mbk 10 | impossible

26.6K 2.2K 23
                                    

MBK::10

Impossible

"King-nya Queen udah berubah," gumam Prilly pelan, terdengar seperti bisikan kecil, namun Ali dapat mendengarnya dengan jelas. Amat sangat jelas.

Ali menelan ludahnya. Seketika tenggorokannya terasa sangat kering. Tubuhnya pun membeku seketika. Kakinya bahkan gemetaran. Untuk menggerakan tangan pun sepertinya ia tidak mampu.

Jantungnya seperti di hantam ribuan batu tak kasat mata sampai hancur. Lidahnya kelu. Matanya bahkan tak dapat lepas dari Prilly yang menundukan kepalanya dalam.

Dari gadis yang ternyata adalah Queen-nya.

Ali menggeleng kuat dan hendak membuka mulut.

"Ada apa disini?!"

Prilly dan Ali memalingkan wajahnya ke kerumunan. Disana, ada Guru BK yang sedang ada di pintu kantin, membuat Ali kembali membungkam mulutnya.

Mata Nizar menatap kedua insan yang sedang menatapnya balik. Nizar menggeleng prihatin. "Kalian lagi ..., kalian lagi," Nizar membuang napas. "Kalian berdua! Masuk ke ruangan saya sekarang!"

Mereka hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Nizar dari belakang dengan keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

Orang-orang yang ada di kantin hanya terheran-heran dengan apa yang terjadi tadi. Ketegangannya berubah menjadi keheranan yang luar biasa. Bahkan dua orang perempuan yang tadi dipakai oleh Ali pun hanya diam dan berjalan kembali ke tempatnya.

Teman-teman Ali masih heran dengan adegan tadi. Mereka menatap satu sama lain. Seperti mempunyai pemikiran yang sama, mereka mengedikan bahu.

"Nanti kita tanya sama si Ali." kata Red.

Roy mengangguk. "Gue penasaran apa yang si Prilly omongin sampe si Ali jadi diem kayak gitu."

Jo menepuk tangannya sekali. "Mending, kita makan dulu! Gue laper."

***

Nizar menggelengkan kepalanya dengan frustasi. "Saya tidak habis pikir. Kenapa tidak ada yang berbicara sama sekali? Saya capek bertanya pada kalian terus!"

Nizar sangat frustasi dengan kedaan ini. Sejak dari tadi, ia sudah bertanya tentang kejadian di kantin. Tapi, tidak ada yang mau membuka mulut.

Prilly berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis saat Nizar bertanya. Kejadian tadi seperti film yang terus berputar di otaknya. Ia sangat berusaha mati-matian untuk tidak menangis di hadapan Ali lagi.

Sedangkan Ali, ia hanya sibuk dengan jantungnya yang sangat sesak. Jika ia mengeluarkan suaranya, ia tidak dapat membayangkan seberapa serak suara yang ia keluarkan. Ia hanya terus berharap, ia tadi salah dengar. Bahkan, ia berharap untuk tuli saat itu.

Pasalnya, ia mungkin baru saja lupa akan orang dan kenangan itu.

"Masih tidak ada yang mau berbicara?" tanya Nizar, membuyarkan lamunan keduanya.

Diam. Tidak ada yang berbicara ataupun bergerak. Nizar mencium itu. Ia tahu bahwa Prilly habis dibullly. Tapi, ia juga tahu bahwa Prilly tidak akan bungkam ataupun diam seribu bahasa setelah dibully.

Nizar mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Ali, saya tahu bahwa kamu habis membully Prilly. Jadi, saya akan menghukum kamu dengan ... mengepel lapangan."

Ali tidak berontak. Ia hanya mengangguk pelan, membuat Nizar tahu apa yang terjadi di kantin.

"Ya sudah. Ali, kamu keluar. Dan Prilly, kamu tetap di ruangan."

FCS(1) - My [Bad] King✔[BADASS #1]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz