Part 02. Bulletproof Boys

2.6K 129 10
                                    

Gedung utama BigHit Ent disibukkan oleh persiapan² menyambut chuseok. Anggota BTS, idol yang sedang naik daun, ikut mempersiapkan diri untuk shooting 'Chuseok Special'. Yoongi a.k.a Suga sedang membaca skrip event, sementara yg lain memakai kostum.

"Hyung, cepat pakai kostummu. 15 menit lagi shooting dimulai." Ujar Jung Hoseok a.k.a J-hope.

"Mwo (apa)? Jinjja (benarkah)?" Sahut Yoongi terkejut dan segera memakai kostum secepat kilat.

"Ya (heh), Yoongi. Mwohae (apa yg kau lakukan)? Kau baru mulai memakai kostummu?" Tanya Song Hobeom, Manajer BTS geram.

"Ah, ne (iya). Mian (maaf), hyung." Sahut Yoongi bergegas.

"Ppal-li-hae (ce-pat-lah)." Ujar Hobeom geram dengan gigi terkatup rapat. Seluruh member menuju ruang latihan tari untuk memulai shooting.

"Si... jak (mu...lai)."

"Dul, set, Bang! Tan! Annyeonghaseyo Bangtan Sonyeondan ibnida (dua, tiga, hai kami adalah BTS)." Ucap ketujuh member BTS. Mereka menjalani shooting dgn lancar dan sukses. Seusai shooting mereka pangsung membersihkan makeup dan beranjak istirahat.

"Mwoya (apa²an), hyung? Jangnaniya (kau bercanda)?" Sahut Kim Taehyung a.k.a V pada Hoseok yg tertawa terpingkal².

"Hahahaa... Ani (bukan begitu), tapi mengapa kau memasang wajah seperti itu? Utginda jinjja~ (benar² lucu)." Tawa Hoseok memenuhi ruang latian tari mereka.

"Shikeurowo (berisik)." Timpal Jimin berlalu keluar ruangan.

"Apa-? Ya (heh), ijashik (bocah). Kemari kau!" Bentak Hoseok sebal akan sikap Jimin yg selalu tempramen, Taehyung berusaha menahan amarah Hoseok.

"Sudahlah, Hyung... tak usah hiraukan kata-katanya." Timpal Taehyung.

"Hobie, sejak tadi ponselmu bergetar." Ucap Sejin, manajer BTS, menyodorkan ponsel yang menyala-nyala tanda telepon masuk pada Hoseok.

"Eoh. Gomawo (terima kasih), hyung." Sahut Hoseok meraih ponselnya dan melihat layarnya. Abeoji (ayah). Hoseok berlari menuju koridor dan menerima panggilan itu.

"Yeoboseyo (halo), abeoji? Joesonghaeyo (maaf), jeoneun shooting-haesseoyo (saya sedang shooting tadi)." Ujar Hoseok merasa bersalah.

//Gwaenchanhayo (tak apa)... apakah shootingnya lancar?//

"Ne, abeoji."

//Aa... Dahaengida(syukurlah).//

"Eoh, abeoji. Maaf aku masih belum bisa pulang. Akan kuusahakan lagi nanti setelah shooting aku akan mampir." Ujar Hoseok.

//Aigoo, gwaenchana (aduh, tak apa). Sudahlah, aku hanya ingin menelponmu saja. Kembalilah bekerja.//

"Ne, abeoji."

"Hobie! Iliwa (kemarilah)!" Panggil Namjoon a.k.a. RapMonster.

"Chamkanmanyo (sebentar)." Saut Hoseok.

//Ka ra (pergilah).//

"Eh? Tak apa, Abeoji?" Tanya Hoseok tak yakin.

//Ka rago (kubilang pergilah).//

"Ah, iya."

PIP

xxxxx

"Ya (heh). Bisakah kau bersikap semanis di depan kamera?" Tanya Hoseok dongkol pada Jimin. Jungkook dan Taehyung hanya menonton dari sisi ruangan lainnya.

"Mian (maaf), andwae (nggak bisa)." Ujar Jimin tak menoleh dan masih terpaku pada layar ponselnya, memainkan game.

"Ijashik-a (bocah ini)... YA (heh)!!" Bentak Hoseok seraya menendang kursi yg diduduki Jimin.

"Aish-" cibir Jimin melirik Hoseok dgn tatapan mengejek.

"Mwo- (apa-)? Kau barusan bilang apa?!" Hoseok mengepalkan tangan kanannya geram. "Apa katamu? Ya, neo- (heh kau-)"

"Hyung, dwaesseo (biarkan)." Ujar Jungkook menahan kepalan tangan Hoseok. Jungkook menatap Hoseok memohon, karena jika pertengkaran pecah di sini, kepala agensi akan benar-benar marah.

"Aish! Saekki (bajingan)!" Jerit Hoseok berjalan dgn geram keluar ruangan.

"Hyung..." Ujar Jungkook resah pada kedua hyungnya.

"Jungkook a, ka ja (ayo pergi)." Ajak Taehyung seraya menarik Jungkook keluar. Meninggalkan Jimin sendiri dengan game-nya.

xxxxx

"Hyung... Gwaenchana (kau tak apa)?" Tanya Taehyung seraya duduk di sisi Hoseok yg berdiam diri di kantin BigHit.

"Ani (tidak)." Sahut Hoseok menunduk menatap kopinya.

"Biarkan saja Jimin... Ia seperti itu sejak skandalnya dgn fans tahun lalu..." Sahut Taehyung. Hoseok terdiam. Ia mengingat betapa frustasinya Jimin saat itu.

"Iya, kau benar... hanya saja terkadang ia keterlaluan. Sungguh kekanak-kanakan."

xxxxx

*flashback*

"Yejin a..." Panggil Jimin resah pada Jung Yejin, pacar yg sangat ia sayangi.

"Mwoga (ada apa)?" Tanya Yejin cuek, ia mengalihkan pandangannya menelusuri koridor sepi gedung belakang BigHit yg jadi tempat bertemu mereka.

"Neoman saranghae, aljanha (kau tahu aku hanya mencintaimu, kan)?" Ujar Jimin seraya menggenggam jemari Yejin.

"Aish-!" Cibir Yejin menepis tangan Jimin seraya menatap parau Jimin. "Aku memang bukan gadis yang sempurna. Tapi, mengapa manajermu segitu bencinya padaku."

"Mianhae (maaf)..." Ujar Jimin menunduk.

"Lalu, kau akan memutuskanku?" Tanya Yejin menatap Jimin penuh tanya.

"Tentu tidak... kau tahu betapa beratnya masalahku, kan? Profokator haters fanclub-ku, entah mengapa, bisa mengetahui hal terkecil dariku... semua keburukanku, bahkan yg sepele, terkuak ke media." Ujar Jimin.

"Lalu?"

"Aku masih belum bisa bicara dgn manajerku... akan kuusahakan-"

"Dwaesseo (sudahlah)" Sahut Yejin galau, ia menggigit bibir bawahnya ragu. "Mianhae (maafkan aku)..." Ujar Yejin dgn sikap yg tiba² berubah. Jimin menautkan alisnya bingung melihat Yejin tak berekspresi.

"Wae (mengapa)?"

Set. Yejin mengeluarkan ponselnya. DEGG!! akunnnya menuliskan nama profokator haters fanclub Jimin.

"Kau... gojitmal (bohong)." Ujar jimin tak percaya.

"Joesonghaeyo (maafkan aku). Aku rasa semua ini sudah cukup menjatuhkanmu. Aku akan berhenti merusak hidup... karena kau tampak menyedihkan." Ujar Yejin membuat hati Jimin tersentak. "Manajermu benar, aku bukan gadis yg baik untukmu." Sambung Yejin menatap Jimin tanpa dosa.

"He-eojwo (kita putus)." Ujar Jimin perih seraya menatap Yejin parau, tergenang kepiluan di matanya.

"Baru saja aku mau mengatakannya." Ujar Yejin sebelum beranjak dan benar² meninggalkan Jimin.

*end of flashback*

xxxxx

Awalnya aku agak bingung kira² apa yg membuat sikap Jimin jadi tempramen. Akhirnya jadi gitu~ Part 02 ini bagaimana menurut kalian? Author menerima kritik dan saran.

Vote and comment, please~

Thanks, Reader-nim~

1004랑 : Cheon SarangOnde histórias criam vida. Descubra agora