part 17 Live

2.8K 170 2
                                    

Makasih buat yang sudah rela meluangkan waktu kalian yang berharga membaca cerita ini untuk ngepoin Luna, dkk ><

Salam,
Mashi

***

Surya pov

"Lunaa!"

Ruangan Lunara tertutup rapat, dari balik kaca aku dapat melihat wajah Lunara yang dipenuhi selang dan infus. Dokter berlalu lalang di dalam ruangan dan aku tak tahu apa yang mereka lakukan.

"Pa, Luna akan baik-baik saja kan?"

"Pasti, Ma..." ujar Papa sambil memeluk Mama lembut.

Marika meremas telapak tangannya sendiri, lalu membiarkan Alex menepuk pundaknya ringan. Seolah mengatakan 'semuanya akan baik baik saja' tapi sorot matanya justru mengatakan sebaliknya.

Aku menatap dinding nanar. Mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Penyakit Luna tidak membaik, aku tahu itu. Dia selalu menahan rasa sakitnya, aku juga tahu itu. tapi apa yang bisa kulakukan?

Meninggal begitu saja bukan keinginanmu kan, Lunar?

Kita akan tumbuh dewasa bersama dan kau akan selalu menjadi kakakku yang pintar dan sedikit menyebalkan. Bahkan sekali pun kau tak memberiku kesempatan untuk bilang 'aku sayang padamu'.

Tak lama berselang, seorang suster meninggalkan ruangan dengan wajah pucat.

Kami menunggu kabar dengan wajah tegang. Tanganku dingin dan gemetar saat  Alex menyapa suster tersebut.

"Bagaimana keadaan Lunara?"

"Dia baik baik saja , keadaan kritisnya sudah berlalu dan tengah tertidur karena pengaruh obat... Rasa sakit yang menyerang kepalanya kian memburuk. Dokter tengah menanganinya dan ingin bertemu dengan orangtuanya setelah ini..."

Alex menghembuskan nafas lega. Dokter keluar dari ruangan dan kami dipersilahkan memasuki ruangan rawat Luna. Alex dan Marika bergerak mengikuti dokter sementara Mama dan Papa memasuki ruangan terlebih dahulu.

"Gak masuk, Sur?"

Aku menggeleng pelan. Suaraku serak. "Aku mau beli minum dulu..."

Akhirnya, aku melangkah melintasi bagian gedung yang lain. Saat di taman, tatapanku beralih pada seorang gadis berkursi roda yang tersangkut di dekat trotoar.

"AH!"

Gadis itu berdecak sambil mendorong kursi rodanya sekuat tenaga walaupun hasilnya nihil. Kedua kakinya di gips... mungkin itu alasannya dia begitu frustasi... tapi kenapa dengannya ? Habis kecelakaan?

"Mau kubantu?"

Gadis itu menelengkan kepalanya, lalu menggeleng. "Tidak, makasih."

Tiba -tiba seorang wanita berteriak panik menghampiri gadis itu. Dia mendorong kursi rodanya lalu berlutut di hadapannya.

"Cheryl!! Kenapa kamu kabur?? Kamu kan sudah  janji takkan meninggalkan mama!"

Gadis itu menggeleng. "Aku baru cari udara. Di kamar sumpek banget kan? Lagian aku ga bakal ninggalin Mama... lagi..."

Wanita itu tersenyum lega. "Mau minum apa, Cheryl Sayang?"

"Orange jus..."

"Lho? Biasanya kan kamu minumnya jus jambu, nanti mama belikan."

"Ma, bisa kembali dulu ke kamar duluan? Aku mau ngobrol bareng temanku dulu ya."

"OK, hati -hati ya sayang... mama pergi beli jus dulu ya..."

Teman? Sejak kapan kami berteman?

AKu menatapnya dan tatapan kami bertemu. Dia tersenyum tipis lalu melambaikan tangannya melihat Mamanya menjauh.

"Siapa namamu?"

"Surya."

