chapter 15 You re my eyes

2.8K 176 3
                                    

Lunara pov

Aku tertidur dibuai dalam mimpi yang panjang selama entah berapa lama...

Setiap detik aku tertidur aku merasa waktuku di dunia berkurang satu detik...

Hari ini, aku bisa mendengar tangisan Marika, tangisan Alex , Devon, Surya, Papa dan Mama seolah -olah aku telah tiada. Dunia terasa begitu gelap dan menakutkan.

"Lunara?"

Aku terbangun, dan pandanganku gelap. Kepalaku sakit seolah ada makhluk jahat yang tinggal di dalam.

Aku mengerang, lalu mencoba duduk. Rasanya menyakitkan dan begitu sulit ketika tubuhmu terasa seperti agar -agar. Lemas dan lembek.

"Aku tak bisa melihat...." ujarku pelan. Sepasang tangan yang besar dan kuat langsung merengkuhku dalam dekapnya.

"Maafkan aku Lunara, aku tak bisa menyelamatkanmu."

Alex memelukku semakin erat, namun aku tetap bergeming. Waktuku sudah hampir berakhir.

Mungkinkah ini waktunya bagiku mengatakan permohonan terakhirku?

***
Devon pov

Aku sudah menjelaskan masalahku pada Alex dan dia mengizinkanku bersama Lunara beberapa saat.

Aku bersikeras membantunya untuk makan, namun dia tetap ingin melakukannya sendiri walaupun sangat sulit dan belepotan. Dia harus meraba semua makanannya dan aku tak tega melihatnya....

"Apa yang ingin kau bicarakan, Devon?"

"Ara... Bisakah aku meminta waktu padamu? Hanya satu minggu... aku harus kembali ke Singapura bertemu Papa."

Lunara meletakkan sendoknya. "Devon, pergilah. Aku tak pernah mengikatmu. Terbanglah setinggi mungkin. Cita -citamu, raihlah. Aku tahu kau ingin menjadi dokter sejak kita masih kecil."

"Ara...."

"Sekarang, biarkan aku mengucapkan permohonan terakhirku..."

Devon meraih jemari Lunara yang semakin lama semakin kurus. Tangan itu sedikit bergetar.

"Jadilah mataku, Devon. Lintasi dunia, terbanglah setinggi mungkin! AKu akan marah bila kau tak mencapai semua impianmu."

"Tapi, aku tak ingin berpisah denganmu..."

"Kita tak pernah berpisah, Devon. Sejak dulu, sekarang dan nanti, aku akan selalu berada di sini." Ujar gadis itu sambil menyentuh dadanya. "aku akan selalu berada di hatimu."

"Aku akan kembali... tunggulah aku...."

Lunara mengangguk pelan. "Aku akan menunggumu."

***

Surya pov

Lunara mengalami kebutaan dan tubuhnya tak bisa bergerak seperti yang diinginkannya. Dia harus menggunakan kursi roda, dia takut tertidur karena sakit kepalanya selalu kambuh di malamhari.

"Surya....? Kau di sana?"

Aku mengangguk, lalu tertawa karena kebodohanku sendiri. "Ya, aku di sini."

Tadi sore Devon mengambil penerbangan paling cepat menuju Singapura. Jadi, aku yang berjaga.

"Bisakah mengambilkan bukuku dan pulpen?"

"Kenapa?" Ujarku sambil bergerak menuju meja tulis di sisi ruangan.

"Kau tahu bahwa impianku dari dulu adalah menjadi seorang penulis?" Ujar Lunara sambil terkekeh. "Aku senang menulis dan sudah membuat sebuah cerita di sana. Biarkan aku menulis endingnya."

"Mau kubantu?"

"Tidak boleh! Aku tak ingin membocorkan endingnya. Nanti spoiler dong. Tenang sajaa, walaupun sulit, aku bisa menulisnya pelan-pelan sendiri. AKu sudah berlatih...." Balas Lunara sambil tersenyum. Aku menaruh pulpen pada genggamannya dan buku di hadapannya.

Tringg!

Aku membuka layar ponselku. Pesan dari Alex.

Surya, tolong titip Lunara. Aku dan Marika akan datang malam nanti.

"Siapa itu,Sur?"

"Alex. Dia dan Marika akan datang malam nanti."

"Aku bisa minta sesuatu?"

"Hmm.. apa?"

"Temani aku sampai tertidur ya... malam ini, aku ingin kau ada di dekatku. Bisakah?"

Aku membelai punggung tangannya. "Tentu saja bisa. Besok kan sekolah libur."

Setelah itu aku hanya duduk, berharap Lunara tak menyadari air mataku yang jatuh ke atas tempat tidurnya.

***

Pendek yaa??? Tbc di chaptet slanjutnyaaa

Cek juga I am Here yaaa
Karya mashi yang terbaru.. xixixixi

XOXO

One Last Wish (Completed)Where stories live. Discover now