Part 10

378 13 0
                                    

Aku menatap langit yang mendung, seperti akan hujan tapi bukan disini, entah dimana hujan itu akan turun.

Aku sekarang masih setia duduk di taman kampus menanti sahabat terbaikku menyelesaikan kelas terakhirnya.

Ya, sudah dua tahun berlalu, aku dan Silvi sekarang kuliah di kampus yg sama dengan jurusan yang berbeda tentunya.

Aku jurusan tataboga perhotelan sementara Silvi jurusan kedokteran. Tapi hubungan kami masih sama baik seperti dulu, bersahabat seperti dulu.

Sekarang kami sudah semester III di UI. Yah memang sebuah keberuntungan aku dan Silvi bisa jebol tes disini, mengingat banyaknya pesaing kami. Tapi ya itulah namanya keberuntungan.

"Lama nunggu ya?" tanya Silvi duduk disampingku

Aku menoleh kearahnya sambil tersenyum "enggak lah, gue juga lagi nyantai kok" jawabku

Seorang cowo berdiri di hadapan kami berdua, aku tidak kenal entah dengan Silvi.

"Vi, ini buku catetan yang kamu mau pinjem" ucapnya sambil menyodorkan sebuah buku ringbook bergambar kincir angin

Aku menoleh ke arah Silvi. Astaga!!! Silvi blushing, dia gak pernah kaya gini sebelumnya ke cowo. Aku yakin, pasti Silvi suka sama orang ini.

"Eh, iya Ri, makasih ya aku pinjem dulu" jawab Silvi tergagap seolah-olah ia baru tersadar dari lamunannya.

"Yaudah gue duluan" ucap cowo itu berlalu dan Silvi mengantarnya dengan senyuman.

Cuek banget, tapi ganteng, anak kedokteran lagi.
Sosoknya mengingatkanku dengan sosok seseorang yang telah hilang entah kemana dua tahun yang lalu.

"Dia siapa?" tanyaku pada Silvi

"Temen sekelas, namanya Fahri" jawab Silvi mencoba biasa
"Lo suka kan sama dia?" tanyaku to the point

Dan benar saja, pertanyaan ku sukses membuat Silvi kehilangan kata2. Dia sempat membuka mulut tapi menutupnya kembali seakan mau bicara tapi tidak jadi.

Silvi menghela nafas "lo sok tau deh, Dan is mana?" tanya Silvi mengalihkan pembicaraan

"Udeh gak usah bawa2 Danis, lo suka kan sama dia?" tanyaku lagi

"Astaga Cinta, lo sok tau asli" jawabnya masih mengelak "lo suka sama Danis?" tanya Silvi balik

Aku mengerutkan kening " ya suka lah, jelas2 dia pacar gue masa iya gak suka" jawabku mantap

Ya, aku sekarang punya pacar, namanya Ardaniswara, anak Arsitektur. Seangkatan denganku dan kami sudah pacaran 1 tahun. Yang jelas dia selalu bisa membuat aku tersenyum dan merasa nyaman. Dia juga yg membantu aku melupakan seseorang yg menghilang tanpa jejak 2 tahun yg lalu

"Udah ayo balik, jangan bengong" ucap Silvi menarik tanganku

*****

"Thanks for today ya Dan" ucapku sembari turun dari mobil Ardan

Orang2 memanggil dia Danis, tapi aku lebih suka memanggil dia Ardan, anggap saja itu panggilan sayang aku untuknya.

"Iya, lain kali kalo pusing mau jalan2 bilang, jangan cemberut mikirin tugas" ucapnya

Aku hanya nyengir "sini-sini" ucapnya memegang lenganku dan membawaku kedalam pelukannya. Aku melingkarkan tanganku di badannya.

Ardan mengusap-usap kepalaku dan mencium keningku. Dan perlakuannya sungguh membuat ku nyaman.

"Gue kok sayang amat ya sama lo" ucap Ardan. Aku tersenyum dibalik wajahku yg kubenamkan di dada bidangnya "kalo ngeliat lo cemberut itu, gemes banget, rasanya pipinya pengen gue makan" ucaonya lagi

"Ihh, jahat emang aku bakpau" sahutku sebal

Ardan tertawa "udah, masuk sana" ucapnya melepaskan pelukannya padaku.

"Yaudah aku masuk kamu pulang sana" jawabku. Dia masuk ke dalam mobilnya.

"Dahh, thanks My Ta" ucapnya sambil melambaikan tangan

"Dahh, hati-hati My Dan" ucapku tersenyum.

Setelah mobil Ardan menghilang aku langsung masuk ke dalam toko. Iya, toko belum tutup, oleh karena itu aku berniat masuk kedalam toko.

"Lah kalian ngapain?" yang aku saat masuk kedalam toko.

Aku melihat Silvi dan Bang Erland sedang duduk berdua satu meja, seperti orang pacaran aja.

"Kita abis ngeliat orang pacaran tadi" jawab Bang Erland, aku tau dia nyindir aku "kamu mau sampe kapan sih Kakak-Adek sama si Danis itu??" tanya Bang Erland

"Aku sama dia itu PACARAN bang" jawabku sambil menekankan kata pacaran.

"Ya, terserah kamu lah, tapi kalo abang liat dia sayang banget sama kamu, jadi kalo seseorang di masalalu dateng lagi, jangan tinggalin dia" ucap Bang Erland sambil bangkit dari tempat duduknya dan menepuk pelan pundakku

Aku memandang aneh kepergiannya, sambil menarik kursi untuk duduk di samping Silvi "abang gue kesambet apa sih sil?" tanyaku pada Silvi

"Entah deh, dia takut lo nangis kejer kaya dulu lagi kali" jawab Silvi

Aku hanya berfikir, kenapa mereka semua selalu mengakitkan dengan sesuatu di masa lalu. Bahkan sekarang pun aku gak mau menyebut nama orang itu lagi.

"Ta seandainya dia balik lagi gimana?" tanya Silvi
"Dia siapa?" tanyaku sok polos. asli aku paling males kalo udah bahas begini

"Kalo si Ren-... "
"Plis, stol sil, jangan sebut nama dia lagi, gue gak mau denger" ucapku

"Tadi nanya siapa, dijawab gamau denger" dengus Silvi sebal

"Udah lupain, sil gue sekarang yang mau tanya" ucapku

"apa?" tanya Silvi

"Lo suka kan sama temen sekelas lo itu, si Fahri?" tanyaku

"Hah, nanya ini lagi" sahut Silvi. Aku tidak bicara apa-apa, aku hanya memandang Silvi secara jelas, tanda meminta jawaban.

"Oke, gue juga ga ngerti ya Ta, gue ga paham suka atau gimana, yang jelas kalo deket dia gue itu bisa blushing, seneng, ya gitu lah" jelas Silvi

"Yang buat lo tertarik apa?" tanyaku

"Entahlah, dia itu selalu bisa ngarahin gue Ta, dia selalu punya jawaban apapun dari pertanyaan gue, dia cuek dan yang pasti gue nyaman" jelas Silvi lagi

"Ciyeee Silvi" ucapku meledeknya, asli baru kali ini seorang Silvia Cantika, tersipu saat menceritakan seseorang

"Ah udah deh, malu gue" ucap Silvi

Aku tertawa begitu pula dengan Silvi. Aku beruntung sampai sekarang ada anak satu ini yang selalu setia disampingku apapun keadaannya. Tinggal satu sahabatku lagi yang belum tau kapan akan bersama kami lagi di Jakarta ini.

Cerita CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang