Chapter 21

7.3K 536 37
                                    

....

"Pokoknya, saya ingin anak ini mendapatkan hukuman mati. Biar dia bayar perbuatannya pada kami dan almarhum anak saya...." suara mama ricky menggema keseluruh ruangan.

Ando menunduk tersenyum. Alya menepuk bahunya sekedar untuk menguatkan.

"Bapak hakim yang terhormat. Bukankah, dalam reka ulang yang kita lakukan sudah sangat membuktikan bahwa Ando hanya melindungi dirinya dari pukulan Almarhum Ricky? Sekarang saya akan bertanya pada mama ricky yang terhormat. Apabila, Ricky. Saat itu berada di posisi Ando, Apakah dia tidak akan melakukan hal sama untuk melindungi dirinya??" Ujar pak agung setelah di persilahkan untuk berbicara oleh hakim.

"Tapi pak hakim. Proses ilustrasi itu sama sekali tidak akurat. Bagaimana bisa kita mempercayai seorang tersangka tunggal? Tanpa seorang saksi..." balas pengacara Mama ricky.

"Client saya punya saksi..."

Pengacara mama ricky tergelak. "Mana? Mana saksi itu?"

Pak agung mengalihkan pandangannya dari pengacara mama ricky dan sekarang ia menatap yang mulia hakim. "Pak hakim, sebenarnya kami punya 2 orang saksi dalam kejadian itu. Kami masih berusaha mencari dua orang itu, mohon diberikan kesempatan pada kami untuk membuktikan bahwa Ando tidak bersalah..."

Jeglek....

"Permisi...." seisi ruangan di buat fokus ke arah pintu. Dua orang sedang berusaha menerobos pintu disana.

"Irwan??" Desah Ando begitu melihat temannya itu. Ando tersenyum bahagia melihat sang sahabat datang.

Mendengar itu pak agung tersenyum menang. "Bapak hakim yang terhormat. Dia adalah salah satu saksi kunci yang melihat sendiri kejadian itu. Saya harap pengakuan dari Irwan dapat membantu untuk mempertimbangkan keputusan"

Pada sidang kali ini. Pak agung memang telah menjanjikan seorang saksi untuk Ando. Dan syukurlah, Ando bisa membawa irwan tepat waktu. Irwan disumpah terlebih dahulu sebelum akhirnya ia diijinkan berdiri untuk menceritakan kejadian sebenarnya.

"Sodara Irwan, dari ilustrasi yang telah dilakukan oleh sodara Ando. Dia mengaku diserang, bukan menyerang. Betul atau tidak?"

"Betul..."

"Bisa ceritakan kejadiannya??" Pancing pengacara mama ricky yang terkesan meremehkan.

"Saat itu... kami sedang merayakan kelulusan sekolah (bla bla bla...)..... dan terakhir, suara tembakan itu, suara tembakan dari polisi itu yang membuat saya mengira kalau sahabat saya telah meninggal. Tapi ternyata Tuhan menunjukkan kuasanya. Ando selamat, dan ricky si biang masalah itu yang meninggal..."

"Jaga bicara kamu..." seru mama ricky. Seisi ruangan riuh.

Dag .. dag ... dag....

"Mohon tenang!! Jaksa penuntut silahkan..." sang hakim mempersilahkan pengacara mama ricky untuk bersuara.

"Bapak hakim. Kita semua disini tau. Sodara irwan ini adalah sahabat dari Ando. Kita semua tidak bisa menyangkal kalau mungkin, mereka telah membuat suatu kebohongan untuk membebaskan tersangka itu dari hukumannya..." seru pengacara mama ricky membuat ruangan kembali riuh.

Pak hakim mengetuk palunya lagi dan saat ruangan kembali tenang Irwan mengangkat sebelah tangannya. "Tapi saya punya rekaman itu... kebetulan saat pawai kelulusan yang kami lakukan, saya membawa kamera, niatnya saya akan merekam kebersamaan kami untuk yang terakhir kalinya memakai seragam SMA. Tapi sekali lagi, Tuhan telah menunjukkan sesuatu dibalik semua itu.... kamera yang saya bawa berhasil merekam semua kejadian dari awal kami diserang sampai penembakan itu.." ujar irwan lantang membuat pihak ricky terperangah. Alya mengangguk puas.

Cinta Antara  "Ali, Prilly dan Ando"Where stories live. Discover now