2. Perjumpaan Pertama

1.2K 120 11
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih.

***

"Mbak, mau kasih ini." Yolanda, salah satu rekan kerjanya menyerahkan sebuah undangan pada Djenar. Saat dia baca namanya ternyata Yolanda yang akan menikah.

"Selamat ya Yo, semoga sukses sampai acaranya selesai." doa Djenar yang diamini seruangan. Mereka memang di undang ke acara pernikahan Yolanda.

"Gimana? Nggak mau nyusul?" tiba-tiba saja Umi sudah berada di dekat Djenar.

"Nyusul apa?" tanya Djenar pura-pura tidak tahu. Padahal dia tahu kemana maksud pertanyaan Umi barusan. Di ruangan ini hanya Djenar seorang yang belum menikah dan usianya memang sudah matang untuk menikah.

"Kayak Yolanda gitu loh, married." Djenar tertawa.

"Mau married sama siapa Mbak? Calon nggak punya, pacar nggak ada." seloroh Djenar sambil terkekeh.

"Ya makanya kalau dikenalin tuh dicoba aja dulu. Mainnya kurang jauh kamu dek. Sekali-sekali ngeliput berita sambil lirik-lirik. Anak kantor memang nggak ada yang nyantol di hati?" Umi menggerakkan alisnya naik turun. Djenar hanya tertawa saja menganggap omongan Umi hanya angin lalu.

Bukan dirinya yang tidak melirik sana sini, tapi memang hatinya yang sudah terlanjur untuk lelaki lain. Bagaimana lelaki lain bisa kecantol di hatinya kalau isi hatinya ternyata sudah tidak ada. Mau dicantol dimana, itu pertanyaan Djenar.

Tidak ada yang tahu kalau Djenar masih belum bisa melupakan Gentala. Lelaki itu sudah membawa kabur hatinya. Mana bisa Djenar terpesona dengan pria lain. Tidak ada yang sekeren Genta, tidak ada yang setampan Genta bagi Djenar. Genta itu segalanya, dunia percintaan Djenar hanya berputar pada Genta seorang. Bahkan ketika lelaki itu menolaknya dengan begitu keras Djenar masih jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Genta.

Hanya saja Djenar sadar diri. Mau mendampingi Genta, siapa dia. Gentala Abimanyu berasal dari keluarga terhormat, asal usulnya jelas. Apa yang bisa Djenar tawarkan pada Genta, tidak ada. Yang ada dia hanya akan membuat Genta malu. Bahkan Genta sendiri yang bilang begitu.

Dari sekian banyak kelebihan Genta yang Djenar banggakan, nyatanya Genta tetaplah manusia biasa yang punya kekurangan. Mulut Genta terlalu tajam untuk orang-orang yang tidak dia suka. Bahkan sedikit belas kasihan saja tidak ada. Tapi tidak masalah, Djenar tidak sakit hati. Sakit sih dulu, sedikit juga, namun sekarang sudah tidak lagi.

"Mbak, dulu nikah sama suami ta'aruf kan? Gimana rasanya berumah tangga sama orang yang nggak dikenal? Padahal ada yang lagi dicinta?" pertanyaan Djenar tentu menarik bagi Umi.

Dari ceritanya, Umi ini kurang lebih kisah percintaannya mirip dengan Djenar. Bedanya Umi sudah sempat pacaran dan merasakan manisnya saling mencintai sampai ditinggal begitu saja dengan alasan yang tidak masuk akal.

Umi pernah patah hati hingga mau bunuh diri. Merasa kurang dan tidak dicintai, padahal dia sudah sungguh-sungguh mencintai kekasihnya saat itu. Setelah berlarut-larut dalam kesedihan dia memberanikan diri menerima ide dari orang tuanya. Ta'aruf dengan lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya. Bahkan mereka sudah dikaruniai dua orang anak.

Hebat kan? Jangan bandingkan dengan Djenar yang tidak ada kemajuan apa-apa. Begitu-begitu saja hidupnya. Berlindung dibalik kata-kata cinta yang tak kunjung sampai.

"Hhmm, gimana ya. Memulai hubungan, apalagi rumah tangga dengan orang yang sama sekali kita nggak tau dan cuma dengar dari kata orang aja susah sih Djen. Kan katanya orang itu yang kelihatan dari luar, dalamnya manalah kita tau. Pacaran lama aja bisa ada yang kelewatan." jelas Umi.

Djenar manggut-manggut. Untuk yang satu ini dia setuju. Tidak membantah. Kulit luar seseorang bisa terlihat bagus, tapi kalau dalamnya busuk siapa yang bisa tahu kalau tidak mengupasnya langsung.

Buku Resep CintaWhere stories live. Discover now