5. OUR NEW PRESIDENT DIRECTOR

29K 2.8K 70
                                    


"BAGAIMANA sejauh ini, La? Sudah siap semua?"

Kynara Soedirja memeriksa sekali lagi berkas-berkas yang diperlukan selama rapat—yang akan berlangsung sepuluh menit lagi. Ketika tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya itu, perempuan itu mengangkat wajah. Mendapati sekretarisnya berdiri dengan air wajah ragu.

"Ada apa?"

"Hmm..., semua sudah berkumpul di ruang rapat, Bu." Pamela menyebutkan satu per satu nama orang-orang penting di PT. Soedirja Indonesia Logistic, mulai dari Pejabat Quality Control, Kepala Divisi Human Resources Development, hingga Kepala Divisi Marketing. "Tapi...."

"Siapa? Ada yang belum hadir?"

Pamela mengangguk takut-takut. Yakin bahwa informasi yang akan disampaikannya ini pasti membuat Kyn mengerang kesal. Sayangnya, belum sempat gadis itu membuka mulut lagi, Kyn sudah tahu jawabannya. Atasannya itu memerintahkan Pamela untuk segera menuju ruang rapat, sementara dirinya mengurus satu masalah ini.

Dengan langkah tergesa, Kyn melangkah menuju lift. Gadis itu menekan angka empat sebagai destinasinya. Sembari ujung pump-nya yang berwarna coral mengetuk lantai lift, perempuan itu memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pusing. Sungguh, Kyn benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa adik sepupunya itu bertingkah seperti ini? Lupakah dia betapa pentingnya rapat hari ini? Kyn saja sampai harus merelakan jadwal bulan madunya diundur.

Denting lift berbunyi. Tanda Kyn harus melangkah keluar, juga tidak lupa mengubah tampang kusut dan lelahnya menjadi senyuman ramah. Seperti biasa, dia tak ingin orang-orang melihat betapa kacaunya dirinya. Yang perlu mereka tahu, semuanya baik-baik saja.

"Pak Alpha ada?" tanyanya, setelah lebih dulu tersenyum ramah pada salah seorang staf Divisi Finance and Accounting yang menyambutnya.

"Beliau ada di ruangan, Bu."

"Terima kasih—"

"Laras, Bu."

"Ya, terima kasih, Laras," setelah berkata begitu, Kyn kembali melangkah di atas pump-nya. Mengantarkannya pada sebuah ruangan dengan pintu tertutup rapat.

Tanpa memedulikan kesopanan, perempuan itu membuka pintu dengan sekali sentak. Membuat satu-satunya penghuni—yang tengah duduk santai di kursi kebesarannya—mendongak. Sekilas Kyn dapat melihat wajah terkejut laki-laki itu, yang kemudian di detik selanjutnya mampu menguasai diri. Bahkan menyapanya kelewat santai.

"Hai, Mbak."

Berdiri di ambang pintu, Kyn berusaha mengatur napas. "Nggak begini caranya, Alpha."

"Cara apa?" Alpha balas memandangnya dengan jenis tatapan yang sama. Mengintimidasi. Kyn sadar betul itu. Sekalipun nada yang keluar dari bibir laki-laki itu masih sesantai saat menyapa Kyn tadi. "Apa nggak mau masuk dulu, Mbak? Kita duduk dulu." Ditunjuknya salah satu kursi yang berada di seberang tempat duduknya.

"Rapatnya mulai sepuluh menit lagi—eng..., enam menit, actually," koreksi Kyn buru-buru setelah melirik arloji di pergelangan kirinya.

"Oh...."

Kyn memejamkan matanya rapat-rapat. Alpha benar-benar memancing emosinya. Jika saja dia tidak ingat di mana keberadaan mereka saat ini, dia pasti sudah menyerang adik sepupunya itu. Bukan, bukan dengan tindakan. Tapi dengan kata-kata pedas—sumpah serapah jika perlu. Oh, jangan salahkan dirinya. Ini semua karena Alpha Ledwin. Bisa-bisanya laki-laki itu bersikap seolah tidak ada sesuatu yang penting menunggu mereka—menunggunya, di ruang rapat sana.

"Aku nggak tau lagi harus pakai kata-kata seperti apa ke kamu, Alpha. Aku capek. Sekarang terserah kamu. Lakukan semaumu!"


TREAT YOU BETTER (Ledwin Series #2)Место, где живут истории. Откройте их для себя