Reizen IX ( Bonus Part: Lacie's POV)

1.4K 69 2
                                    

Well, ini yang saya janjikan :3 Tapi maklumin aja kalo aneh ya XD

Yg ini bikinnya waktu belum punya skill sama sekali X(

Anyways, enjoy the reads! =)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Malam yang indah untuk festival yang menyenangkan.

Aku menikmati pesta dansa pertamaku di festival Vósien ini bersama kakak. Walaupun ada perasaan yang mengganjal dihatiku. Setelah beberapa menit berdansa bersama kakak,aku berganti pasangan bersama paman Elroy. Kini aku berdansa dengan paman Elroy. Untuk sesaat aku merasa paman Elroy seperti pengganti ayah. Aku sangat merindukan ayah. Andai saja ayah masih berada di sini dan berdansa denganku. Aku membuang perasaan itu jauh - jauh dariku malam ini sebelum air mataku merembes keluar.

Aku tidak lama berdansa dengan paman Elroy. Kakak kembali menjadi pasangan dansaku. " Apakah kau kecewa karena pasangan dansa pertamamu adalah aku alih - alih ayah, Lacie?" Bisik kakak tepat ditelingaku. Membuat punggunggu menegang untuk beberapa detik.

" Tidak. Aku menyanyangkan ayah tidak ada di sini bersama kita. Tapi, aku tidak kecewa berdansa bersamamu, kak."

" Hmm, kalau begitu apa yang sedari tadi mengganggumu? Wajahmu kelihatan cemas. Ah. Apa karena Vanir belum menemui sejak kalian berpisah di depan gerbang tadi?" Pertanyaan kakak sangat menusuk.

Aku memang menceritakan insiden bunga itu pada kakak. Dan reaksinya sama persis dengan Vanir. ' Tidak usah cemaskan masalah itu. Semuanya akan baik - baik saja.' Itu adalah reaksi yang paling tidak kuinginkan saat itu. Sebenarnya, aku tidak terlalu mempermasalahkan tentang para pembunuh bayaran itu. Aku sudah terbiasa diincar mengingat posisiku sebagai putri kerajaan Astéreia ini. Walaupun aku sedikit terkejut sekarang mereka menggunakan anak kecil untuk mengirimkan racun seperti tadi pagi. Tapi, hal yang paling menggangguku adalah Vanir tahu hal itu dan ikut melindungiku. Itu sangat mengganggu. Aku tidak suka orang yang berada didekatku ikut terancam karenaku. Walaupun aku yakin dia bisa mengatasi orang - orang itu.

" Dia sudah berjanji akan kemari bukan? Kurasa dia bukan orang yang suka mengingkari janjinya. Nah, benarkan. Itu dia." Gumam kakak pelan diatas kepalaku. Aku menoleh mengikuti arah pandangan kakak. Dan disana dia. Dia sedang membelakangiku. Sepertinya dia akan segera meninggalkan festival. " Kau mau mengikutinya, Lacie?" Aku mengalihkan pandanganku kembali ke kakak. Aku tidak bereaksi apapun. Tapi, kakak mengerti apa yang kuinginkan. Dia menyudahi dansanya denganku. Lalu menarikku pelan keluar dari arena dansa.

" Temui dia kalau kau memang mencemaskannya." Kakak mendorongku pelan kearah jalanan.

Aku tidak bisa berkata - kata. Aku merasa malu karena ketahuan kakak mencemaskan seseorang. Terlebih itu adalah Vanir. Seseorang yang dekat dengan kakak. Aku melihatnya sekilas sebelum aku berjalan menembus kerumunan disekitar alun - alun kota.

Aku berjalan menuju timur kota. Kemungkinan besar Vanir pasti menuju taman Legidösse. Dia kan selalu menghabiskan waktunya disana. Entah untuk tidur atau bermain dengan burungnya.

Dimana orang itu? Kenapa cepat sekali jalannya? Kalau saja aku tidak menggunakan rok ini, aku pasti sudah berlari mengejarnya. Gerutuku sebal dengan rok yang kupakai.

" Tuan Putri? Bisa minta waktu sebentar?" Seseorang menarikku ke arah gang kecil. Aku menoleh ke arah orang itu. Mendapati seorang wanita paruh baya yang berpakaian kumuh.

" Eh, maaf aku harus ke suatu tempat. Aku sungguh minta maaf." Aku menjauhkan tanganku dari ibu - ibu itu. Tapi dia mencengkram tanganku dengan kuat.

Elemetal ForéaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora