Onomatopoeia

976 114 24
                                    

Petang berbisik pada Senja, "Sudah waktunya pulang."

"Sebentar," kata Senja, "lanskap masih terang."

Senja bergeming, gerimis berdenting
di pucuk-pucuk dahan, di muka-muka kolam, saudara katak berblentung-blentungan.

Sawah adalah suaka bagi yang merindukan bunyi jangkrik dan kodok,
merindukan harum sisa hujan,
merindukan kwek-kwek bebek di ujung jalan,
merindukan gemuruh helikopter kesasar yang diharap bisa menjatuhkan

Uang jajan.

***

Keluarga tikus berpesta pora di sawah yang hampir tiba masa pensiunnya.

Bercericit ria seolah tak peduli pada gerombolan kucing yang asyik mengeong-ngeong, berkelahi dan kawin di tepian selokan.

Ada pula kawanan burung kuntul yang tengah bernapas sebal di atas papan iklan bobrok bertuliskan:

"Tanah dijual. Hubungi Mbah Dukun. Rumahnya di pojok kuburan."

"Ayo pergi," ajak Bos Kuntul pada anak-anak buahnya. "Sudah terlambat untuk menagih utang, lagi pula siapa peduli pada padi yang berbentuk tiang bangunan."

Matanya setengah terbuka, pikirannya merindukan
anak dan istrinya yang ia tinggal saat bermigrasi ke selatan.

"Malam tiba," kata Petang.

"Peduli setan," balas Senja.

Seekor anjing tengah berbaring di atas kasur, di bawah sarung, di samping telepon, di luar kedinginan, di dalam kesepian.

Rumahnya tak benar-benar sunyi, sesungguhnya.

Hanya saja, ia tak sadar bahwa sejak tadi di depan rumahnya
ada hewan-hewan lain yang berdemo meminta tanahnya kembali.

"Dasar Anjing!" maki burung perkutut yang ia tempatkan di sangkar kayu dan ia gantungkan di sudut kamarnya.

"Merdu sekali," puji Anjing.

Tiba-tiba anjing tersedak, lidahnya tergigit.

"Asu!" umpatnya. Tak ada yang tahu bahwa Jenderal Kancil
sudah meminta Jibril untuk mengerjainya.

***

Malam semakin larut dalam botol-botol miras oplosan.

Petang dan Senja pergi meninggalkan Anjing yang meringkuk sendirian,

Melolong-lolong merindukan bunyi jangkrik dan kodok,
merindukan harum sisa hujan,
merindukan kwek kwek bebek di ujung jalan,
merindukan gemuruh helikopter kesasar yang diharap bisa meredam

Jeritan lidah api yang tak kunjung padam.

(D.F. Rost, Desember 2015)

OnomatopoeiaWhere stories live. Discover now