10. Hai Papua

858 111 23
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih sudah baca.

***

Apa yang Djenar suka dari Papua? Keindahan alamnya? Tentu tidak. Alam Papua memang indah, tapi terlalu menantang untuk dinikmati. Makanannya? Tidak juga. Djenar tidak terlalu suka papeda, tapi dia tetap bisa makan papeda.

Lalu apa? Jawabannya adalah orang-orangnya. Orang-orang yang akan Djenar temui sebentar lagi. Mereka mampu membuat Djenar rindu dan tidak sabar untuk bertemu. Menurut Djenar, selama tiga puluh tahun dia hidup, maka disinilah dia bisa bertemu dengan orang-orang tulus yang tidak memandangnya sebelah mata.

Mereka menyambut Djenar tanpa mau tahu siapa Djenar, apa pekerjaannya, atau latar belakangnya. Karena itu Djenar merasa ada yang kurang saat dia tidak kembali ke tempat ini. Mungkin beda provinsi, beda wilayah, namun manusianya selalu sama, ramah dan bersahaja. Hal yang tidak Djenar temui di kota.

Djenar datang dengan rombongan yang cukup banyak. Membawa banyak barang-barang juga. Mulai dari sumbangan orang-orang berupa pakaian, makanan instan, sampai dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Melelahkan? Sudah pasti selama berada di sini melelahkan. Namun semuanya terbayar saat melihat senyum dan tawa mereka semua. Pertama kali mendaftarkan diri jadi relawan Djenar tentu ragu.

Demi apapun ini Papua. Djenar takut akan tersesat dan tidak bisa pulang, kemudian mati mengenaskan di hutan. Seperti itu bayangan Djenar. Namun dia memberanikan diri, mendobrak semua kekhawatirannya karena Djenar merasa ada yang kurang di hidupnya kalau hanya diisi dengan kerja dan belajar.

Pada akhirnya, benar sih Papua sebagian besarnya hutan. Benar juga banyak hal-hal yang menakjubkan di tempat ini. Jalan yang mereka lalui tidak mudah dan panjang karena infrastruktur disini belum memadai. Butuh perjuangan ekstra dan daya tahan tubuh yang luar biasa.

Djenar sampai pada tujuan mereka kali ini. Papua Barat, bersama dengan rombongan. Mereka disambut cukup meriah, hingga mampu membuat pipi Djenar pegal karena terlalu banyak tersenyum.

Tidak terlena, mereka juga mulai membereskan semua barang bawaan mereka yang bermobil-mobil. Ini akan dibagikan untuk penduduk setempat. Ada pakaian baru, sepatu, kebutuhan lain, dan yang menjadi bagian dari Djenar dan beberapa orang lain adalah buku-buku, alat tulis, serta perlengkapan belajar lain untuk anak-anak.

Anak-anak di tempat ini tidak bersekolah karena tidak ada sekolah yang dekat di daerah mereka. Ini juga yang menjadi salah satu perhatian mereka. Djenar berharap dalam waktu dekat Pemerintah dapat membangun sekolah untuk anak-anak disini. Pendidikan itu penting untuk masa depan.

"Capek nggak Djen? Baru dari Semarang terus langsung ke sini." Afni bertanya ketika mereka sedang menyusun barang.

Afni adalah salah satu orang yang dia temui saat pertama kali Djenar menjadi relawan. Ternyata mereka cocok dan berlanjut setiap tahunnya dengan sama-sama mengunjungi Papua.

Afni seorang graphic designer, perempuan itu lebih tua dua tahun dari Djenar. Namun masih kelihatan awet muda karena Afni memang menerapkan pola hidup sehat kecuali acara begadangnya. Selebihnya pola hidup Afni benar-benar sehat.

"Nggak kok, sudah biasa kita kerja keras bagai kuda. Ini belum apa-apa dibanding malam-malam lagi enak mimpi dipanggil kerja untuk meliput." Djenar tertawa.

Afni punya pekerjaan yang jauh lebih fleksibel. Dia bisa bekerja dari mana saja, kapan saja, yang penting sesuai dengan deadline yang sudah diberikan. Asli Jakarta dan masih punya orang tua di Jakarta, namun Afni lebih memilih tinggal di Jogja.

Menjalani kehidupan yang dia bilang adalah simple living in good rekening. Tidak banyak-banyak sekali sih uangnya, namun jauh di atas cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan hari tuanya. Kehidupan yang sebenarnya Djenar impikan, namun belum bisa dicapai.

Buku Resep CintaWhere stories live. Discover now