mbk 19 | i wish

24.2K 2.1K 31
                                    

MBK::19

I Wish

Ali menatap tajam Andre yang ada dihadapannya. Begitu pun dengan Andre yang balik menatap tajam pada Ali dengan senyum meremehkan yang memenuhi pipinya.

Ali tersenyum kecil. Ia telah merencanakan agar dia di pindahkan ke kelas Prilly. Dan sekarang, ia, Prilly, dan Andre satu kelas. Tidak susah memang untuk anak pemilik sekolah masuk ke kelas yang diinginkan. Dan beruntungnya, Ali masuk pada kategori tersebut.

Sekarang, Ali dan teman-temannya, serta Andre dan para pengikutnya, menjadi tontonan anak satu sekolah. Para bad boy ini memang di kenal sampai luar sekolah. Jadi maklum jika banyak yang mengenal Andre di SMU Flashood.

Prilly entah kemana. Mungkin, ia sedang di ruang BK. Prilly memang sering kesana hanya untuk mengobrol dengan Nizar.

Ali tersenyum kecut. "Berani juga lo masuk sekolah gue. Eh salah. Satu kelas, malah."

Andre hanya tersenyum meremehkan. "Lo pikir gue takut?" Andre maju selangkah mendekati Ali. "Lo pikir, gue siapa? Seharusnya, lo yang takut sama gue."

Ali menyeringai. "Oh ya?" Tanyanya, kemudian maju selangkah mendekati Andre. "Jangan lo kira, kalau gue bakal mundur. Lo tau? Gue berpuluh langkah depan lo. Jadi, lebih baik lo mundur."

"Mundur? Lo pikir, gue bakal mundur gitu aja?" Tanyanya, kemudian maju satu langkah mendekati Ali. "Walaupun lo beratus-ratus langkah depan gue, gue gak akan mundur sebelum berjuang."

"Hh ... terserah. Yang pasti ..." jeda, Ali maju selangkah mendekati Andre. Sekarang, jarak antara mereka sangat tipis. Saling menantang satu sama lain. "... jangan nangis kejer kalau lo kalah."

Mata Andre menajam menatap Ali. Begitu pun sebaliknya. Hasrat ingin memukuli Ali sampai babak belur kian memuncak. Tapi, Andre tak boleh gampang emosi, sekarang. Ia bahkan belum satu jam berada di sekolah ini. Dan juga, ini masih pagi.

"Kalian ... ngapain?"

Pertanyaan itu membuat semua mata menatap ke ambang pintu. Disana, Prilly sedang bersidekap dengan mata bulat lucu yang penuh keheranan.

Ali dan Andre tersenyum. "Gak ngapa-ngapain, kok." jawab mereka barengan.

Prilly mengerutkan alis. "Eh? Lo kan yang waktu itu nyulik gue." Mata Prilly memincing. Ia menatap Ali yang berusaha memberi tahunya. Teringat sesuatu, Prilly mengerutkan alis. "Oh, yang namanya Andri itu, elo?"

Andri.

Andre.

Beda tipis memang. Peningkatan.

Semua yang mendengar ucapan Prilly menahan tawa, membuat Prilly sadar bahwa mereka menjadi tontonan.

Prilly mengedarkan pandangannya ke arah jendela kelas yang mana banyak siswa siswi yang menatap pada Ali dan Andre dengan penasaran. "Kalian ngapain disini? Bubar! Bubar!"

Prilly mendapat sorakan berupa kata, "Huuu," dari yang lainnya.

"Apaan?" Prilly bertanya ketus sambil melotot galak. "Sana pergi atau gue aduin ke guru BK!"

Prilly kembali mendapat sorakan lagi.

Merasa emosi, Prilly mengambil sapu dan mengancam para murid disana untuk pergi atau Prilly tidak akan segan-segan memukulnya satu per satu.

Para murid yang tahu sifat Prilly yang tak pernah main-main dengan omongan, kabur dengan terbirit-birit, membuat Ali dan Andre serta teman-teman mereka, berdecak kagum.

Prilly kembali menatap Ali dan Andre bergantian. "Kalian ngapain masih deket-deketan gitu?" Prilly bergidik dan berjalan ke bangkunya. "Zaman sekarang manusia pada aneh-aneh."

