Unsaid - 06

63.7K 4.8K 72
                                    

 

"Tolong, satu susu cokelat panas dan waffle," kata Mikayla pada pelayan di Secret Café yang sore ini dia datangi.

Pikirannya suntuk. Hatinya apalagi. Hari ini lagi-lagi dia harus melihat Michael mengenalkan pacarnya-entah yang keberapa-pada dirinya. Pernahkan Michael berpikir, hal tersebut lama-kelamaan membuatnya mati?

Contohnya seperti, kau berada di sebuah ruangan tertutup dengan air yang menggenang hingga batas dada. Lalu air itu naik ..., naik ..., dan kau mati akibat kehabisan oksigen begitu air memenuhi ruangan.

Bisa dibilang, Michael adalah oksigen bagi Mikayla.

Sekarang, oksigennya, menipis.

Jika kau tahu apa maksudnya.

"Nona Mika?" suara terkejut seseorang membuyarkan lamunan Mikayla, dia mencari ke sekeliling sebelum bertemu pandang dengan kepala pelayan Secret Café.

Mikayla berdiri, "Tuan Nick, selamat sore ...."

Nick, pria setengah baya berkepala botak dan berkumis lebat itu tersenyum hangat. Dia membungkukkan badannya setelah berada di dekat Mikayla. "Nona kemari lagi?" tanyanya antusias.

"Iya," jawab Mikayla dengan senyum terpaksa.

"Dan memesan satu susu cokelat panas dan waffle? Anda pasti sedang ada masalah," Nick tersenyum simpul, pria itu selalu tahu kapan pelayannya merasa sedih dan senang. Terutama untuk perempuan baik hati seperti Mikayla.

Tawa hambar Mikayla mengalun, "aku sedang patah hati."

Alis Nick naik sebelah, "oh ya?" tanyanya terkejut.

Mikayla mengangguk yakin, masih tersenyum meskipun terlihat sangat terpaksa. "Aku jatuh cinta pada laki-laki yang salah. Laki-laki yang tidak seharusnya kusuka."

"Pasti itu menyedihkan ..., saya turut menyesal," Nick membungkuk lagi, "saya harap dengan burung origami ini anda merasa baik." Katanya setelah mengulurkan origami berwarna baby pink yang berbentuk burung.

"Ah!" Mikayla menerima burung origami itu, teringat sesuatu dan merasa geli, "kau memberikan ini pada tiap pelanggan yang merasa sedih 'kan? Aku ingat kau memberikan ini pada perempuan yang ada di sana saat aku berkunjung dengan teman-temanku," dia mengerling pada gadis yang sedang duduk sendiri. Tampak melamun menatap jalanan kota yang indah saat sore hari.

Nick ikut tertawa, "saya benar-benar tidak memiliki pekerjaan selain berbakti pada Café ini," katanya.

Anggukan yakin Mikayla membuat Nick merasa sangat senang, "kau benar-benar baik hati, Tuan Nick. Terimakasih burung origaminya. Aku senang. Akan kupajang di rumah," kata perempuan itu dengan senyum memuji.

Hanya dengan perkataannya, Mikayla mampu membuat seseorang bahagia. Seperti yang dirasakan Nick sekarang. Pipi Nick bersemu merah, "terimakasih, Nona."

ST [2] - UnsaidWhere stories live. Discover now