1. Anak Yatim Piatu

1.7K 136 18
                                    

Cerita baru guys. Alurnya maju mundur ya, jadi rada gak boleh ngeblank bacanya nanti bingung soalnya. Hehehe....

Jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih.

***

Saat ini saya sedang berada di salah satu posko penanggulangan banjir di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Terpantau pagi hari ini banjir memang masih menggenang dengan ketinggian yang bervariasi, mulai dari sepinggang orang dewasa hingga ada yang mencapai kurang lebih tiga meter dan merendam rumah-rumah warga hingga seatap rumah. Petugas evakuasi banjir mulai membantu para warga sejak dari kemarin, terutama anak-anak dan lansia untuk segera diungsikan ke posko banjir terdekat dan mendapatkan pertolongan pertama.

Dari pantauan kami ada beberapa warga yang mulai mengalami demam, batuk, dan juga flu, terutama balita dan anak-anak. Sejak kemarin sore bantuan berupa pangan dan juga perlengkapan lainnya seperti tenda, selimut, dan obat-obatan juga terus berdatangan dari Pemerintah maupun warga. Namun para pengungsi masih mengeluhkan sulitnya memperoleh kebutuhan dan perlengkapan untuk balita seperti susu formula dan juga popok karena jumlahnya memang terbatas.

Seperti yang dapat di lihat, di posko penanggulangan banjir ini tidak seramai kemarin karena sudah banyak warga yang pergi ke tempat kerabat atau sanak saudaranya yang tidak terdampak banjir. Sementara mereka yang tidak memiliki tempat lain tetap bertahan di posko pengungsian dengan keadaan yang seadanya.

Saya Djenar Mahika Iswari melaporkan langsung dari Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

"Camera off!!!" Andro sedikit berteriak. Setelah itu senyum Djenar menghilang. Dia langsung menghampiri Andro dan menaruh catatan serta mic nya ke tempat yang seharusnya.

"Habis ini kemana lagi kita?" tanya Djenar sambil membereskan rambutnya.

Tiga hari ini Jakarta diguyur hujan dan dapat air kiriman. Jadi jangan heran kalau setengah dari Jakarta sedang seperti wahana dunia fantasi, bedanya sudah dua hari tidak surut-surut. Di beberapa kecamatan dan kelurahan malah ketinggian air semakin naik.

Dan tiga hari belakangan ini Djenar juga anggota tim nya harus rela berbanjir-banjir ria bahkan menerobos banjir hanya supaya bisa memberikan berita aktual langsung dari tempat kejadian.

Bahkan kemarin Djenar sudah merasakan naik perahu karet sambil berkeliling rumah-rumah warga yang hanya menampilkan atapnya saja, membawakan berita langsung tetap dengan tersenyum padahal dalam hati dia berdoa semoga tidak ada buaya nyasar ataupun kejadian lainnya yang diluar kendali Djenar karena Djenar tidak bisa berengan.

"Nggak ada, balik ke studio." jawab Farel yang sedang membantu Andro merapikan peralatan tempur mereka. Andro dan Djenar saling tatap.

"Balik ke sananya gimana? Lewat mana? Setiabudi kan banjir juga." kata Djenar bingung.

Memang banjirnya tidak separah yang lain, paling hanya sebetis orang dewasa. Tapi kan tetap saja, kalau harus menerjang banjir lagi Djenar sudah bosan. Tiga hari ini kerjanya main-main dengan banjir. Masa harus lagi kecipak-kecipuk di air banjir untuk bisa sampai ke kantor.

"Banyak jalan menuju Roma. Kita lihat nanti sampai sana keadaannya gimana. Improvisasi saja dalam segala kondisi." jelas Farel.

Djenar dan Andro hanya bisa mengikuti. Setelah melepaskan atribut yang dia gunakan untuk siaran langsung Djenar langsung menghampiri beberapa pengungsi. Membantu membagikan makanan yang baru matang dari dapur pengungsian. Hal yang biasa dia lakukan saat melakukan siaran langsung dari tempat.

Selama Andro dan Farel bersiap-siap, Djenar sudah langsung terbiasa membaur dengan warga atau lingkungan sekitar. Jiwa Reporter nya sudah tertanam sejak pertama kali tugas lapangan, menggali informasi. Entah dari mana Djenar mendapatkan jiwa Reporter nya itu.

Buku Resep CintaWhere stories live. Discover now