30. HOW MANY SUFFERED?

16.5K 1.9K 183
                                    


LAYAKNYA kedipan mata, begitu pula waktu bergulir di sisi Pamela. Membuat gadis itu sebisa mungkin menyimbangkan ritme, namun tak benar-benar tahu harus merasa bagaimana mendapati diri telah menginjak Sabtu kedua bulan Juli.

Senang? Ya, seharusnya begitu. Mengingat, semua kekhawatirannya tidak satu pun terbukti. Hidupnya berlangsung baik-baik saja—terlalu aman bahkan. Seolah kejadian nyaris tiga minggu lalu tak pernah terjadi. Seakan Erga tak pernah membentaknya. Pun, tunangannya itu tak pernah sedikit pun mengungkit kesalahan yang Pamela lakukan di belakangnya. Juga tak mencoba memberi tahu pada kedua orangtua mereka. Seakan, tanpa pembicaraan lebih lanjut, Erga menyetujui rahasia tersebut hanya milik keduanya.

Dan, yang terpenting, hingga hari ini Alpha Ledwin tidak mewujudkan ancamannya. Laki-laki itu menghilang begitu saja dari peredaran. Tidak ada telepon, tidak ada pesan, tidak ada apa pun. Berbeda dengan kali pertama Pamela meminta Alpha melepaskannya. Selama satu minggu pertama, laki-laki itu tak ada bedanya dengan peneror. Ada saja pesan yang masuk setiap hari. Menanyakan dan meminta Pamela memikirkan ulang keputusannya.

Tetapi, di balik itu semua, di balik kententraman hidupnya, Pamela menyadari ada sesuatu yang terasa kosong. Sebuah ruang yang terus disesaki pertanyaan demi pertanyaan. Mengganggu. Mendominasi.

Pertama, bagaimana kabar Alpha?

Ya ya, seharusnya, setelah apa yang Pamela lakukan, dia tak berhak lagi mengetahui kabar laki-laki itu. Namun terkadang, ada sebagian dalam dirinya ingin mendengar Alpha baik-baik saja. Bahwa laki-laki itu telah kembali melanjutkan hidup selayaknya sebelum kedatangan Pamela.

Suatu kali, ketika rasa penasaran begitu meruak, Pamela mencoba mencari tahu dengan memeriksa social media Alpha. Sayang, di WhatsApp tidak ada perubahan. Foto profilnya masih sama. Mengenakan pine sweater, tan denim sebagai bawahan, dan hickory timberland boots. Duduk menyamping di tepi danau, tanpa senyum, berewok tipis di sepanjang rahang bawah, rambut gondrong—di mana helai-helai bagian belakang menyentuh kerah sweter.

Sama halnya dengan BBM. Alpha tidak pernah sekali pun terlihat di antara teman-temannya yang mengisi kolom feeds. Laki-laki itu benar-benar betah tidak memperbarui display picture, juga membagikan status. Begitu pula Instagram. Tidak ada tanda-tanda perubahan sejak terakhir kali hubungan di antara mereka masih berlangsung baik.

Awalnya, Pamela tak ingin terlalu ambil pusing. Tetapi sebab rasa penasaran tak terpuaskan, gadis itu mencoba melakukan sesuatu.

Pada aplikasi Path, Pamela membagikan aktivitas yang tengah dia lakukan. Di kolom listening dipilihnya Say You Won't Let Go milik James Arthur. Kemudian, beberapa jam setelahnya gadis itu memeriksa apa Alpha masuk dalam daftar seen. Tidak, tidak ada. Begitu pula dengan aktivitas-aktivitas berikutnya. Foto laki-laki itu tak pernah terlihat. Membuat Pamela akhirnya menyimpulkan; Alpha tak ingin tahu kabarnya.

Kemudian, yang kedua, tepatkah sudah keputusan Erga lebih dari dua minggu lalu?

Ya, mengenai rencana pernikahan mereka yang akan dilangsungkan bulan depan.

Bukan, keraguan Pamela bukan karena dia ingin Erga membatalkan. Bagaimanapun, seperti yang pernah Pamela katakan, selalu ada cinta untuk Erga, sekalipun dia pernah mencoba memberi ruang untuk laki-laki lain. Hanya saja... tadinya Pamela pikir ketika sang tunangan mengetahui rahasia busuknya, kesalahannya, Erga akan murka luar biasa, lantas mengumumkan ke seisi dunia.

Tidak, tidak berarti Erga kembali seperti dulu. Pamela sadar betul ada jurang yang tercipta di antara mereka setelah terbongkarnya perselingkuhannya. Kaku. Menjaga jarak. Sisi baiknya, Pamela tidak merasa terganggu sebab Erga tak pernah mengungkit. Buruknya, dia selalu saja bertanya-tanya; apa masalah di antara mereka malam itu benar-benar selesai? Apa keputusan Erga untuk tidak mengungkit selama beberapa minggu ini menjamin ke depannya baik-baik saja?

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Where stories live. Discover now