Epilogue

1K 79 8
                                    

Sarang berlari sekencang yang ia bisa. Hoseok dan Jimin sudah mengingatkannya untuk tidak panik tapi sia-sia karena Sarang terlalu kalut saat mendengar kabar Halmeoni dalam keadaan kritis. Sarang mendapati Appa dan Yue duduk menunggu di depan ruang UGD. Yue dengan sigap memeluk sahabatnya yang datang dengan mata merah sembabnya.

"Tenanglah, Sarang." Ujar Yue dengan suara bergetar.

"Halmeoni... Halmeoni..." Rintih Sarang terus menatap pintu ruang UGD, Yue memeluk Sarang dan menyuruhnya duduk terlebih dahulu. Yue menusap punggung Sarang lembut. Jimin menatap Sarang sendu. Yue berdiri dan mempersilahkan Jimin berada di sisi Sarang.

"Menangislah." Ujar Jimin merengkuh Sarang. Sarang membalas pelukan Jimin lebih erat. "Tuangkan semua."
.
.
.

.

"Kanker otak??" Pekik Yue dan Jimin tak percaya mendengar kata-kata Hoseok. Hoseok hanya diam. Ia takut adiknya marah karena tak memberitahu tentang keadaan Halmeoni.

"Tapi, Halmeoni masih bisa bertahan kan?" Tanya Yue agak berbisik. Hoseok menggeleng dengan berat. "Wae?? (kenapa??)" Tanya Yue terkejut.

"Halmeoni sudah mengidapnya selama 3 tahun, beliau juga tak ingin di operasi." Ujar Hoseok berat.

"Apa... Yue tahu?" Tanya Jimin yang kembali di beri gelengan oleh Hoseok.

"Jinjja?? (benarkah??)" DEGG. Suara manis khas Sarang terdengar di belakang mereka bertiga. Hoseok, Jimin, dan Yue hanya bisa diam dalam takut. Sarang menatap mereka parau, air mata mulai merembes. Sarang pun tak dapat berkata-kata, dengan bibir yang bergetar Sarang berusaha mengeluarkan isi pikirannya.

"Wae... mal... anhae? (mengapa tak bilang?)"Sarang memandangi Halmeoni yang tampak lebih rapuh dari biasanya. Air matanya tak dapat berhenti mengalir, ia genggam erat tangan Halmeoni dan menciumnya lama.

"Halmeoni..." Rintihnya menunduk di tangan Halmeoni. Appa melangkah masuk pelan menuju sisi lain kasur Halmeoni, menunduk penuh penyesalan. "Wae, Appa? Wae... nareul... mal anhae? (mengapa kau tak bilang padaku?)" Isak Sarang menatap Appa dengan mata sendunya.

"Appa tak ingin kau khawatir... Appa ingin kau tetap ceria untuk mewarnai hari-harinya." Ujar Appa parau. Sarang menundukkan kepalanya lagi di tangan Halmeoni.

××××××××××

Tak lama setelah keadaan Halmeoni yang tiba-tiba drop, Halmeoni pergi menyusul ibu Sarang ke surga. Sarang sadar bahwa ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Ia baru saja debut. Dan demi Ibu serta Halmeoni, ia akan mewujudkan mimpinya. Halmeoni, tetaplah mengawasiku. Batinnya memandangi foto Halmeoni yang dipajang di tengah rumah duka.

"Sarang-ah..." Panggil Jimin dari pintu rumah duka. Sarang menoleh dan tersenyum tipis. "Bab meogja. (ayo makan)" Ajak Jimin. Sarang membuntuti Jimin ke meja jamuan. Mereka duduk di ujung berdua. Sarang memandang seisi ruangan. Sudah mulai sepi. Batinnya lagi.

"Appa, Hoseok-oppa dan Yue mana?" Tanya Sarang mengaduk-aduk supnya, tanpa nafsu untuk memakannya. Jimin menunjuk ke arah koridor. Tampak dua sosok pria yang sedang berbincang dengan tamu dan sesosok gadis yang sedang menelpon. Sarang menarik bibirnya sedikit. Jimin pindah duduk di sebelah Sarang.

"Apa?" Tanya Sarang. Jimin menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Besok..." Ujar Jimin ragu. "...aku mulai promosi album baru."

"Berapa lama?" Tanya Sarang mulai tahu arah pembicaraan Jimin. Ia pasti ingin menghabiskan waktu bersamaku sebelum kesibukannya lagi. Batin Sarang menatap manik mata Jimin.

1004랑 : Cheon SarangWhere stories live. Discover now