4. NO NEED TO FEEL WORRY

30.7K 2.8K 35
                                    


ALPHA mempercepat langkah. Tidak sulit bagi laki-laki itu untuk meraih pergelangan tangan sang adik, membuat Aura berbalik dengan bibir mencebik. Gadis itu melirik kiri-kanan sebelum akhirnya menjatuhkan pandangan pada abangnya—yang menghela napas entah sudah kali ke berapa.

Benar-benar, Alpha tak habis pikir. Bagaimana mungkin Aura bisa bertindak di luar nalar seperti itu? Menarik seorang gadis yang tak dikenal untuk berfoto bersama. Bodohnya lagi, gadis tadi sama sekali tak mengajukan penolakan. Terlihat rela-rela saja ketika Aura memintanya untuk berdiri di sisi kakak sepupu mereka. Ya, Alpha tahu, dia tak bisa menyalahkan gadis itu. Terkadang, berada dalam posisi terlalu membingungkan membuat seseorang justru tak bisa berbuat apa-apa.

Satu-satunya orang yang dapat disalahkan adalah makhluk di hadapannya ini. Adik semata wayangnya.

"We need to talk, Ra."

"Ih, kenapa jadi terdengar seperti aku pacarnya Mas?" Aura memutar bola mata. "After I take foods. Setuju? Di pesawat tadi makanannya benar-benar nggak enak, Mas. Daging sama nasi aja. Sudah gitu dagingnya baunya sudah nggak sedap git—"

"Ya, ya, oke," potong Alpha.

Aura memamerkan cengiran paling lebar. Dimajukannya sedikit tubuh untuk mengecup pipi kanan abangnya. "Okay. See ya, Mas!"

Sepeninggalan sang adik, Alpha masih saja berdiri di tempat itu. Pandangannya berkeliling, mencoba mencari sosok gadis yang berfoto bersamanya tadi. Entah kenapa, dia merasa masih ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka. Apa itu, Alpha sendiri tak bisa menemukan jawabannya. Namun, ternyata tidaklah mudah mencari sesosok yang tak begitu dikenal di antara ribuan manusia di ballroom Sofjan Hotel.


***


PAMELA bergegas. Mencoba fokus pada suara merdu berasal dari penyanyi perempuan yang namanya tengah naik daun sejak awal tahun ini. Tapi sayangnya, komentar-komentar sahabatnya justru mencuri tempat lebih banyak. Membuat gadis itu menghela napas malas, tanpa sedikit pun mengurangi kecepatan langkah.

"Astaga..., yang tadi itu..." Flo menjerit—kurang lebih seperti seorang penggemar yang bertemu idolanya. Dengan gaya dramatis, diletakkannya tangan di atas dada, dan kembali berujar, "Kenapa bukan gue yang ditarik sama perempuan itu?"

"Eh, omong-omong, itu perempuan siapa, ya? Yang pasti bukan pacarnya Pak Alpha," Reina menimpali. Meskipun tidak secara khusus mengacu pada pertanyaan Flo sebelumnya, teman-temannya yang lain tak ambil pusing, mereka meneruskan pembicaraan itu sembari terus mengekori langkah Pamela.

"Iyalah, kalau pacarnya Pak Alpha, mana mungkin dia menarik Pamela," Inez menanggapi. "Saudara mungkin, ya. Soalnya gue lihat akrab banget sama Pak Alpha dan Bu Kyn."

Ketiga sahabatnya mengangguk setuju. Terkecuali perempuan yang berjalan di barisan terdepan. Tokoh utama dalam pembicaraan mereka itu justru semakin mempercepat langkah. Tidak peduli sedikit pun pada kehebohan para sahabatnya. Baginya, tidak ada yang istimewa dengan kejadian tadi. Hanya berfoto bersama seorang atasan, yang kebetulan tampan dan tak pernah terlihat bersama seorang perempuan pun.

Sejujurnya, jika diberi pilihan, Pamela lebih menginginkan Erga yang ada di posisi Alpha Ledwin tadi. Ah..., jika itu benar terjadi, rasanya tak memiliki alasan untuk tidak tersenyum.

Tapi, kenyataannya...?


***


"SENYUM dong, Mas."

Alpha memutar kepala dengan gesture malas saat mendengar sapaan adiknya. Hal ini jelas disadari Aura, meskipun gadis itu terlihat tidak peduli. Dengan santainya dia kembali berkata, "Nggak ada orang yang cemberut di tengah-tengah pesta meriah begini, Mas."

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang