20. IT'S NOT AN ACCIDENT

23.9K 2.2K 215
                                    


"Cheating is never an accident; it is a conscious decision." – Mr. Amari Soul



***


DI tengah waktu yang seakan berhenti bergerak, kebahagiaan berhamburan menuju awang-awang, tidak putus Alpha menatap dalam-dalam perempuan di hadapannya. Dia akui, dia bahagia ketika Pamela tidak lagi memberi penolakan, tidak melawan ketika dikecupnya kening gadis itu. Pun, lebih bahagia kala Pamela setuju dengan permintaannya. Dan jauh lebih bahagia saat perempuan berambut cokelat gelap itu menyentuhnya dengan inisiatif gadis itu sendiri. Sungguh, ini benar-benar jauh lebih indah dari bayangannya. Semakin meyakinkan Alpha bahwa surga itu nyata. Balasan sepadan untuk umat yang patuh kepada Sang Pencipta.

Lihat dirinya, setelah usahanya meyakinkan perempuan yang dicintainya, untuk membiarkannya berdiri di sisi Pamela tanpa dinding penghalang, membiarkannya merebut hati gadis itu, Tuhan membalasnya dengan sebuah tatapan penuh khawatir dari seorang bidadari surga yang Dia kirimkan ke bumi. Rasanya, detik ini juga, Alpha tidak lagi ingin meminta. Cukup sudah. Tuhan telah begitu berbaik hati padanya.

"Nggak pernah lebih baik dari ini." Perlahan Alpha kembali membuka kedua matanya. Mencoba mengurangi risiko sesak di dada. Sebab dia yakin, bertemu dengan wajah Pamela akan membuat euforianya semakin meledak tidak terkendali. "Kamu sendiri aja? Naik apa tadi?"

"Dokter bilang sakit apa?"

Sudut bibir Alpha sedikit terangkat mendapati perempuan itu menghindari pertanyaannya yang melenceng dari fokus pembicaraan mereka. Menghela napas, Alpha mengulangi, "Ke sini sama siapa, La? Sendiri aja?"

Pamela terlihat berpikir. "Salah, ya, kalau saya pengin tau apa yang dokter bilang? Kemarin itu, setelah saya antar Pak Alpha ke sini, saya langsung—"

"Ada beberapa hal yang harus kita luruskan di sini," potong Alpha tegas, sembari menangkup kedua tangan gadis yang duduk di sisi tempat tidurnya itu. Lembut, dibalasnya tatapan bingung Pamela, lantas melanjutkan, "Bisa nggak mulai saat ini kamu berhenti panggil saya 'Bapak'? Mmm..., agak kurang sinkron aja. Mama saya kamu panggil 'Ibu', Papa saya 'Bapak'. Masa iya saya sama seperti Papa saya?"

Menahan tawa kecil, "Begitu? Bukan karena 'Bapak' terdengar nggak romantis?"

"Sudah berani kamu bicara tentang romantis-romantisan?" balas Alpha dengan nada jenaka. "Jadi, Sayang, bisa nggak kamu berhenti panggil saya 'Bapak'? Di luar kantor dan di luar urusan pekerjaan?"

Sayang? Tanpa sadar kedua pipi Pamela bersemu. Hawa panas seketika saja menjalar di setiap sudut wajahnya.

"Saya serius, lho, La. Kenapa diam aja?"

"Mmm..., agak aneh, sih, buat saya. Apa ya... Pak Alpha itu, kan, atasan saya, jadi—"

"Di kantor dan di dalam urusan berkaitan dengan pekerjaan, saya tetap atasan kamu. Saya akan berusaha untuk nggak mencampuradukkan masalah kantor dan pribadi—meskipun saya nggak begitu yakin." Lagi, bahu Alpha berguncang pelan. "Tapi..., di luar itu semua, saya adalah seorang laki-laki yang—katakanlah, memiliki perasaan pada kamu. Berniat mendekati kamu. Dan bukannya tadi kamu sudah setuju untuk membiarkan saya ada di dekat kamu tanpa dinding penghalang? 'Bapak' itu membuat saya merasa dinding itu masih ada, La."

Setelah sekian detik digunakan Pamela untuk berpikir, "Okay, I'll try."

"Nggak sebegitu susahnya, La. Ingat aja kayak kamu tadi lagi emosi sama saya."

TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang