Unsaid - 12

52K 4.9K 59
                                    

Dalam waktu yang sangat singkat, Kei dan Mikayla menjadi dekat. Mungkin karena Kei yang selalu mengikuti Mikayla. Atau karena Mikayla selalu menggubris perkataan Kei. Seperti sekarang, Kei dan Mikayla sedang duduk berhadapan hanya dibatasi oleh meja di Secret Café.

Mikayla menyesap susu cokelat dinginnya, lalu menyeringai, "aku gak tau kamu suka nyanyi juga," katanya senang.

Senyum Kei ikut mengembang, "dan gue juga gak tau lo suka main softball."

"Tapi kok, kamu gak pernah ikut eskul padus?" tanya Mikayla.

Kei menaikkan sebelah alisnya, "dan ngumpul bareng cewek-cewek? Gak banget." Dia tertawa kecil dan memakan wafflenya.

Tanpa sadar tiap mereka ke sana, selalu memilih menu yang sama. Waffle dan susu cokelat dingin. Itu seolah sebuah keharusan bagi mereka, entah kenapa.

"Ada cowoknya juga sih ..., tapi yaaa, rada-rada gitu," kata Mikayla tertawa lagi.

Kei ikut tertawa, "lekong."

"Kei, gak boleh gitu," Mikayla melotot.

"Eh, bener kan?" tanya laki-laki itu iseng.

"Iya, tapi jangan-"

"LEEEKOOONG."

Semoga saja pelanggan Secret Cafe yang agak 'Lekong' tidak menggoda Kei saat itu juga.

"Kei!"

"Hahaha."

Tanpa sadar sepasang mata menatap mereka dari kejauhan. Hanya menatap tanpa berani mendekat atau memanggil nama yang ia rindukan. Orang itu mendesah, lalu matanya melebar sedikit. Bisa dia lihat seorang perempuan mendekati pasangan sejoli itu dan menarik Mikayla mendekat.

Tepat pada saat perempuan bernama Bernadette itu menjambak rambut Mikayla, orang itu bergerak mendekati mereka.

Bernadette berteriak, wajahnya menyeramkan dan air matanya mengalir. Merusak make-up yang ia pakai. Para pelanggan berkerumun menjadi lingkaran di dekat mereka.

"LO YANG BUAT GUE PUTUS DARI MIKE. Lo ngadu 'kan ke dia?! Jawab gue!" teriak Bernadette di telinga Mikayla.

Kei langsung melepaskan jambakan Bernadette, "woi, selo dong."

"Paan si lo, gak usah ikut campur, please," kata Bernadette, menyipit sinis pada Kei.

Tangan Kei tetap pada pergelangan Bernadette, "tapi dia ...."

Senyum licik Bernadette mengembang, "apa? Temen? Sahabat? Pacar? Lo suka sama dia dan gak bisa bilang kalo hubungan kalian itu cuman temen."

Kei hanya diam dan menatap manik mata Mikayla, dia menggeleng. Mengendurkan tangannya di pergelangan Bernadette ...

Sebelum mengecangkannya lagi dan menariknya lepas dari Mikayla, dia mendesis sinis, "gue gak perduli. Yang penting gue harus lindungin orang yang gue sayang."

Setelah lepas, Mikayla langsung bersembunyi di balik punggung Kei. Belum pernah seseorang memperlakukannya begitu kasar dan meneriakinya seperti itu. Bernadette masih di sana, matanya menyala dan berapi-api, dadanya naik-turun dan bibirnya mencebik.

"Lo tuh bullshit, fake, dan gue-" perkataan Bernadette langsung diinterupsi seseorang.

"Dan lo harus pergi dari sini sekarang juga atau gue akan melakukan sesuatu yang gak lo duga," kata Michael, memiting lengan Bernadette. Dia berbisik di telinga perempuan itu dengan kejam, "ternyata lo bener-bener cewek medusa."

Bernadette merintih kesakitan, "tapi Mike, aku-"

"Jangan ganggu adek gue lagi, lo tuh kayak anak kecil tau gak. Gue jijik punya mantan kayak lo," geram Michael seraya melepaskan pitingannya, "asal lo tau, Kayla gak ngadu apa-apa ke gue."

Hati Bernadette langsung remuk-redam. Dia menatap bergantian Kei, Mikayla lalu beralih ke Michael sebelum benar-benar pergi. Dia tidak kuat berada di sana lebih lama dan menanggung malu lagi karena semua orang menyorakinya. Dia tidak mengerti apa ada yang salah dengan perbuatannya .... Dia hanya ingin mempertahankan hubungannya dengan Michael tapi kenapa seperti ini? Dia juga tidak perduli adik Michael mengikutinya dari belakang.

Saat dia sampai di taman kota yang tak jauh dari cafe tersebut, Bernadette langsung menangis. Duduk di salah satu bangku taman. Terisak-isak sambil memukul bahunya sendiri. Tidak memperdulikan tatapan aneh orang yang lalu-lalang melewatinya.

"Maaf," sebuah suara bergetar mengusik kesedihan Bernadette.

Dia mendongak hanya untuk mendapati Mikayla berdiri tak jauh darinya. Tampak kacau dan ketakutan. Dengan ragu, Mikayla duduk berjongkok di hadapan Bernadette. "Maafkan aku, Kak. Aku menyakiti hati Kakak."

"Kenapa lo minta maaf? Ini semua salah gue," kata Bernadette parau, tangisannya membuat Mikayla ikut merasa sedih.

"Karena aku juga salah, Kak."

Tangis Bernadette mereda, dia menatap manik mata bening yang tampak polos itu. Seperti anak kecil berumur lima tahun yang hatinya masih polos ..., memandang dunia dengan pikirannya yang sempit. Dan Mikayla membuat hatinya tersentuh.

"Semua yang terjadi karena ada alasannya, begitu juga perlakuan Kakak keaku," Mikayla menggenggam erat kedua tangan Bernadette, "karena itu aku minta maaf pada Kakak. Aku ngerasa bersalah ngeliat Kakak nangis kayak gini," memberengut, Mikayla merogoh saku roknya.

"Nih, Kak. Saputangan aku pake aja," kata Mikayla sambil menyodorkan saputangannya.

Hati Bernadette lagi-lagi tersentuh, dengan tangan bergetar dia mengambil saputangan itu. "Makasih ya ..., I'm sorry for ..., everything."

"Never mind," Mikayla tersenyum, lalu dia menunduk sambil mengeluarkan ponselnya, "astaga, baterainya habis!"

Dahi Bernadette mengerut, "memang kenapa?" tanyanya lembut.

Betapa hebatnya Mikayla yang bisa membuat hati keras Bernadette langsung mencair dengan perkataannya. Mikayla tersenyum polos lalu berdiri. "Aku harus pergi ke tempat Kei lagi. Gak apa 'kan Kak? Aku takut dia bingung di sana."

Bernadette berdiri, dia tersenyum kecil pada Mikayla yang bersiap pergi. "Mik," katanya.

"Iya?" tanya Mikayla lembut.

"Boleh peluk gak?" tanya Bernadette ragu.

Mikayla mengangguk, dia memeluk Bernadette seolah mereka sahabat lama. "God bless you, Sist." Katanya.

"Thank's, you too," tanpa sadar air mata Bernadette mengalir.

Tak pernah dia bertemu orang seperti ini .... Bernadette merasa tertohok mengingat jambakan, umpatan, dan ancaman yang dulu diberikannya pada Mikyla. Dan merasa malu sendiri. Karena itu dia berkata sekali lagi, "I'm so sorry ...."

*TBC*

[A/N]

mohon pengertiannya untuk tidak berkomentar 'lanjut' atau 'pendek'

penulis jadi ... down.

Krek.

Bum.

Ches...

Makasih:)

ST [2] - UnsaidWhere stories live. Discover now