mbk 6 | believe

28.8K 2.2K 7
                                    

MBK::6

Believe

Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran toko buku, Prilly keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko buku tersebut.

Bukan.

Prilly bukanlah gadis penyuka novel remaja. Ia menyukai buku yang bergenre misteri atau humor. Menurutnya, buku bergenre tersebut lebih menarik dari pada novel remaja tentang percintaan. Tapi terkadang, Prilly juga membeli buku bergenre fiksi remaja.

Setelah menemukan buku yang akan ia beli, ia pergi ke kasir dan membayar bukunya.

Prilly mampir terlebih dahulu ke salah satu cafe untuk sekedar menghilangkan hausnya. Setelah memesan minuman favoritenya, Prilly duduk di salah satu meja. Sambil menunggu pesanannya datang, Prilly mencari ponselnya di dalam tas.

"Kayaknya... ada yang kurang deh," gumam Prilly. Ia kemudian mencari sesuatu yang seharusnya ada di tasnya. "Mampus. Dompet gue?!" pekiknya panik. "Duh, gimana nih--"

Sebuah dompet berwarna biru yang terulur di depan wajahnya membuat Prilly menghentikan keluahannya. Dompet itu adalah dompet miliknya.

Prilly menatap dompet itu dengan mata berbinar dan mengambilnya, ia perlahan menatap orang yang mengembalikan dompetnya.

Prilly terkesiap. Waanjir! Ganteng! Prilly menggeleng kuat dan menggunjingkan senyum ke arah laki-laki tersebut. "Thanks ya!"

Laki-laki yang menggunakan kemeja putih itu ikut tersenyum. "Gapapa kali," katanya, kemudian duduk di hadapan Prilly.

Prilly menaikan alisnya. Ganteng tapi gak punya sopan santun. Prilly menggeleng pelan dan mulai menatap layar ponselnya.

Merasa di perhatikan, Prilly memalingkan wajahnya ke arah laki-laki tersebut. Dan benar saja, laki-laki tersebut sedang memperhatikan Prilly.

"Mau lo apa sih?"

"Gue? Eum ... id line?"

Prilly mengembuskan napas lewat mulutnya. Kenapa hidup gue selalu berhubungan sama id line, sih? Prilly menggeleng. "Gak. Kita gak kenal."

"Permisi ... Ini pesanannya," kata salah satu pelayan yang membawa nampan dengan minuman yang Prilly pesan di atasnya.

Pelayan tersebut menyimpan minuman Prilly di atas mejanya. Prilly pun tersenyum ramah. "Makasih mbak."

"Vanila latte?"

Pertanyaan laki-laki tersebut membuat Prilly menaikan alisnya. "Lo sebenernya mau apa, sih?"

"Id line."

"Gue bilang enggak ya enggak!"

"Kalau gitu, gue kasih id line gue deh."

"Gausah. Gak perlu."

"Gak boleh gitu. Gak boleh nolak rezeki."

"Itu musibah. Bukan rezeki."

"Ayo dong! Gue, kan udah nolongin lo."

"Enggak! Ish ..."

"Yaudah. Nama lo aja deh."

"Gak makasih."

"Ayolah."

"Gak."

"Gue udah nolongin lo! Masa cuman kenalan aja gak boleh?"

"Oke. Nama gue Prilly. Puas?"

"Gak mau nanya nama gue?"

"Gak perlu."

FCS(1) - My [Bad] King✔[BADASS #1]Where stories live. Discover now