Reizen XI : part 2

1.7K 132 34
                                    

Last chapter :

Matahari sudah menghilang dari garis horizon, dan malam pun datang. Aku sudah makan, jadi tidak keluar lagi untuk makan malam saat dipanggil oleh para pelayan. Aku hanya membaringkan tubuhku diatas tempat tidur. Dan secara perlahan, rasa lelah merayapi tubuhku entah darimana. Rasa kantuk yang tadi sudah hilang saat bersama Lacie, kini kembali hadir diatas pelupuk mataku. Rasa kantuk mengalahkan rasa tidak nyaman pada tunik yang sedang kugunakan. Hal terakhir yang kupikirkan sebelum beranjak kedunia mimpi adalah, keluarga Villieldr. Atau bisa kusebut sebagai keluargaku? Entahlah. Aku akan menunggu penjelasan dari Kítrino besok. Ya. Besok.

Vanir's POV

Sebuah alunan pelan suara piano yang menyejukkan hati menyentakkanku dari mimpiku yang menyebalkan dan aku harus berterima kasih kepada siapa pun yang memainkan piano itu karena sudah membangunkanku tepat sebelum visiku tadi siang berjalan hingga bagian akhir. Sesuatu mengelitik rasa penasaranku sehingga akhirnya membuatu turun dari tempat tidurku dan mencari tahu siapa yang sedang memainkan piano.

Lorong – lorong kastil sudah hampir gelap sepenuhnya karena sekarang memang sudah larut malam. Hanya cahaya dari ruangan musik di lantai 4 yang terlihat karena pintunya yang setengah terbuka. Dari tangga saja aku sudah bisa mendengar siapa yang sedang berbicara. Lacie.

" Apakah semua laki - laki selalu menyembunyikan masalah - masalah mereka dan memilih untuk menyimpannya sendiri?" Aku mengerutkan dahiku ketika mendengar pertanyaannya. Sepertinya ini sesuatu tentangku.

" Apa yang membuatmu bertanya seperti itu? Apa ini berhubungan dengan Vanir?" Suara ringan Kítrino terdengar diantara alunan suara piano yang membentuk sebuah lagu yang menyenangkan. Sepertinya Kítrino yang sedang memainkannya. Bukan Lacie.

" Aku tidak tahu kenapa. Aku.." Dia kehilangan kata - kata untuk mendeskripsikan. " Aku hanya merasa dia menyembunyikan sesuatu dariku - dan itu pasti berhubungan denganku -. Sekarang dia menghindari bertatap mata denganku. Kalaupun dia bertatapan mata denganku pasti wajahnya terlihat terluka." Apakah aku memang menatapnya seperti itu?

" Memang sejak kapan dia seperti itu? Tadi pagi kalian nampak baik - baik saja." Kítrino masih menjawab Lacie dengan tenang.

" Saat aku menemuinya seusai duel berakhir. Saat itu dia sedang mengalami sakit kepalanya. Setelah itu dia menatapku, dan tiba - tiba matanya berubah menjadi ungu dan dia langsung menunduk. Sehabis itu dia mulai menghindari kontak mata denganku. Dia juga memintaku berjanji padanya untuk menuruti seluruh perintahnya sampai besok."

" Apakah kau berjanji padanya?"

" Ya. Aku berjanji padanya karena aku tidak merasa rugi berjanji padanya. Dan aku yakin dia tidak bermaksud buruk."

" Ikuti saja permintaanya. Ini hanya pendapatku, mungkin dia melihat sesuatu yang buruk pada masa depanmu. Itu kemungkinan paling besar kalau benar seperti katamu. Maksudku mengenai warna matanya berubah." Jawab Kítrino ringan.

" Dia bisa melihat masa depan?!"

" Dari apa yang kudengar, ya. Matanya berbeda dengan orang kebanyakan. Seperti ibu, saat melihat masa depan atau masa lalunya, warna bola matanya akan berubah. Tapi, nampaknya dia belum bisa mengendalikan kekuatannya." Jawab Kítrino sambil menyelesaikan bait terakhir laguku.

Ibunya? Melihat masa depan? Atau masa lalu? Aku kira hanya aku yang warna bola matanya bisa berubah. Dan orang lain itu adalah sang Ratu. Oh, saat ini aku berharap sang Ratu masih ada disini untuk mengajariku. Aku tidak punya petunjuk apapun tentang kemampuan kecilku selain harus belajar dari seorang Nadlis yang memiliki kemampuan sama.

Dan aku yakin itu pasti masih akan lama. Aku belum berpikir terlalu jauh ketika aku mendegar pintu berdenyit terbuka dan Lacie keluar dari ruang musik. Aku duduk membeku di tangga. Sekarang harapanku sudah berganti menjadi, tolong jangan sampai dia menggunakan tangga samping! Untungnya harapanku terwujud. Saat ini Lacie berlari kecil melewati Tangga tengah. 

Elemetal ForéaWhere stories live. Discover now