chapter 14 between us

3K 178 2
                                    

Devon pov

Semakin lama kami semakin dekat, tapi semakin lama tubuhnya semakin lemah juga...

"Devon..."

"Hmm?"

Aku membelai topi rajutnya, lalu kembali mendorong kursi rodanya, dia tertawa. Memang, berkat kemotheraphy rambutnya menipis dan dia memutuskan mencukur semuanya tak bersisa.

"Kautahu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Mungkin seharusnya kukatakan sejak dulu..."

"Apa itu?"

"Aku mencintaimu,Devon."

Kuhentikan laju kursi rodanya, lalu berjongkok di hadapannya. Kukecup dahinya lembut. "Aku juga. Aku mencintaimu, Ara."

Dia nampak terkejut mengenai pernyataanku entah ciuman itu. Tapi kurasa jawabanku tepat.

"Ini pertama kalinya kau mengecup dahiku... dan pertama kalinya kau bilang cinta padaku."

"Kedua kalinya," ralatku sambil mengusap kepalanya lembut.

"Ehhh! Kapan yang pertama?"

"Rahasia ah," balasku sambil mendorong kursi rodanya kembali menuju kamar, membiarkannya dipenuhi tanda tanya. Dia terus tersenyum dan aku ikut tersenyum seakan senyumannya menular.

Saat sampai di depan ruangannya, Alex dan seorang wanita tengah menunggunya. Wanita itu baru sekali ini kulihat. Alex mengisyaratkanku untuk meninggalkan mereka bertiga dan aku menurut.

***

Marika pov

Aku menatap wajah gadis itu. Gadis yang beberapa waktu lalu kutemui masih berlari di koridor kini duduk
lemah di atas kursi roda.

Alex mengangkat tubuh Lunara ke atas tempat tidur dengan enteng seolah anak itu hanyalah tulang berlapis kulit. Dan memang begitu nyatanya.

Lunara mengangkat kepalanya. Matanya memicing berusaha menangkap wajah wanita yang berdiri di depannya.

"Kita pernah bertemu,kan? Di rumah sakit ini juga?"

Aku mengangguk, meninggalkan Alex penuh tanda tanya. Tapi dia tak bertanya.

"Apa itu 'iya' atau 'tidak'? maaf... Pandanganku tidak begitu baik..."

"Ya..." ucapku pada akhirnya. Lunara tersenyum, lalu meraih tanganku. "Terima kasih karena sudah menemaniku ke ruangan dokter Benyamin waktu itu."

"Lunara... apa yang kau ketahui tentang ibumu?" Tanyaku dengan suara pelan.

"Hmm.. tidak banyak. Dia wanita yang cantik, pintar, cerdas, baik hati, lembut dan Alex sangat mencintainya. Apakah Anda mengenal ibuku? Aku sangat ingin melihat wajahnya... untuk yang terakhir kali sebelum aku tak bisa lagi melihat... semakin lama pandanganku mengabur dan kuharap aku dapat melihat wajah ibuku lagi."

Air mataku meleleh dan jatuh ke atas punggung tangan Lunara. Dia tersenyum lembut, membuatku tak bisa berkata apa -apa.

Alex memandangiku. "Marika...!"

Aku mengangguk dalam isakanku. "Aku tahu...aku tahu...!"

Kupegang bahu Lunara. Dia menatapku bingung. "Perhatikan wajahku baik-baik. Akulah ibumu. Namaku Marika... dan maaf karena tak memberitahumu lebih awal..."

Lunara ikut menitikkan air matanya. "Aku mencintaimu, Mom. Walaupun mungkin ini terakhir kalinya aku dapat memandang wajahmu...."

Tak selang beberapa detik, Lunara ambruk ke tempat tidur. Dia memegangi kepalanya, bergelung sambil menjerit menahan rasa sakit. Aku berusaha merengkuhnya, namun Alex menarikku tepat saat dokter datang ke dalam ruangan.

One Last Wish (Completed)Where stories live. Discover now