17. A KISS ON THE FOREHEAD

29.5K 2.4K 131
                                    


"ERLANGGA Reshwara. Tunangan Pamela."

Alpha memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berharap suara tersebut menjauh. Berhenti mengganggunya. Tetapi, lagi-lagi tidak membuahkan hasil. Suara itu melekat begitu erat di kepala. Mengiringi ke mana pun dia melangkah. Satu-satunya hal yang bisa mengusir pergi hanyalah ketika Alpha begitu sibuk dengan pekerjaan kantor. Namun, ketika pikiran laki-laki itu kembali lengang, sebaris kalimat itu kembali menyusup masuk. Membuat hatinya resah.

Awalnya, Alpha tidak mengerti mengapa setelah 25 hari berlalu, dia tidak juga mampu menepis kejadian di bandara tempo hari. Perlahan, laki-laki itu mulai mencari tahu; apa yang melatarbelakangi keresahannya, kehadiran suara tunangan Pamela, juga perubahan sikap sekretarisnya itu—yang terus-menerus menarik langkah mundur setiap kali Alpha mencoba mendekat. Terhitung sejak Senin di minggu terakhir bulan November—sehari setelah kepulangan mereka, Pamela tidak pernah lagi menerima ajakan brunch atau lunch-nya di luar janji bertemu dengan klien. Selalu saja ada alasan untuk menolak. Mulai dari telah lebih dulu memiliki janji dengan Laras dan teman-temannya yang lain, membawa bekal makanan dari rumah, sampai puasa Senin dan Kamis.

Hal tersebut tentu saja membuat Alpha semakin tidak tenang. Sempat terpikir olehnya untuk menjebak gadis itu—beralasan bertemu dengan klien. Biarkan saja kemudian Pamela bertanya-tanya mengapa orang yang mereka tunggu tidak kunjung datang. Setidaknya, dengan begitu, dia memiliki waktu untuk meminta kejelasan. Namun, rencana itu segera diurungkan manakala Alpha teringat; bukankah gadis itu mencatat dan mengingat agenda kerjanya setiap hari?—bahkan lebih baik dari ingatan Alpha sendiri.

Tepat di hari ketiga puluh, angin segar seakan datang dalam bentuk sebuah ajakan dari sahabat lamanya—setidaknya begitu yang Alpha pikirkan. Bertemu dengan Valdis Roderick, mungkin bisa membantunya meringankan beban di pundaknya.

"Lo putus dengan Avissa sudah lama, kan, Al? Kenapa wajah kusut lo masih terbawa sampai sekarang?"

Alpha menghela napas. "Bukan Avissa."

"Ada perempuan lain? Wow. Aura sudah tau?"

"Nggak. Gue belum cerita. Malas. Yang ada dia malah ngetawain gue. Eh iya, Tante Fey apa kabar? Sehat? Om Van?"

"Papi dan Mami gue sehat. Sudah, nggak usah berusaha mengalihkan pembicaraan," putus Valdis. "Kalau lo mau cerita, gue akan jadi pendengar yang baik. Kasihan juga gue lihat muka lo muram begini."

Alpha tidak menyahut. Pandangan laki-laki itu jatuh ke arah fruit frunch-nya. Telunjuk kanannya memutari tepian gelas, bersamaan dengan sebuah tawa serupa untaian nada menyusup di telinganya. Membuat Alpha buru-buru mengangkat wajah, berpikir gadis itu ada di satu tempat yang sama dengannya. Tetapi, setelah mengenali satu per satu pengunjung Bittersweet Café & Resto, tidak ditemukannya perempuan berambut sebahu itu. Dia tidak mungkin berhalusinasi, suara tawa itu begitu nyata.

Memejamkan mata, Alpha mencoba mengusir harapannya. Sayang, bayangan Pamela duduk di hadapannya dengan grilled chicken salad dan ice chocolate bilagio ditemani 'You're Beautiful' milik James Blunt dari pengeras suara, terlihat begitu jelas. Nyata. Membuat Alpha mengucek kedua matanya tidak percaya.

"Man, lo kenapa?" Valdis sadar ada yang tidak beres. Laki-laki itu menggoyangkan telapak tangan kanannya di hadapan wajah Alpha. Namun, Alpha tidak bergeming. Masih saja menatapnya dengan sorot mata yang membuat Valdis bergidik ngeri. "Ledwin! Sadar!"

Mendengar teriakan dan tepukan di bahunya, tubuh Alpha tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali. "Val?"

"Yep. Ke mana saja? Back to earth, Ledwin."

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Where stories live. Discover now