3. SHE AND HER CLUELESS FACE

32.2K 3K 103
                                    


"INI sebentar lagi sampai, Ma. Iya, Ma. Iya, nanti langsung masuk kok. Oke, Ma. Nanti aku sama Mas—" Kening perempuan itu mengerut, bingung mendapati panggilan yang tadinya terhubung dengan sang ibu tiba-tiba saja terputus. "Ya ampun, belum juga ucap salam sudah ditutup aja," dumelnya, setelah menjauhkan ponsel dari telinga.

Alpha yang duduk di samping perempuan itu terkekeh pelan. "Mas yakin Mama pasti bakal mengamuk kalau tau kita nggak akan sampai dalam waktu lima belas menit. Kamu bohongnya kira-kira dong, Ra. Dikira Jakarta itu kayak Jogja?"

Perempuan itu—Aura Oribel Ledwin, tak menanggapi, justru lebih memilih menghempaskan tubuh ke punggung jok. Namun, detik berikutnya kembali menggerutu saat teringat rambutnya yang disanggul. Kalau saja dia dengan mudah bisa mengabaikan bagaimana proses hingga dirinya dapat tampil se-"perempuan" ini, Aura tak akan ragu menghancurkan sesuatu yang benar-benar mengganggu, yang berada di kepala belakangnya itu.

"Dibiasakan, Ra. 'Kan cuma untuk hari ini," komentar Alpha lagi.

Aura mendengus. "Kalau nanti Mas nikah, apa aku juga harus dandan seperti perempuan begini? Ribet banget."

Sekali lagi, Alpha terkekeh. Dia tahu benar siapa Aura. Gadis itu terbiasa mengenakan kaus dan celana jeans dalam setiap kesempatan. Ketika diminta menggunakan pakaian di luar pakaian kebangsaannya, tentu saja Aura mengalami perasaan tak nyaman. Terlebih dengan kebaya, seperti sekarang ini. Namun, siapa yang mampu menolak keputusan ibunya? Menolak perintah Olivia Ledwin sama halnya dengan menggali kuburan sebelum waktunya.

"Nikahnya Mas? Bukannya kamu yang lebih dulu nikah?"

"Aku? Nggak, ah, Mas dulu aja," tolak gadis itu. "Eh, tapi... mau nikah sama siapa, ya, Mas? Mas, kan, nggak punya pacar ini." Detik berikutnya, gadis itu terbahak-bahak, tak dipedulikannya sedikit pun wajah abangnya yang menekuk sebal.

Alpha tidak memberi tanggapan apa pun. Laki-laki itu lebih memilih mengalihkan perhatiannya pada jalanan di depan mereka. Diembuskannya napas jengkel, manakala mobil di depannya kembali berhenti.

"Akhir tahun ini usia Mas dua tujuh, kan? Nggak capek jomblo selama itu?"

Oh, Tuhan!


***


PAMELA Sharleen berdiri di pinggir jalan, mengenakan Keepsake All Talk maroon lace high-low dress—tanpa lengan, yang terlihat begitu sempurna melekat di kulit putihnya. Bagian belakang dress-nya sedikit lebih panjang, menjuntai hingga mata kaki. Sementara bagian depan—yang sedikit lebih pendek, satu jengkal di bawah lutut, membuat Steve Madden Stecy natural ankle strap heels terlihat sangat tepat membungkus sepasang kaki jenjang milik perempuan itu.

Untuk urusan rambut, Pamela memutuskan untuk digerai saja, dengan bagian bawahnya dibuat ikal-ikal kecil. Menampilkan sesosok wanita dewasa yang memesona, namun tidak terlalu terbuka. Dia pun tak mengenakan accessories yang terlalu berlebihan, selain Starlit Sky Bronze clutch yang senada dengan ankle strap heels-nya, sebuah Hammer Time Nail bracelet di pergelangan kanannya, arloji di pergelangan kiri, dan tentu saja—yang tak boleh ketinggalan—cincin pertunangannya dengan Erga di jari manisnya.

Erga?!

Mendengar nama laki-laki itu bibir Pamela refleks menekuk ke bawah. Bagaimana tidak, bisa-bisanya kekasihnya itu membatalkan janji menemaninya ke resepsi pernikahan Kynara Soedirja di detik-detik terakhir. Padahal, seingat Pamela, dua malam lalu Erga setuju-setuju saja saat dia menawarkan untuk menjadi partner-nya di acara tersebut.

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang