Chapter 20

7.5K 539 29
                                    

"Kamu istirahat dulu. Kamarku disitu..." kata Ali sembari menunjuk pintu didepan kamar itu. Kamar mereka berhadapan, pintu keduanya hanya berjarak satu meter saja. Prilly mengangguk dan masuk ke kamar Alya. Sementara Ali masuk kekamarnya yang juga kamar Ando.

Ia membanting diri di sofa kemudian segera menghubungi Alya untuk mengabarkan kalau dirinya sudah sampai.

"Akhirnya lo nelpon juga..."

"Gue udah sampek kak. Baru aja sampe... gimana apa ada perkembangan dari Ari??"

"Belom. Li, gue masih gak ngerti sama lo. Bisa - bisanya sih lo bawa prilly nyari irwan? Gue udah ngomong kan....."

"Gue tau kak. Tapi gue bener - bener gak tega tadi ninggalin dia. Dia nangis... lo tau kan? Gue paling gak bisa sama orang nangis? Gue janji, semua bakalan baik - baik aja dan sesuai ke inginan lo! Dia gak akan tau apapun dulu sebelum semua beres..."

"Pasti'in aja deh..."

"Iya. Gue bakalan pasti'in itu. Jadi gimana sama Ari??"

"Belum ada perubahan, meskipun dokter bilang kondisinya udah membaik..."

Ali meraup mukanya dengan telapak tangan kiri. Dalam hati ia sangat berharap, Ari bisa cepat sadar dan membantu mereka membebaskan Ando dari hukumannya. Setidaknya dari ancaman hukuman mati.

.....

Sore harinya sekitar jam 6.00, Ali yang baru saja selesai mandi tengah berdiri memandang keluar jendela. Diluar sedang hujan deras, rasanya di bogor hujan sudah menjadi rutinitas alam setiap hari.

Prilly yang kebetulan baru keluar dari kamar menghampiri saat ia melihat kekasihnya berdiri tak jauh darinya. "Li....." panggilnya. Ali menoleh.

"Hei? Udah bangun?"

"Udah mandi malah. Kamu ngapain disitu??"

"Nunggu ujan reda. Aku harus cari seseorang!!" Sahut Ali masih menatap keluar.

"Seseorang??" Tanyanya yang hanya di jawab dengan sebuah anggukan diiringi senyuman. Prilly mengintip keluar sedikit keatas. Menatap langit yang diselimuti mendung rapat. "Kayaknya bakalan sampek malem deh Li.. nunggu reda aja dulu.."

Menoleh ke Prilly, Ali mengangguk sekali lagi. "Kamu laper?" Tanya Ali.

"Kamu laper??" Prilly balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Ali terlebih dahulu. "Ada bahan yang bisa di olah gak?" Lanjutnya.

Ali tersenyum. "Bibik lagi masakin kita di dapur.." sahut Ali. Prilly mengernyit.

"Bibik??" Tanya Prilly memastikan. Ali mengangguk.

"Iya. Aku panggil bibik tadi. Rumahnya di depan sana. Dia yang ngerawat villa kita saat kita di jakarta..." prilly mengangguk mengerti.

"Permisi den? Makanannya sudah siap...." ujar bibik membuat keduanya menoleh.

"Eh?? Iya bik. Oya.. kenalin, ini Prilly.. pacar Ali..!" Prilly menjabat tangan bibik sembari menyebutkan namanya.

"Cantik ya? Cocok sama aden!"

"Makasih bik..!!" Balas Prilly. Sementara Ali hanya senyum - senyum saja.

"Yaudah kita makan dulu yuk..." ajak Ali yang disambut anggukan prilly. Pun mereka mengisi perut mereka yang masih kosong sedari siang, usai makan malam mereka memutuskan untuk menonton tv.

"Den... Semua sudah bibik beresin. Kalo boleh, bibik mau pulang..." pamit bibik.

"Oh? Iya bik, terimakasih ya bik..." Ali beranjak disusul Prilly untuk mengantar bibik sampai keluar. "Tunggu sini aja sayang, ada petir diluar... aku anter bibik pulang dulu!!" Prilly mengangguk menurut dan kembali masuk menatap Ali yang mengantarkan bibik dari dalam rumah.

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang