CAAPA || 35

10.4K 712 67
                                    

....

Prilly menatapnya nanar. "Aku bahkan gak pernah mikir kayak gitu li..."

"Udah, kamu keluar aja. Kasian pacar kamu... aku mau istirahat!!"

"Siapa? Randy? Dia cuma temen li. Kamu tau itu kan?!"

"Aku mau istirahat prill. Kamu keluar aja ya?" Ulangnya.

"Yaudah kamu istirahat aja. Aku masih mau disini nemenin kamu..."

"Tapi aku mau sendiri...." sergah Ali secara halus.

Prilly diam. Ia menunduk dan diwaktu yang sama air matanya meleleh. "Aku mau disini li... aku mau disini sama kamu!!" Ujarnya tanpa menatap Ali sedikitpun. "Tapi okey, aku bakalan pergi kalo itu memang mau kamu..." lanjutnya dan setelahnya Prilly pun keluar dari sana.

Begitu ia menutup pintu kamar Ando, ternyata Alya sudah berdiri tepat didepannya. Prilly pun kembali menangis dan memeluknya. "Udah, lo sabar dulu aja ya?! Biar gue yang ngomong sama dia nanti..."

"Apa sebenernya yang terjadi sama Ali kak? Apa bener yang dibilang ando kalo dia tergelincir?"

Alya mengangguk. "Ceritanya panjang. Kita ke kamar Ali aja yuk biar lo juga leluasa. Sementara biarin Ali sendiri dulu. Mungkin dia masih malu atau gak siap ketemu lo karna kondisinya..."

Prilly melirik pintu kamar Ando sekali lagi kemudian mengangguk setuju. Disana masih ada Prima, Randy dan juga Ando yang tengah mengajak bayi.

"Sorry... bisa gak kita pakai kamarnya dulu? Gue mau ngomong penting sama Prilly.." tak banyak Protes mereka pun keluar satu persatu dari sana termasuk Randy. Setelah menutup pintunya Alya mengajak Prilly untuk duduk. Prilly memutar bola matanya menyapu ruangan yang penuh akan fotonya dan juga Ali semasa mereka masih bersama dulu.

"Gak ada yang berubah kan dari kamar ini?! Cuma fotonya aja yang nambah... semua baju lo juga masih rapi kegantung disana!!" Ujar Alya seraya menunjuk sebuah lemari besar dengan kepalanya.

Prilly tersenyum mendengar hal itu. "Jadi, gimana cerita sebenarnya kak? Apa cerita Ando itu bener?"

"Iya.. Ali emang jatuh dari tangga, waktu dia ngejar lo. Waktu itu kita hampir aja terlambat, dokter bilang kalo kita terlambat bawa dia satu jam aja, mungkin Ali gak akan bisa selamat. Tapi untungnya nasib baik masih berpihak sama kita. Ali masih bertahan hidup, tapi sayangnya saat itu dia koma dan hal itu berlangsung selama kurang lebih satu minggu..." jelasnya.

".... selain itu kita juga harus menerima kenyataan pahit lainnya. Pertama, Hasil rongsen mengatakan kalo sebagian tulang Ali mengalami keretakan. Dia akan lumpuh sementara, dokter bilang Ali bisa sembuh dan kembali normal lagi setelah menjalani pemulihan. Jadi selama dia koma separuh dari tubuhnya harus di gips..." jelas Alya, Prilly memejamkan mata menangis dalam penyesalannya.

"Yang kedua, dokter bilang kalo jantung Ali mengalami kerusakan..." lanjut Alya membuat Prilly sedikit menganga. Kondisi Ali bahkan sangat parah dan dia sama sekali tidak tau, penyesalan terus datang dan berkecambuk dihatinya. Air mata Prilly adalah bukti dari semua penyesalan akibat keegoisannya selama ini. "....Saat itu, Kita semua hampir kehilangan harapan. Tapi dokter memberikan sebuah solusi. Dan haya satu cara itu yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan hidup Ali. Dia harus menjalani operasi transplantasi jantung..."

Prilly tersohok. "Transplantasi jantung?!"

Alya mengangguk. "Mama sama Dad saat itu langsung pulang buat jemput Ali. Mereka bawa Ali ke Australia untuk menjalani operasi itu... walaupun begitu. Kita semua benar - benar was - was dan takut karna semua kemungkinan buruk bisa saja terjadi. Ando sampe kayak orang gila nunggu hasilnya. Kerjaannya nangis terus di kamar Ali... sampai akhirnya mama ngabarin kalo operasi itu berhasil, dan dua hari sebelum gue nikah. Ali dibawa pulang dengan kondisi yang jauh memprihatinkan dibandingkan sekarang.."

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt