Reizen IV : part 2

2.3K 81 4
                                    

Kedua tanganku sudah memegang kedua gagang pedangku. Bersiap untuk mengambilnya kalau situasi tidak menguntungkan. Gin juga melakukan hal yang sama, begitu pula Kítrino. Dia sudah memegang tombaknya. Walaupun aku masih tidak mengerti bagaimana dia bisa memegang tombak karena selama tadi kami jalan dia tidak memegang tombak.

Tidak ada yang terjadi untuk beberapa saat. Lalu tiba – tiba orang yang mengikuti kami itu lompat dari atas atap rumah. Dia dengan ringannya menapakkan kakinya ketanah. Dia menggunakan baju khas tentara; baju dengan atribut ribet berwarna biru pekat. Dia juga memakai masker mulut ditambah dengan topeng putih bergaris emas dengan 3 buah benda kecil berkilau di dahinya.

Tunggu. Apakah itu Diamond? Dia tentara kan? Untuk apa mengejar dia kami?

“ Hebat sekali. Selama ini aku tidak pernah ketahuan kalau sedang mengikuti seseorang. Bahkan para pembantai ternama sekali pun.” Dia menepuk tangan.

Dari suaranya, dia pasti tidak jauh lebih tua atau mungkin sepantaran dengan kami bertiga.

“Ada urusan apa sampai membuntuti kami? Aku rasa tidak ada yang salah dengan surat izin masuk kami. Terlebih kau seorang Éxaires.” Tanya Gin.

“ Oh, tentu saja bukan karena masalah sepele begitu sampai aku harus mengejar kalian. Bukan bagianku untuk mengurusi hal – hal kecil dan remeh seperti itu.” Si tentara itu secepat kilat dan seringan angin sudah tepat berada di depanku.

Dalam sepersekian detik berikutnya dia sudah mengangkat pedangnya dan mengarahkannya pada leherku yang notabenenya berada paling dekat dengannya. Aku segera menarik kedua pedangku dan menangkisnya. Bunga api terjadi ketika pedang kami bersentuhan. Lalu dia melompat ke belakang. “ Bagus – bagus. Setidaknya misi kali sedikit tidak membosankan.” Dia menyarungkan pedangnya kembali.

“Baiklah, aku kesini untuk menjemputmu secara rahasia….. Yang mulia pangeran.” Lalu dia membungkukkan tubuhnya.

Keheningan langsung menyelimuti kami. Apa – apaan ini?

“ Hmm, jadi aku sudah ketahuan?” Tanya Kítrino memecah keheningan sambil menurunkan tudungnya.

Si tentara itu sudah menegakkan kembali badannya.“ Tidak. Kalau bukan karena informasi dari kepala pasukan yang mulia, kami tidak akan menyadarinya. Kami menerima informasi bahwa anda akan segera sampai di kota ini hari ini. Dan ternyata anda sampai sebelum perkiraan. Kalau kemarin saya tidak melihat tudung yang mulia mungkin saat ini kami belum menemukan anda. Dan secara kebetulan angin membuat tudung anda terbuka sehingga saya yakin bahwa itu anda yang mulia.” Tentara itu menjelaskan.

“ Lalu? Apa misi yang diberikan kepadamu?”

“ Misi saya membawa anda secara rahasia ke markas tentara tanpa sepengetahuan wali kota agar tidak menimbulkan kekacauan. Agar kami bisa melindungimu. Dan membawa serta – jika ada – 2 teman seperjalanan anda.”

“ Baiklah. Kami akan ikut kau.”Kítrino langsung memutuskan.

“ Eh? Kita mensetujuinya?” Tanya Gin.

“ Lebih baik begitu. Sebelum misi ini menjadi tidak rahasia. Kalau sudah begitu berarti ayahku sudah tau dan kalian akan terlibat masalah besar.”

“ Urg. Bagaimana ini? Kita akan ikut Vanir?”

Aku masih hanya diam. Ada benarnya perkataan Kítrino, kami akan dalam masalah besar kalau raja sampai tahu. Dan kalau tidak menerimanya, tentara itu akan memaksa. Yang berarti duel melawannya. Tentara itu benar – benar tentara kelas atas. Aku sama sekali tidak menyadari tapakkan kakinya ataupun auranya. Hanya karena tadi waktu disentral auranya sedikit lepas kendali dan aku bisa menyadarinya.“ Baiklah kami ikut.”

Elemetal ForéaWhere stories live. Discover now