Part 07. (Not) A New Place

1.1K 106 5
                                    

Sarang menarik kopernya lemah. Lengannya masih terasa sakit. Ia berjalan keluar meninggalkan bandara Incheon, memanggil taksi utk mengantarnya ke stasiun terdekat. Sesampainya di stasiun Incheon, ia melihat peta, mencari stasiun tujuan terdekat dengan kantor agensi BigHit. Lalu segera membeli tiket, dan masuk ke kereta.

Ia duduk di salah satu bangku dekat pintu, di sebelahnya terdapat seorang pria berjaket biru tua. Kereta berhenti di stasiun berikutnya, seorang nenek masuk, nenek itu tak menemukan kursi utk duduk. Sarang menoleh ke arah pria di sebelahnya. Pria itu mengalihkan pandangannya. Sarang tak tega. Ia berdiri.

"Ahjumma (bu), yeogi-e anjuseyo (silahkan duduk di sini)." Ujar Sarang memberikan tempat duduknya.

"Aigoo, agassi (nona), gomawoyo (terima kasih). Sudah jarang anak muda sepertimu." Puji nenek itu menepuk bahu Sarang.

"Cheonmaneyo (sama²)." Sahut Sarang agak membungkuk. Pria tadi merasa malu. Ia berdiri.

"Anjuseyo (duduklah)." Ujar pria itu pada Sarang sebelum berlalu ke sisi lain kereta.

"Anjwo (duduklah)." Ujar nenek tadi menepuk bangku di sebelahnya.

"Ne."

Sarang mengeluarkan ponselnya. Mengetik pesan utk dua org kesayangannya, Appa dan Yue. Ia mengabari bahwa ia telah sampai di Korea dan sedang dlm perjalanan ke Seoul.

"Agassi, ponselmu rusak. Belilah yg baru." Ujar nenek itu melihat retakan di layar kanan atas ponsel Sarang.

"Eoh? Gwaenchanseubnida (tak apa), ahjumma. Ini pemberian ibuku dan masih berfungsi." Sahut Sarang agak gemetar. Ia jadi rindu ibunya.

"Apa yg terjadi dgn ponselmu? Terlindas kendaraan?"

"Ani... beberapa hari yg lalu, terjadi kecelakaan menimpaku dan ibuku. Ibuku... telah tiada. Ini bukti bahwa aku di sisinya hingga nafas terakhirnya." Ujarku. Nenek itu membelai lembut rambut Sarang.

"Ah, joesonghaeyo (maafkan aku), ahjumma."

"Gwaenchana (tak apa)."

[Seoul Station. We're arrived at Seoul Station.]

"Ah, ahjumma. Jeoneun meonjeo kalke yo (saya pergi duluan)." Ukar Sarang membungkuk sebelu beranjak meninggalkan nenek itu.

"Eoh, jeolsimhaeyo (hati² di jalan)." Sarang menyeret kopernya lemas menuju jalanan. Ia melihat alamat kantor agensi BigHit di ponselnya. Dan segera mencari tempat tinggal terdekat.
Ia berjalan cukup jauh.

"Cheogi yo. Apakah ini dormitory?" Tanya Sarang pada seorang ibu seraya menunjuk gedung di belakang ibu itu.

"Ah, geurae. Apakah kau mencari kamar?"

"Ye."

"Aigoo. Hampir tak ada pemuda yang mau datang ke daerah ini. Semua yang tinggal di sini, sudah lanjut usia." Ujar ibu itu meletakkan sapu yang ia pegang.

"Ah, geurae yo? Pasti di sini tenang." Puji Sarang.

"Geureom yo. (tentu saja) Ah, kami ada 3 kamar kosong. Kau bisa memilih." Ujar ibu itu ramah.

"Jeongmal yo (benarkah)? Boleh saya lihat kamarnya?"

"Ne. Ttaraoseyo (ikuti saya)."

××××××××××

Hoseok membuka pintu rumahnya. Sudah seminggu sejak Appa ke Amerika, mengapa sudah bau pengap? Batin Hoseok memasukkan kopernya.

"Hoseok a!" Panggil Hobeom.

1004랑 : Cheon SarangOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz