5. Semarang

998 110 10
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih.

***

Djenar menatap rumah sederhana dan minimalis di hadapannya. Rumah yang tidak besar namun lingkungannya asri. Rumah yang sudah lima tahun belakangan ini ditempati oleh Om Wisnu dan Tante Sofia di Semarang setelah Om Wisnu pensiun sebagai tentara.

Rumah ini tidak memiliki pagar yang melindungi. Jadi semuanya terbuka begitu saja. Memudahkan Djenar yang tidak perlu menggedor-gedor pagar yang digembok. Jadi dia tinggal masuk dan memencet bel saja.

Setiap tahun minimal setahun sekali Djenar selalu menyempatkan berkunjung ke rumah ini. Tentu saja bukan di hari besar atau liburan. Tapi di hari biasa, hari-hari saat orang-orang lainnya sibuk bekerja.

Dia selalu mengambil cuti tahunannya sekaligus dan beberapa harinya Djenar gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Om dan Tante nya. Listia sudah berkeluarga dan sibuk dengan keluarganya sendiri, sementara Levian juga bertugas entah kemana dia kali ini dan tidak bisa sering-sering pulang.

Jadi tinggal Djenar seorang yang bisa dibilang masih punya banyak waktu. Padahal tidak juga. Djenar juga setengah mati mengatur jadwal liburnya. Hanya Djenar masih sadar kalau dia berhutang banyak pada Om dan Tante nya. Tidak akan bisa Djenar bayar meskipun dia tiba-tiba jadi kaya raya.

Djenar menekan bel yang ada di hadapannya. Tidak butuh waktu lama Sofia membukakan pintu. Wajahnya terkejut mendapati Djenar berdiri di hadapannya. Tapi binar bahagianya tidak bisa ditutupi.

"Djejen pulang kok nggak kasih kabar dulu?" kata Sofia mencium pipi Djenar. Ini yang selalu dia rindukan sebenarnya. Ini bukan rumah Djenar, tapi rasanya selalu seperti di rumah. Om dan Tante nya adalah rumah yang seharusnya Djenar dapatkan dari kedua orang tuanya.

"Djejen lupa Tan. Kemarin cutinya belum tentu di approve, jadi nggak berani ngabarin dulu takutnya nggak keluar cutinya Djejen." dulu Djenar benci saat dirinya dipanggil Djejen oleh Levian. Tapi tidak sampai tiga bulan dia sudah terbiasa dengan panggilan itu dan akhirnya melekat sampai sekarang.

Djenar tidak membawa banyak barang. Hanya sebuah koper kecil dan tas totebag yang memang menjadi tas tempurnya sehari-hari. Djenar menatap ke sekeliling saat dia baru memasuki rumah ini. Tidak ada yang berubah. Rumah ini masih sama, rapi dan terawat. Dia melihat ada banyak foto yang dipajang di ruang tamu.

Mulai dari foto Wisnu dan Sofia saat masih muda, Listia, Levian, dan foto Djenar. Satu pigura yang membuat Djenar tersenyum adalah foto ibunya ketika muda dulu. Foto itu selalu terpajang di rumah dinas kemanapun mereka pindah.

Djenar kira dulu Om Wisnu memajangnya karena takut Djenar merindukan ibunya. Tapi setelah dia keluar dan hidup mandiri foto itu masih tetap berjajar rapi dengan foto-foto keluarga kecil Om Wisnu. Bahkan sampai saat ini.

Jangan lupakan foto Djenar dari kecil hingga besar juga bertengger di sana. Foto saat Djenar wisuda S1 nya, hingga wisuda S2 nya beberapa tahun yang lalu juga terpajang disana diapit oleh Wisnu dan Sofia. Kalau dia tidak menyebut Om dan Tante, mungkin orang-orang akan mengira Djenar benar-benar putri bungsu pasangan itu, minus fisiknya yang berbeda.

"Om kemana Tan?" tanya Djenar ketika dia tidak mendapati Wisnu sama sekali.

"Di belakang tuh. Main sama ikan-ikannya." kata Sofia.

Hobi Wisnu semenjak pensiun adalah memelihara ikan koi. Djenar tidak begitu paham tentang ikan, yang pasti Djenar pernah dengar kalau harga ikan-ikan tidak murah. Jutaan bahkan ada yang sampai ratusan juta.

Djenar berjalan ke halaman belakang. Benar saja dia menemukan Wisnu di sana. Berdiri di depan kolam ikan sambil memberi makan ikan. Kolam yang dibangun tidak besar, tapi lumayan. Empat kali empat meter, kalau dalamnya Djenar tidak tahu. Sekitar sepaha orang dewasa kurang lebih.

Buku Resep CintaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt