Unsaid - 05

54.6K 5K 263
                                    

-

-

-

Mikayla mengangguk yakin, "iya. Namaku Mikayla. Biasa dipanggil Mika atau Kayla. Cowok di sampingku ini temenku. Namanya Kei."

Perempuan itu seakan tidak perduli. Dia memanggil beberapa temannya yang sedang duduk di lobby gedung dua seperti penguasa tempat itu. Jadilah orang yang lalu lalang berhenti melangkah dan melihat Mikayla dan Kei dikerubungi.

Keduanya hanya bisa memandang bingung orang-orang yang membentuk kerumunan lingkaran di dekatnya. Dia takut, tapi lebih ke heran. Mikayla merasakan kedua bahunya didorong ke belakang, membuatnya terjengkang. Bokongnya menyentuh lantai marmer yang keras dan dingin.

"Aduh ...," dia meringis.

"Mika, kamu gak apa-apa?" tanya Kei khawatir berusaha membantu Mikayla berdiri. Tapi beberapa orang menahannya dengan kuat, dia sama sekali tidak bisa berontak sedikitpun.

Mikayla berusaha berdiri. Tapi sepatu kets mengkilap berwarna shocking pink milik seseorang menaikkan dagunya. Dengan terpaksa Mikayla mendongak.

"Lo jangan sok belagu ya di sini. Ini tempat gue. Lo masih junior aja sok-sokan ke sini," perempuan tadi melipat tangannya di depan dada, alisnya menaik tinggi. Terlihat culas.

"Ini punya nenek moyang Kakak? Setau aku sih milik Pak Gunandar. Ketua yayasan di sini. Kan kakeknya Pak Gunandar yang ngasih sekolah ini ke ketua yayasan. Oooh apa Kakak anak Pak Gunandar? Wah ..., Kakak cantik ya," celoteh Mikayla polos, matanya berbinar lucu.

Dia tidak sadar posisinya yang tersudut sekarang.

Wajah perempuan itu merah padam karena semua perkataan junior itu benar. Hanya perempuan mungil bodoh dan polos itu saja yang tidak gentar menerima serangannya. Membuat senior itu menginjak tangan Mikayla.

Erangan kesakitan Mikayla mengalun di gedung yang sepi senyap tersebut.

Senior kejam itu menyeringai puas.

"Aduh ..., sakit Kak. Aku ada salah yah sama Kakak? Maafin aku ya, Kak. Sumpah aku gak sengaja ...." Mikayla mulai mengeluarkan air matanya.

Orang - orang yang berkerumun mulai iba melihat junior polos dan tidak bersalah itu menangis pilu. Menggumamkan kata maaf pada senior culas tersebut.

"Hei kasian tuh ..., gak ada salah apa-apa ditindas."

"Iya ..., lo punya perasaan gak sih? Kasian dia ...."

"Dasar, mentang-mentang anak Ketua Yayasan. Jadi seenaknya."

Komentar menyudut dari kerumunan membuat senior itu berang. Apalagi saat ia itu mulai disoraki.

"SHUT UP!"

Seperti sihir, mereka semua terdiam. Senior itu menatap manik mata Mikayla yang terbengong.

"Lo-"

"Bernadette!" buru - buru cewek itu menurunkan sepatu ketsnya dari dagu Mikayla.

Wajahnya berubah 180 derajat. Dia tampak manis dan ramah. Dengan cepat, dia berjongkok di hadapan Mikayla. Menghapus bekas air mata Mikayla secara lembut.

"Kamu kasian banget ..., Kakimu terkilir ya?" tanya senior tersebut dengan suara ramah yang dibuat-buat.

Mikayla tahu suara tadi milik Michael, karenanya dia celingak-celinguk mencari kakaknya di kerumunan padat. Kei yang sudah dilepas ikut berjongkok di belakang Mikayla. Dia menatap pergelangan kaki Mikayka yang tertutup kaus kaki, membuka sedikit. Tampak lebam kemerahan di sana. Kei menekannya.

"Aduh!" Mikayla meringis tepat saat Michael muncul dari kerumunan.

Dia mendekat. Berjongkok di sebelah kiri Mikayla. Menyentuh pipi adiknya tersebut. Air mata Mikayla masih mengalir. Kakinya terkilir dan terasa berdenyut-denyut.

"Adek? Kamu kok ada di sini?" tanya Michael lembut. Mengusap air mata yang jatuh di pipi adiknya.

Senior itu, serta kerumunan yang lain terkejut mengetahui fakta bahwa Michael dan si junior polos ternyata kakak beradik. Kerumunan langsung memekik. Sementara senior bernama Bernadette itu terpaku di hadapan Mikayla.Tatapannya ketakutan. Wajahnya pucat pasi.

"Aku nyari Kak El. Cuma mau nanya, kenapa Kakak berangkat duluan? Tapi di tengah jalan ke gedung dua, aku ketemu sama Kakak yang cantik itu," Mikayla menunjuk Bernadette.

Bernadette mengirimnya sinyal ancaman supaya Mikayla tidak mengadu. Tapi perempuan polos itu tidak mengerti. Dia malah melanjutkan ceritanya. "Dia nyegat aku. Trus katanya dia yang punya gedung dua ini. Hebat ya, Kak, masih muda tapi udah punya sekolah." Mikayla menyengir lucu.

Michael terpekur, dia menarik Bernadette dan memeluknya sesaat.

Cengiran Mikayla memudar, pandangan matanya kosong dan hatinya terobrak-abrik sedemikian rupa. Setelah lima detik yang mampu membuat Mikayla sulit untuk bernafas, Michael menjauh dari Bernadette.

"Kenalin, ini pacar Kakak. Bernadette, kenalin, ini Mikayla. Adekku."

-

-

-

NEXT!

Buat @sashiikrn yang kepo mulu sama cerita ini wakakakkaak. thanks udah mau ngobrol sama gue via linee:*

ST [2] - UnsaidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora