8. YOU, ME AND A BRUNCH

28.5K 2.6K 120
                                    


JARUM pada jam dinding baru saja mengarah pada angka delapan—masih tiga puluh menit lagi jam operasional PT. Soedirja Indonesia Logistic dimulai, tetapi Alpha sudah berada di ruangan barunya. Berdiri menghadap dinding yang sepenuhnya berbahan kaca, mengantarkannya pada pemandangan keruwetan Jakarta pagi hari.

Pagi ini laki-laki itu mengenakan setelan kerja bernuansa hitam. Sekelam hatinya. Bagaimana tidak, ibunya belum mau bertemu dengannya, apalagi berbicara. Sepanjang malam, setelah pembicaraan dengan ayahnya selesai, Alpha tidak kunjung mengangkat tubuh dari kursi tunggu di depan kamar rawat inap. Kalaupun dia beranjak, hanya untuk memeriksa apakah Olivia Ledwin sudah bangun atau masih terlelap.

Suatu kali, pada pukul sepuluh lewat, Alpha mendengar Aura memanggil namanya dengan langkah tergesa keluar dari kamar rawat inap Olivia. Adiknya itu mengatakan sang ibu bangun untuk jadwal minum obat. Namun ketika Alpha sudah berdiri dengan semangat membuncah di dada, Attar keluar dengan wajah murung. Menahannya.

"Jangan dulu. Mama belum mau bertemu dengan kamu."

Rasanya seperti ada yang menghajar rongga dadanya. Membuat Alpha kesulitan menghirup udara di sekitarnya. Tetapi, mengingat kesalahannya, Alpha tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya mengangguk singkat, lalu kembali menghempaskan tubuh di kursi tunggu.

"Mas." Aura ikut duduk di samping Alpha. Mengusap punggung laki-laki itu. Meyakinkan bahwa abangnya harus banyak bersabar.

"Nggak apa-apa, Ra."


***


HAL pertama yang ingin Pamela lakukan adalah mengucek kedua matanya. Apakah dia tidak salah lihat? Semenjak rapat perihal pejabat yang akan memangku jabatan President Director PT. Soedirja Indonesia Logistic yang baru, sekaligus persiapan untuk acara penyambutan tersebut—tepatnya pada minggu pertama September, yang menyambutnya setiap kali dia sampai di ruangannya adalah senyap yang tidak berkesudahan. Tetapi, pagi ini ada seseorang yang sedang duduk di kursi di balik meja kerja Pamela Sharleen.

Laki-laki itu menengadah tepat ketika dia mendengar ketukan langkah mauve pump Pamela. "Hai," katanya, diiringi dengan senyum yang kentara sekali dipaksakan.

Tidak ingin mempermasalahkan, Pamela membalas dengan senyum sopan. "Maaf, saya terlambat."

"Nggak. Sayanya aja yang kepagian. Oh iya, silakan." Alpha bangkit dari kursi yang didudukinya, dengan santai laki-laki itu berpindah ke bagian luar meja. "Saya bingung mau melakukan apa. Jadi..., maaf saya duduk di sini."

Pamela melangkah mendekat, meletakkan tasnya, tetapi memilih untuk tidak duduk. Mengingat atasannya, orang nomor satu di perusahaan ini, masih setia berdiri di depan mejanya. "Nggak apa-apa, Pak. Hm, Pak Alpha tiba pukul berapa?"

"Mmm..., delapan kurang dua menit?" Alpha mengakhiri kalimat itu dengan nada bercanda. Sekali lagi, Pamela dapat melihat laki-laki itu berusaha untuk menghadirkan sebuah senyum. "Dari rumah sakit langsung ke sini."

Ah..., Pamela mengerti sekarang. Satu-satunya alasan yang bisa memperjelas keadaan Alpha yang jauh dari kata baik-baik saja adalah seseorang yang saat ini masih terbaring di rumah sakit. Ibunya. Olivia Ledwin. Meskipun Pamela tidak tahu persis mengapa laki-laki itu bisa semurung ini, tetapi Pamela tidak ingin mengajukan pertanyaan apa pun. Biarkan saja. Sampai Alpha sendiri yang mengatakan. Daripada dirinya dicap terlalu ikut campur urusan orang lain.

"La, omong-omong... apa jadwal saya hari ini?"

"Nothing." Pamela menggeleng tidak enak hati. "Semua jadwal Bapak dikosongkan sampai satu minggu ini. Pak Arco yang meminta, mengingat... kami nggak tau kapan Bapak akan kembali."

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Where stories live. Discover now