part 16 Departures

2.7K 168 7
                                    

Lunara pov

Aku mencium aroma yang sudah tak asing. Suara isakan itu terdengar semakin jelas. Aku tetap memejamkan mataku.

Marika tengah menangis dan aku tahu dia menumpahkan air matanya karena aku. Sejak dulu, aku selalu berharap hidupku tak lagi membosankan dan Tuhan mengabulkannya.

Aku memiliki orangtua yang lengkap, tak hanya sepasang tapi dua pasang. Aku menemukan cintaku kembali, Devon. Aku menerima kasih sayang dari Surya. Aku merasa dicintai...

Mungkin inilah hadiah yang diberikan padaku untuk menanggung kanker ini...

Tapi, hidupku juga membawa penderitaan. kusadari itu... Tanpa obat penahan sakit, aku bisa pingsan sewaktu - waktu serangan sakit kepala datang. Tubuhku melemah karena kemotherapy yang hanya  membunuh sedikit sel kanker. AKu tidak bisa berjalan dan bergerak sesuai apa yang kuinginkan. pengobatan yang kuterima hanya menambah beberapa jam, mungkin menit saja dari hidupku.

Aku merepotkan semua orang untuk menjagaku....

Dan... mereka menangis...

Papa mama, Alex, Marika, Surya, Devon... aku tak pernah melihat mereka tersenyum bahagia sejak aku sakit. Aku memaksakan diriku untuk tersenyum, namun rupanya tak berefek apapun. AKu menahan rasa sakit, dan mereka menahan kesedihan....

"Mama..."

"Lu.. lunar... kamu bangun? Maaf kalau.. aku terlalu berisik." Ujarnya terbata. Aku mengangkat tanganku, menyentuh lengannya.

"Terima kasih sudah datang."

Marika mempererat genggamannya padatanganku. "Apa ada yang kaubutuhkan?"

"Tidak ada. Bisakah Mama bercerita tentang pertama kalinya bertemu Alex?"

"Tentu saja..."

Marika mulai bercerita. Rupanya dia sudah terbiasa pada panggilanku padanya. Mama. dia berhenti di tengah cerita, menangis dan aku tak bisa melakukan apapun.

Maafkan aku.... dan terima kasih...

Bagaimana aku harus mengatakannya, Mama?

Bahwa aku sangat mencintaimu,Alex, papa, Mama , Devon dan Surya... teramat sangat..

***
Dulu, aku dan Surya pernah membicarakan tentang kematian saat nenek kami meninggal saat aku 7 tahun.

'APa yang akan kaulakukan kalau aku meninggal?'

Surya yang masih sesenggukan memelukku erat. "Aku takkan membiarkanmu pergi seperti Nenek!!"

"Benarkah? Kau takkan membiarkanku sendiri?"

"Tentu saja!! Kita akan tetap bersama kan??? Janji???"

'Janji!"

Aku tersenyum simpul. Mungkin, aku akan meninggalkan Surya dan merasa bersalah karenanya... Tidak tahu hari ini, besok ,lusa, atau mungkin beberapa tahun lagi. Siapa tahu umur manusia?

Bisa saja aku tak melihat dunia lagi besok saat matahari terbit...

***

Hari keenam kepergian Devon ke Singapura, Surya berkata bahwa keadaan Lunara membaik. Dia merasa lega. Besok adalah kepulangannya ke Indonesia dan mereka akan bertemu lagi.

Devon mengikuti kata hatinya. Dia akan pamit pada Luna dan melanjutkan sekolah kedokteran. Suatu hari nanti, dialah yang akan menyembuhkan penyakit gadis itu.

"Luna okay?"

"Okay... dia ada di sampingku. Mau ngobrol?"

Surya menyerahkan telepon genggamnya pada Lunara yang langsung menyahut. "Ha...lo?"

"HAi, Luna... apa kabar?"

"B-b-b aaa ... ih..."

Devon tersenyum lemah. Belakangan ini, sel kanker telah mempengaruhi syaraf motoriknya, termasuk untuk kemampuan berbicara. Gadis itu tak hanya kesulitan bergerak, namun juga berbicara.

"Besok aku pulang. Take care di sana ya..."

"I...ya...hh"

Surya menerima kembali telepon genggamnya. "Kamu udah memutuskan? Luna bilang padamu... ah. Hati -hati di jalan katanya.."

Devon tersenyum. "Aku akan hati-hati. Ya sudah, kututup teleponnya, ya?"

"Oke."

Surya menatap Lunara yang berbaring. Wajah gadis itu pucat dan lemas. Bahkan dia sudah tak mampu menggerakkan tangannya. Surya berbohong. Lunara tak ingin membuat Devon cemas.

"Su... bu..ku.. tolo...ng... am..bil....kan... u...ukhn..tuk..kuh..."

Surya mengangguk, lalu meraih buku yang ada di nakas tempat tidur Luna.

"Pan....ggil... kan... se...mua.. o...rang....."

"Lunaa, kamu mau ngapain??"

GAdis itu tersenyum dengan wajah menahan nyeri. Air matanya mengalir... "saa...kitt.... ak...kuh... ga... kua...tt"

"Tunggu yaa! Aku panggil Alex dan yang lain, mereka sedang makan di kantin..."

Lunara menggeleng.... "ja..ngan... t.ting....ga...lih... akuhh..."

Surya yang mulai terisak menyentuh puncak kepala kakaknya lembut. "Bertahan ya bentar... aku akan cepet balik...."

Setelah menekan tombol panggilan dokter dan perawat, Surya berlari mencari semua orang. Wajahnya dipenuhi air mata. Dan semua orang langsung mengerti apa yang ingin dikatakannya dan berlari menuju ruangan rawat gadis itu.

Saat mereka datang...

***
Heii, ini Mashiii ^^

Hehehe....digantung sedikit gapapa ya?

Tbc ~

One Last Wish (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang