Unsaid - 17

65.4K 4.7K 191
                                    

Langkah kecilku menuju bandara ternyata menarik perhatian orang banyak. Mungkin karena aku hanya memakai piyama dan membawa satu ransel berbentuk monyet. Atau mereka menyangka aku orang gila.

Tapi nyatanya, aku tidak perduli.

Aku terus berlari hingga ke tempat pembelian tiket. Hari ini umurku 15 tahun, tidak masalah berpergian sendiri.

Menuju Las Vegas.

Setelah mengurus segala hal, aku duduk menyendiri di ruang tunggu. Terpekur menatap kesibukan orang-orang. Aku meminum teh panas yang disediakan pelayan, lalu mendesah.

Rasanya, kemarin hanyalah mimpi. Itu hanya pemikiran begoku yang kesekian kali saja. Aku lugu, dan itu hanya refleksi dari keluguanku yang ingin agar kami tidak bersaudara.

Atau, diary itu benar. Surat penyerahan yatim piatu itu juga benar.

Yang menjadi masalah, siapa Kazuto? Siapa manusia yang mengacaukan keluargaku? Siapa ...

Siapa 'Ayahku' yang sebenarnya?

Selama ini, aku selalu berfikir Giovanni Indrawan adalah ayahku, ayah yang sudah meninggal sebelum aku lahir. Tapi nyatanya, salah besar.

Dia hanya orang yang datang ke kehidupan Mama. Menghabiskan harta keluarga. Berselingkuh dengan wanita tidak jelas. Dan mati mengenaskan di suatu kecelakaan mobil. Meninggalkan Michael sendirian.

Michael. Kak El-ku. My moonlight.

Apa Kak El sudah tahu rahasia ini? Atau belum? Atau ...

'Penerbangan Tiger Air Ways menuju Singapura pada jam 04.00 dini hari siap diberangkatkan... Para penump-'

Waktuku sudah tiba.

*

Michael.

'Aku pergi, jangan cari aku. Aku baik-baik saja. Hanya ingin berkunjung ke rumah nenek ....

Ngomong-ngomong. Kak, Ma. Aku tahu. Semuanya.'

Meskipun hari ini tidak ada petir dan hujan, tapi aku merasakannya. Di dalam jiwaku, teremas sedemikian rupa. Oksigenku terenggut. Aku berusaha mengambil nafas, tapi hanya bunyi.'ngik-ngik' yang kudengar. Tolong ... jangan sekarang.

Setelah membaca pesan yang ditaruhnya di meja ruang keluarga, aku keluar rumah. Menjinjing kunci mobil dan membawa dompet.

Dia pergi.

Ke Las Vegas.

Atau, dia menuju Singapura sebelum berangkat ke sana.

Aku harus cepat.

Selama menyetir mobil dengan kecepatan penuh, aku mengingat hari itu. Hari dimana bencana ini bermula.

.

Ruang kerja Mama sangat luas. Nuansa warna cokelat tua mendominasi. Kertas-kertas berserakan di meja. Tapi Mama tak acuh. Baru kali ini aku masuk ke dalam ruang kerja Mama. Di sisi sudut ruangan terdapat lemari besar berwarna cokelat, berisi buku pengetahuan yang rumit. Yang membuatku penasaran adalah bingkai foto di atas meja Mama yang menelungkup. Seolah pemiliknya tidak ingin melihat foto yang ada di dalam bingkai tersebut.

Mama duduk di kursinya, sementara aku duduk berhadapan dengannya. Air mukaku sekarang pasti tegang.

"Langsung saja, Mama ...," Mama menghembuskan nafasnya lagi. Seolah Mama sangat berat mengatakan sesuatu padaku. "Kamu udah 17 tahun. Mama ... Kamu bukan anak Mama."

ST [2] - UnsaidWhere stories live. Discover now