Ali dan Andre mengerjapkan mata dan menatap satu sama lain. Sadar posisi, mereka pun bergidik dan mundur beberapa langkah.

"Ngapain lo deket-deket gue?" Tanya Ali, jijik.

"Elo yang ngapain-"

"Kalian ngapain?"

Mereka kembali menatap ambang pintu. Disana, ada Nizar dengan buku serta penggaris yang panjang di pelukannya. Red-Roy-Jo pun segera pergi dari kelas sambil menggumamkan, "Pagi, Pak." pada Nizar. Red yang masih linglung, kembali lagi ke kelas dan menarik Ali untuk segera duduk bersamanya.

Andre dan teman-temannya mengerjapkan mata berkali-kali. Setahunya, sekolah ini tidak pernah menerapkan black list pada murid. Tapi, mengapa Ali dan teman-temannya seperti ketakutan pada Nizar?

Nizar menatap datar Andre dan teman-temannya. "Kalian ngapain?"

Tidak ada yang menjawab. Mereka masih bingung dengan kejadian barusan.

"Ngapain, huh? Kok gaada yang jawab?"

"Emang apa urusan bapak?" Tanya Harris -salah satu anak buah Andre-.

Nizar menghela napas panjang. "Kembali ke kelas kalian masing-masing, atau saya hukum?"

Mereka masih diam. Membuat Ali tersenyum kecil.

"Satu ..." Nizar mulai menghitung. "Dua ..., tiga ..." Nizar memasang wajah marah dan menghampiri mereka. "Kalian lari di lapangan sebanyak 3 kali."

"Hah?" tanya mereka hampir bersamaan.

"Cepat! Atau saya tambah hukuman kalian!?"

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian! Satu ...," mereka mulai gelagapan. "Dua ...," satu persatu mulai keluar, kecuali Andre. "Ngapain kamu masih disini?"

"Sa-saya anak baru, Pak."

Nizar menaikan sebelah alisnya, kemudian menatap Prilly. Prilly berkata tanpa suara, mengartikan:

"Dia yang tadi gue ceritain."

Nizar mengangguk dan kembali menatap Andre. "Kalau begitu, kamu perkenalkan diri di depan." kata Nizar, kemudian duduk di kursi guru.

Andre mengangguk, dan berdiri tepat di depan kelas. "Kalian udah tau gue siapa. Siapa sih yang gak tau Andre Johanes?" Andre melirik Prilly. Prilly hanya biasa menanggapinya. Karena, ia memang sering melupakan nama seseorang.

"Perkenalkan dengan benar!" Seru Nizar.

Andre memutar kedua bola matanya. "Nama gue Andre Johanes. Gue pindahan dari SMA Matari. Mohon bantuannya ..."

Nizar berdiri. "Ya sudah. Kamu boleh duduk."

Andre mengangguk dan duduk di bangku paling belakang. Bersama dengan salah satu anak buahnya. Tapi, karena Harris sedang di hukum, jadi ia duduk sendiri.

Nizar berdiri di depan kelas. "Baiklah ... saya mau mengatakan sesuatu. Kalian tau kan kalau saya tidak mengajar di kelas kalian?" Semua mengangguk. "Nah, karna ada beberapa anak black list disini, saya dipindahkan kesini. Dan selamat, wali kelas kalian adalah guru BK di sekolah ini."

Semua menelan ludah. Melihat kejadian tadi, membuktikan bahwa Nizar bukanlah guru yang memandang kasta. Mereka mulai takut.

Ali hanya tersenyum kecil. "Saya gak setuju."

"Saya juga gak setuju." kata Andre.

Semua mengiyakan perkataan mereka berdua. Membuat Nizar dan Prilly tersenyum kecil.

"Gue setuju, kok!"

Seketika hening. Semuanya menatap pada Prilly.

"Kenapa? Pak Nizar tegas, kok."

Ali dan Andre mulai gelagapan. "Saya setuju." kata mereka bersamaan.

Murid yang lain hanya menghela napas.

Prilly dan Nizar hanya tersenyum kecil.

——

Gue gak tau maksud dari sikap lo yang tiba-tiba jadi 'menyetujui apapun yang gue bilang'.

Tapi, gue pikir itu hal yang baik. Semoga.

FCS(1) - My [Bad] King✔[BADASS #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang