang yang ingin berteman dengan Zhena. Karena Zhena mengalami buta" ucapnya sedih ia memeluk papanya seolah ia salah mengambil tindakan ini.

" Papa akan selalu menemanimu sayang, tak akan papa biarkan,orang lain mampu menyakitimu. Tapi, apakah benar senyuman itu untuk papa?"sepertinya anak papa, sedang senyum dengan nak Revan,juga Surya".

Mereka saling berbagi, Ardan sekarang mementingkan kesehatan anaknya. Dirinya,yang harus berbagi waktu karena dirinya tidak ingin kehilangan putri yang tercinta.



____🥀____

Revan dan Surya sudah sampai di kosan tempat dimana Revan juga Surya tinggal. Karena, Surya juga teman sekolah ia tidak ingin kehilangan temanya.

Mengapa Revan bisa mendapatkan perempuan secantik ,dan selembut seperti Zhena. Apakah ia akan jatuh hati pada Zhena. Revan, tak sengaja melihat wajah Surya yang begitu aneh.

" Kenapa senyum sendiri?"keserupan loh Sur,entar kesambet atau apa lu?" Jangan senyum sendiri, atau loh suka ya dengan Zhena" ucap Revan yang tahu maksud hati Surya.

" Ahh, bisa aja van. Gua ga suka, kan lu yang suka. Gua sih kagum aja sama dia, tadi pas loh sama om Ardan belum datang, itu Dr. Aisyah juga ikut nangis terharu dengar penuturan Zhena" .

" Dr. Aisyah siapa?" .

" Yang memeriksa Zhena lah, siapa lagi. Tapi sumpah, mereka berdua kayak agak kemiripan"

" Serius loh Sur, kenapa ga loh foto aja dokter itu, "

" Gimana mau foto?" Karena Dr. Aisyah terus memiringkan posisi hanya tertuju pada Zhena. Emang buat apa, segala foto Dr. Aisyah, kurang kerjaan aja segala foto" cerocos Surya .

" Ya untuk mengetahui, apakah itu ibu kandungnya Zhena. Kalau curhat denganku selalu tentang ibunya, nah kalau dapat biar aku kasihkan pada Zhena"

" Serius loh?" Gimana mau kasihnya, sementara Zhena tak bisa melihat. Loh gimana sih van, "

Degh,,

Zhena buta, apakah ia tidak mendengar ucapan yang dikatakan oleh Zhena pada saat, ia berbincang dengan papanya.

" Kasihan banget Zhena. Ga nyangka, ia akan seperti itu. Ga bisa liat ia senang lagi deh,"

" Senang apaan?" Loh suka kan sama Zhena, ngaku loh" .

" Enggak ya! Kalau suka udah di ungkapin. Tapi, sih gua hanya kagum aja sama dia".

" Ya lah tu, loh hati hati dengan Zefri. Tuh anak, suka sama Zhena. "

" Siapa lagi, tuh bocah. Zefri yang palakin elo kemarin van, tuh orang ga ada kapoknya. Udah jelek, bertingkah pulak " reaksi Surya yang tak suka dengan Zefri tersebut.

" Sellow bro, kalau orangnya dengar sampai sini gawat kita bro. Bisa bisa kita diserang, lagian gengnya Zefri banyak".

" Siapa takut?" Bocah ingusan aja takut, yaudah yuk masuk dalam lagian kita juga mau cari makan habis ini" tanya Surya, ia memeriksa perutnya sudah bunyi .

"Ah,loh laper mulu. Nih, ada sedikit cemilan terakhir".

" Buset, apaan ini, kok masih banyak ga loh makan van" tanya Surya yang terlalu serba tanyak.

"Dikit, gua ga selera karena memikirkan om Ardan. Kasihan Zhena yang terbaring lemah di RS. "

" Ciee, mulai merasa diperhatikan. Tenang, kan elo yang bilang suruh jagain Zhena. Ya gua, untung datang tepat waktu, kalau ga tadi udah cari makan"

" Bisanya elo Sur, cari kesempatan saja. Udah dimakan aja. Itu entah makanan apa, karena tadi dibelikan oleh om Ardan diperjalanan menuju RS" jawab Revan memberitahu kepada Surya yang mulai penasaran.

" Yasudah, kuhabisi boleh ga ini. Lagian, enak seperti nya. Boleh ga van, hitung hitung buat ganjal perut".

" Monggo Sur, gua mau berak mau ikut ga?" .

"Asem loh, lagi asyik menikmati makan, elo suruh temani. Sorry ye, udah lah ngomong sama kamu tak berguna"

Sangat lucu raut wajah Surya, tapi Revan sekedar bercanda saja.

" Gitu aja ngambek lu, kayak cewek aja. Sana ngadu sama emak loh"

" Males, emak Gua ga ngertiin gua, cuman om gua yang ada di jakarta yang mengerti, kapan kapan ke Jakarta yuk"

" Ngapain, jakarta ga enak, bagus disini aja. Bandung tempat ternyaman" ucap Revan merebahkan tubuhnya seakan ia sudah lelah.

" Loh ga jadi beraknya. Udah bauk gini. "

" Haha, mau aja gua kadalin, bersyanda" .

" Taik lu, dasar emang ga punya akal lu van, "

Mereka seperti hubungan seorang kakak beradik. Yang saling membutuhkan.

Penderitaan Qonita Zhena AyundaWhere stories live. Discover now