"Akan kuingat namamu dan makasih karena menawarkan bantuan tadi..."

"Cheryl? Itukah namamu?"

Gadis itu tertawa pelan. "Bisa jadi.... tapi aku lebih senang kau memanggilku Sherryl."

"Sherryl...?"
Bukan tadi ibunya memanggilnya Cheryl? Atau apa aku salah dengar?

"Sudah lama tak ada yang memanggilku dengan nama itu. Sudah ya, Surya. Sampai jumpa."

Aku menatapnya tanpa berkedip. Dia mengayuh kursi rodanya dengan susah payah, dan aku tidak bisa membiarkannya seperti itu.

"Biarkan aku membantumu..."

Sherryl hanya terdiam. Tapi kemudian mengangguk pelan dan pasrah membiarkanku mendorong kursi rodanya memasuki rumah sakit.

***
Lunara pov

Aku terbangun dan mencoba duduk. Tapi tubuhku masih sangat lemas.

Aa....

Aku jatuh tidak sadar kemarin, 2 hari lalu? Aku tak ingat... kepalaku berkabut dan berdenyut.

"Sur..."

Aku memanggil nama Surya, tapi dia tak ada di sana dan tak ada jawaban dari siapapun. Aku terdiam. Perlahan, aku meraba pinggiran tempat tidurku, lalu bergerak turun.

Dulu aku tidak pernah merasa bersyukur karena bisa bergerak dengan kakiku sendiri. Kini, hanya nya dengan menyentuh lantai yang dingin dengan jari kakiku, aku merasa bodoh...

Penyakit ini... membuatku lebih mensyukuri apa yang kupunya, mensyukuri apa yang telah kulakukan selama ini.

"Luna! Kamu sudah sadar?"

Aku mengenali suara Surya. Dia merebahkan bahuku kembali ke atas tempat tidur. "Tidurlah jangan memaksakan dirimu. Mulai besok, aku ada ujian jadi Marika atau Alex yang akan menemanimu bergantian."

"Tum...ben... ma...hu... bhe...laa..jar?"

Aku seharusnya lebih bersyukur karena bisa berbicara banyak dengan smua orang yang kini menjadi satu dari keterbatasanku...

"Hm... memang aneh ya, aku juga gatau kenapa. Hahaha."

Surya menempelkan tangannya di dahiku, lalu menyingkirkan rambut yang menempel di sana. "MAu mandi? Aku akan memanggil perawat.."

"Ak..uu ba ... au ya?"

Pemuda itu tertawa. "Tidak kok. Hmm.. besok Devon pulang. Dia kasih kabar tadi."

Aku mengangguk, lalu menyentuh pipi Surya. Dia menangis. Lagi....

"Ja...ngan....na...ng..ngis... do...nggg.."

Surya memelukku erat. "Luna, apabila bisa memilih... aku akan mengambil alih semua penyakitmu... kau pantas hidup bahagia.."

Aku tersenyum lirih. Air mataku meleleh dan aku tak tahu kenapa menjadi cengeng begini...

Kau lah yang lebih pantas hidup bahagia, aku menyayangimu Surya... dan demi apapun aku takkan membiarkanmu menanggung hal yang sama denganku...

***

Devon pov

Aku segera berlari dari bandara untuk menuju rumah sakit. Perjalananku delay sekitar 2 jam dan baru bisa sampai menjelang malam hari

"Taksi!"

AKu segera memasukkan koper ke dalam dan mengarahkan taksi menuju lokasi rumah sakit. Di tengah perjalanan, sebuah mobil terlihat oleng berasal dari jalur yang berbeda arah.

Mobil itu mengarah pada taksi yang kutumpangi dengan kecepatan penuh.

"Pa, awas, Pa....!!"

Ucapanku terhenti saat cahaya lampu mobil yang menyilaukan semakin dekat.

Setelah itu, aku jatuh tak sadarkan diri.

***

One Last Wish (Completed)Where stories live. Discover now